Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Muhibah Untuk Kaum Papa

Paus Johannes Paulus II mengadakan muhibah ke berbagai negara di Amerika Tengah, seperti: nikaragua panama, el salvador, guatemala, honduras, belize dan haiti. (ln)

19 Maret 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HANYA satu kalimat diucapkan Paus Johannes Paulus - II menjawab pertanyaan mengenai tujuan muhibahnya ke Amerika Tengah. "Saya harus berbagi rasa dengan mereka yang menderita," katanya sebelum lepas landas dari Roma, dua pekan lalu. Ia memang penawar yang ditunggu jutaan umat Katolik di karagua, Panama El Salvador, Guatemala, Honduras, Beiize, dan Haiti - separuh di antaranya sedang dilanda perang saudara. Libatlah: di pinggir Jalan yang dilewati Johannes Paulus II sewaktu memasuki Managua, ibukota Nikaragua, seorang petani mengacungkan poster: "Bapa Suci, bebaskan kami dari penderitaan ini." Petani itu dilaporkan selan beberapa menit kemudian diamankan oleh polisi militer. Sambutan terhadap Johannes Paulus II di Nikaragua, yang dikuasai junta Sandinista, memang hampir tak mencerminkan suasana keagamaan. Tak ada kidung rohani mengiringi misa suci. Tak ada salib. Yang ada cuma poster perjuangan, bendera nasional, dan lagu-lagu revolusioner. Bahkan forum itu dipergunakan pula oleh Koordinator Junta Daniel Ortega Saavedra untuk menyerang kebijaksanaan politik luar negeri Gedung Putih. "Amerika Serikat telah melakukan tindakan agresi terhadap kami," ujar Ortega. Umat Katolik di Nikaragua, sesudah rezim Somoza terguling awal 1979, memang mulai tak akur. Terutama sejak pastor melakukan dwifungsi - ya sebagai pendeta, juga pejabat. Mereka ini dikenal sebagai kelompok "teologi liberal" - mereka yang mencampuradukkan Marxisme dan Katolikisme. Pengikutnya cukup banyak. Vatikan mengecam keras pastor yang berdwifungsi ini. Keuskupan Managua lalu memilih jalan tengah: seorang pastor boleh saja menjadi pejabat pemerintah asal tidak mengenakan jubah pendeta. Tapi itu tidak menawarkan hati Johannes Paulus II. Tengoklah: ketika Pastor Ernesto Cardenal, menjabat menteri kebudayaan dalam kabinet Ortega, akan mencium cincin kepausan, Johannes Paulus II buru-buru menarik tangannya. Dan berkata: "Lukiskan dulu pilihan Anda, gereja atau jabatan." Cardenal, sampai Paus meninggalkan Managua, tak memberikan jawaban. Di Guatemala, juga tak diacuhkan. Presiden Rios Montt, penganut Protestan, tetap melaksanakan eksekusi terhadap enam orang pemberontak, sehari sebelum Paus berkunjung ke sana. Padahal ia telah meminta Montt mencoba membatalkan hukuman mati itu. Pemimpin umat Katolik itu dilaporkan menggeram marah ketika diberi tahu permintaannya tak dihiraukan Montt. "Gundukan kuburan di Amerika Tengah terutama karena peperangan," kata Johannes Paulus II ketika berDidato di El Salvador, ibukota San Salvador, meluapkan emosinya. Dikabarkan, selama empat tahun terakhir, tak kurang dari 40 ribu penduduk San Salvador dibantai tentara mereka sendiri maupun oleh kelompok sayap kiri. Di antara mereka yang jadi korban, antara lain, Uskup Agung Oscar Arnulfo Romero yang diberondong ketika sedang mengadakan misa menjelang Paskah, 1979. Kecaman keras Johannes Paulus II diduga cuma didengar beberapa orang saja. Seseorang diceritakan telah memotong kabel mikrofon yang dipakai Paus menyampaikan pidatonya, lalu menyambungkannya ke kaset yang memutar rekaman lagu-lagu perjuangan serta semboyan-semboyan revolusi. Kritik tak cuma dilontarkan Paus di El Salvador. Juga di Haiti. "Kebangkitan akan kembali tiba," katanya di Portau-Prince ibukota Haiti, sebelum membuka KonperensiPara Uskup se-Amerika Latin ke-4. Dalam bagian lain ia berseru, "Keadaan di sini harus berubah!" Tak disebutkan reaksi Presiden seumur hidup Jean Claude Duvalier, yang dijuluki Baby Doc, atas "imbauan" Paus yang cukup revolusioner itu. Lain lagi suasana penyambutan di Costa Rica. Di gerbang Kota San Jose, Paus disambut dengan spanduk berbunyi: "Roti Anda di tangan Johannes Paulus dan pabrik roti Schmidt." Yang agak hangat dan sakral menyambut Johannes Paulus II cuma rakyat Panama. Di sepanjang jalan yang dilalui Paus, massa mengibarkan bendera Vatikan dan menyanyikan lagu-lagu gerejani. Johannes Paulus II dikabarkan sangat terkesan sekali. Ketika tiba kembali di Vatikan, setelah melakukan lawatan sejauh 16.000 km dalam tempo delapan hari, keinginan pertama yang disampaikan Johannes Paulus II: "Saya ingin berkunjung lagi ke Amerika Tengah."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus