HANYA satu kalimat diucapkan Paus Johannes Paulus - II menjawab
pertanyaan mengenai tujuan muhibahnya ke Amerika Tengah. "Saya
harus berbagi rasa dengan mereka yang menderita," katanya
sebelum lepas landas dari Roma, dua pekan lalu.
Ia memang penawar yang ditunggu jutaan umat Katolik di
karagua, Panama El Salvador, Guatemala, Honduras, Beiize, dan
Haiti - separuh di antaranya sedang dilanda perang saudara.
Libatlah: di pinggir Jalan yang dilewati Johannes Paulus II
sewaktu memasuki Managua, ibukota Nikaragua, seorang petani
mengacungkan poster: "Bapa Suci, bebaskan kami dari penderitaan
ini." Petani itu dilaporkan selan beberapa menit kemudian
diamankan oleh polisi militer.
Sambutan terhadap Johannes Paulus II di Nikaragua, yang dikuasai
junta Sandinista, memang hampir tak mencerminkan suasana
keagamaan. Tak ada kidung rohani mengiringi misa suci. Tak ada
salib. Yang ada cuma poster perjuangan, bendera nasional, dan
lagu-lagu revolusioner. Bahkan forum itu dipergunakan pula oleh
Koordinator Junta Daniel Ortega Saavedra untuk menyerang
kebijaksanaan politik luar negeri Gedung Putih. "Amerika Serikat
telah melakukan tindakan agresi terhadap kami," ujar Ortega.
Umat Katolik di Nikaragua, sesudah rezim Somoza terguling awal
1979, memang mulai tak akur. Terutama sejak pastor melakukan
dwifungsi - ya sebagai pendeta, juga pejabat. Mereka ini dikenal
sebagai kelompok "teologi liberal" - mereka yang
mencampuradukkan Marxisme dan Katolikisme. Pengikutnya cukup
banyak.
Vatikan mengecam keras pastor yang berdwifungsi ini. Keuskupan
Managua lalu memilih jalan tengah: seorang pastor boleh saja
menjadi pejabat pemerintah asal tidak mengenakan jubah pendeta.
Tapi itu tidak menawarkan hati Johannes Paulus II. Tengoklah:
ketika Pastor Ernesto Cardenal, menjabat menteri kebudayaan
dalam kabinet Ortega, akan mencium cincin kepausan, Johannes
Paulus II buru-buru menarik tangannya. Dan berkata: "Lukiskan
dulu pilihan Anda, gereja atau jabatan." Cardenal, sampai Paus
meninggalkan Managua, tak memberikan jawaban.
Di Guatemala, juga tak diacuhkan. Presiden Rios Montt, penganut
Protestan, tetap melaksanakan eksekusi terhadap enam orang
pemberontak, sehari sebelum Paus berkunjung ke sana. Padahal ia
telah meminta Montt mencoba membatalkan hukuman mati itu.
Pemimpin umat Katolik itu dilaporkan menggeram marah ketika
diberi tahu permintaannya tak dihiraukan Montt.
"Gundukan kuburan di Amerika Tengah terutama karena peperangan,"
kata Johannes Paulus II ketika berDidato di El Salvador, ibukota
San Salvador, meluapkan emosinya. Dikabarkan, selama empat tahun
terakhir, tak kurang dari 40 ribu penduduk San Salvador dibantai
tentara mereka sendiri maupun oleh kelompok sayap kiri. Di
antara mereka yang jadi korban, antara lain, Uskup Agung Oscar
Arnulfo Romero yang diberondong ketika sedang mengadakan misa
menjelang Paskah, 1979.
Kecaman keras Johannes Paulus II diduga cuma didengar beberapa
orang saja. Seseorang diceritakan telah memotong kabel mikrofon
yang dipakai Paus menyampaikan pidatonya, lalu menyambungkannya
ke kaset yang memutar rekaman lagu-lagu perjuangan serta
semboyan-semboyan revolusi.
Kritik tak cuma dilontarkan Paus di El Salvador. Juga di Haiti.
"Kebangkitan akan kembali tiba," katanya di Portau-Prince
ibukota Haiti, sebelum membuka KonperensiPara Uskup se-Amerika
Latin ke-4. Dalam bagian lain ia berseru, "Keadaan di sini harus
berubah!" Tak disebutkan reaksi Presiden seumur hidup Jean
Claude Duvalier, yang dijuluki Baby Doc, atas "imbauan" Paus
yang cukup revolusioner itu.
Lain lagi suasana penyambutan di Costa Rica. Di gerbang Kota San
Jose, Paus disambut dengan spanduk berbunyi: "Roti Anda di
tangan Johannes Paulus dan pabrik roti Schmidt."
Yang agak hangat dan sakral menyambut Johannes Paulus II cuma
rakyat Panama. Di sepanjang jalan yang dilalui Paus, massa
mengibarkan bendera Vatikan dan menyanyikan lagu-lagu gerejani.
Johannes Paulus II dikabarkan sangat terkesan sekali. Ketika
tiba kembali di Vatikan, setelah melakukan lawatan sejauh 16.000
km dalam tempo delapan hari, keinginan pertama yang disampaikan
Johannes Paulus II: "Saya ingin berkunjung lagi ke Amerika
Tengah."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini