SETELAH diuber-uber penjajah kulit putih, Joshua Nkomo, kini
dikejar bangsa dewek. Tapi lolos. Pekan lalu, ia minta suaka di
Inggris - setelah lebih dulu diam-diam kabur ke Bostwana. Ia
dituduh hendak menggulingkan pemerintahan Perdana Menteri Robert
Mugabe - teman seperjuangannya dalam perang gerilya menumbangkan
pemerintahan kulit putih. "Tak saya sangka perlakuan buruk akan
saya terima dari bangsa sendiri dan di alam merdeka lagi," kata
Nkomo setiba di Gabarone Bostwana, dengan mengendarai jip Land
Rover.
Kehadiran Nkomo di Bostwana tampak kurang diingini Presiden
Quett Masire. "Kami harap dia tidak akan menetap di sini," kata
Lebang Mpotoqwane, juru bicara Pemerintah Bostwana, tiga hari
selepas kedatangan tamu tak diundang itu. Ia tak mengungkapkan
alasan terperinci.
Nkomo belum mengatakan negeri yang bakal ditujunya. Diduga ia
ingin mengatur serangan gerilya dari Bostwana - pangkalan
gerilyawannya 30 tahun lalu. Tapi Presiden Quett Masire, sahabat
kental Nkomo, tampak keberatan. Sejak Zimbabwe merdeka, 1980,
hubungan kedua sahabat itu sudah renggang. Ditambah lagi Masire
cemas kalau Mugabe mengganggu negaranya gara-gara menerima
Nkomo.
Mengapa Nkomo dimusuhi Mugabe? Ceritanya: Setelah Mugabe jadi
pimpinan Zimbabwe, Nkomo dituduhnya merongrong kebijaksanaannya.
Sebab sering mengajukan mosi tak percaya di parlemen.
Pertentangan kedua pejuang kemerdekaan Zimbabwe itu mencapai
puncak ketika tahun lalu Mugabe memecat Nkomo sebagai menteri
tanpa portofolio. Alasannya: sejumlah senjata ditemukan di
ladang Nkomo yang diduga Mugabe untuk persiapan kudeta. Mugabe
kemudian melancarkan operasi pembersihan terhadap lawannya
diperkirakan sekitar 1.700 orang telah ditahan Mugabe.
Peristiwa itu diprotes Nkomo. Akibatnya: ia dilarang ke luar
negeri. "Nkomo mau melakukan konperensi pers di Afrika Selatan
mengawali perjalanannya ke Eropa. Ia juga mau bertemu dengan
pejabat-peja6at pemerintah," ujar Mugabe kepada pers di KTT
Non-Blok di New Delhi. Ia juga menyangkal telah mengirim pasukan
untuk membunuh Nkomo. "Saya bukan pembunuh. Apa yang bisa saya
peroleh dengan membunuh dia? Malah itu akan membuatnya sebagai
seorang sahid," kata Mugabe.
Sebelum melarikan diri ke Bostwana, Nkomo, 65 tahun, sempat
melakukan konperensi pers. Para wartawan di Bulawayo, kota
kediamannya, dijemput lewat tengah malam dengan mobil kemudian
dilarikan dengan kencang ke pinggiran kota. Kepada para wartawan
itu Nkomo mengungkapkan bahwa rumahnya telah diserbu sepasukan
tentara. "Perdana Menteri Mugabc mengirim pasukan itu untuk
membunuh saya dan keluarga," katanya. Kebetulan malam itu
keluarga Nkomo tak menginap di situ. Pada waktu penggerebekan
itu, menurut saksi mata terdengar tembakan. Esoknya ditemukan
tiga orang tewas - seorang di antaranya sopir Nkomo.
Juru bicara Pemerintah Zimbabwe menyangkal bahwa pasukan yang
merazia Bulawayo bermaksud membunuh. "Tak ada orang yang
ditangkap tanpa alasan," komentar Mugabe. Yang pasti Johanna
Tandhiwe dan John Ndlovu, istri, putri dan menantu Nkomo
ditangkap polisi setelah tokoh oposisi itu lari.
Akhir pekan lalu Johanna dilepaskan setelah ditahan dua hari.
Tapi putri dan menantunya masih dalam penjagaan karena dicurigai
telah membantu keberangkatan Nkomo ke Bostwana.
Sementara keluarga mengharapkan Nkomo selamat, keresahan telah
terjadi di kalangan ZAPU, partai oposisi yang dipimpin Nkomo.
Beberapa tetua partai dari suku minoritas Ndebele telah
mengeluarkan pernyataan ancaman pemecahan atas Nkomo. "Kecuali
Nkomo kembali ke Zimbabwe," tulis kantor berita nasional Ziana.
Kepergian Nkomo tampak akan melapangkan jalan bagi Mugabe untuk
memberlakukan sistem partai tunggal di Zimbabwe. Ini tercermin
dari pernyataan Menteri Perbekalan Nasional Enos Nkala: "ZAPU
harus dibekukan karena kegiatannya melawan pemerintah."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini