Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PALESTINA
Bayi Korban Rudal Israel
Empat anak berusia 7 bulan hingga 5 tahun serta ibunya tewas ketika rudal Israel menerjang rumah mereka di Beit Hanoun, Gaza, Senin pekan lalu. ”Mereka sedang sarapan dan istriku sedang menggendong anak paling kecil,” kata ayah anak-anak itu, Ahmed Abu Maateq.
Maateq terhindar dari misil itu karena sedang keluar dari rumahnya. Dia dan saksi lainnya yakin ledakan tersebut berasal dari tank Israel. Tapi juru bicara militer Israel, Kapten Avital Leibowitz, mengatakan pasukan Hamas menjadi penyebab hancurnya rumah korban itu. Ada dua anggota kelompok militan Palestina yang membawa bom yang menghancurkan rumah, kata Leibowitz.
Dua pekan lalu, tentara Israel menewaskan 19 warga Palestina dan wartawan Fadel Shana. Wartawan Reuters ini tewas ketika keluar dari mobilnya, yang bertanda pers televisi di depan dan sampingnya. Dia juga memakai baju biru bertulisan ”Pers”. Cuplikan film terakhirnya menunjukkan peluru itu ditembakkan tank dari jarak sekitar 1,5 kilometer.
INGGRIS
Pangeran William ke Afganistan
Pangeran William mengikuti jejak adiknya, Pangeran Harry, mengunjungi Afganistan dan membantu pasukan Inggris. Putra sulung mendiang Putri Diana ini mendarat di Kandahar dengan pesawat angkut militer C-17 Globemaster, Senin pekan lalu.
Harry berada di Afganistan pada Februari lalu selama 10 hari, sedangkan William hanya tiga jam. Departemen Pertahanan Inggris memastikan kembalinya William berbarengan dengan pemulangan jenazah tentara Inggris. William adalah perwira Angkatan Darat Inggris yang mendapat pelatihan dari Angkatan Udara Kerajaan (RAF). Pangeran Wales ini mendapat sorotan karena mendaratkan helikopter di pekarangan rumah pacarnya, Kate Middleton.
Tokoh pers Max Clifford menilai kunjungan William itu akan menjadikannya topik berita di media massa. ”Ini bagus untuk memperbaiki citranya,” katanya.
THAILAND
Ketua Parlemen Mundur
Ketua parlemen Thailand, Yongyuth Tiyapairat, 47 tahun, mundur dari jabatannya dua hari sebelum pengadilan pertamanya, Rabu pekan lalu. Yongyuth, wakil pemimpin Partai Kekuatan Rakyat (PPP), dituduh menyuap pemilih pada pemilihan umum Desember lalu. ”Saya tidak ingin orang melihat ketua parlemen menjadi terdakwa,” katanya.
Yongyuth berniat lengser begitu kasusnya masuk pengadilan Februari lalu. Tapi sekutu bekas Perdana Menteri Thaksin Shinawatra ini mengatakan teman-temannya mendesak supaya bertahan hingga vonis dijatuhkan. Jaksa penuntut Pojaman Shinawatra mengatakan Yongyuth menggelontorkan uang kepada penduduk di sepuluh wilayah Chiang Rai, daerah pemilihannya, masing-masing 20 ribu baht (sekitar Rp 6 juta).
Posisi Yongyuth itu akan mengancam partainya yang kini menguasai pemerintah. Kalau terbukti bersalah, kasus jual-beli suara ini bisa merembet ke tokoh lain. PPP juga dapat dibubarkan karena ada undang-undang yang menyatakan hukuman buat partai bila anggotanya terpidana.
KOREA UTARA
Korban Kelaparan Jatuh
Krisis pangan di Korea Utara sudah mulai merenggut korban jiwa, demikian dilaporkan sebuah organisasi bantuan Korea Selatan. Para korban terutama berasal dari desa-desa terpencil di Provinsi Pyongan Selatan. Pihak pemerintah menyatakan, kalau tidak ada bantuan pangan, dikhawatirkan terjadi kematian massal lagi.
Badan Pangan Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan lebih dari 6,5 juta orang berada dalam kondisi kritis. Jika tidak ada tindakan, dikhawatirkan akan terjadi krisis pangan seperti pada 1998. Ketika itu, sekitar 1 juta orang tewas. Sebelumnya Perserikatan Bangsa-Bangsa menyerukan agar membantu Korea Utara mencegah tragedi kemanusiaan. Harga pangan di negara Asia Timur yang miskin ini naik tiga kali lipat tahun ini.
SOMALIA
Tokoh Al-Shahab Terbunuh
Panglima militer salah satu kelompok yang sedang bertikai di Somalia, Aden Hashi Ayro, terbunuh oleh serangan udara Amerika Serikat di Kota Dusamareb, 400 kilometer sebelah utara Mogadishu, Kamis pekan lalu. Komandan kelompok Al-Shahab itu tewas bersama delapan anggota kelompok militan, termasuk tokoh senior lain.
Amerika menyatakan Al-Shahab sebagai kelompok teroris dan terkait dengan jaringan Al-Qaidah. Ayro menjalani pelatihan di Afganistan pada 1990 dan menjadi pemimpin militer saat Mahkamah Islam menguasai Mogadishu pada 2006.
Somalia juga dianggap sebagai tempat bersembunyi Fazul Abdullah Mohammed, Saleh Ali Saleh Nabhan, dan Sudanese Abu Talha al-Sudani yang dituduh sebagai pelaku pengeboman Kedutaan Amerika di Kenya dan Tanzania pada 1998. Sejak tahun lalu, Amerika telah empat kali membombardir Somalia dengan pasukan udaranya.
KUBA
Keringanan Terpidana Mati
Presiden Kuba Raul Hector Castro meringankan hukuman terpidana mati menjadi penjara 30 tahun hingga seumur hidup Senin pekan lalu. Tapi kebijakan itu tidak berlaku bagi dua warga Amerika Tengah dan seorang warga Amerika turunan Kuba, yang dihukum mati karena kasus pengeboman hotel serta pembunuhan.
Castro mendapat tekanan dari organisasi hak asasi manusia untuk menghapus hukuman mati. Dia sudah menandatangani kesepakatan sejak Maret lalu. Tapi dia mengatakan keputusan itu tidak berhubungan dengan tekanan internasional, tapi berdasarkan kemanusiaan. ”Ini menandai berjalannya revolusi di Kuba,” ucapnya.
Setelah mengganti kakaknya Februari lalu, Raul Castro membuat perubahan penting bagi rakyat Kuba. Dia membolehkan rakyatnya memiliki telepon seluler, komputer, masuk ke hotel, hingga menaikkan dana pensiun.
BURMA
Amerika Perberat Sanksi
Amerika Serikat akan menjatuhkan sanksi baru terhadap rezim militer Burma berupa pembekuan aset perusahaan Amerika yang beroperasi di sana karena hanya menjadi sumber penghasilan junta. Sebelumnya, Amerika telah membekukan aset petinggi militer Burma terkait dengan kekerasan terhadap para biksu yang menggelar demonstrasi anti pemerintah Oktober lalu.
Pemerintah militer awal bulan ini mengumumkan rancangan undang-undang baru menjelang referendum 10 Mei mendatang. Pemilihan umum multipartai akan digelar pada 2010. Tapi konstitusi baru itu dianggap tidak demokratis, karena 56 dari 224 kursi parlemen langsung jatuh ke tangan militer.
Yandi M.R. (Bangkok Post, BBC, Al-Jazeera, AP, AFP)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo