DUA pekan lagi menurut kesepakatan di Washington, 13 Oktober lalu, akan mulai belaku pemerintahan otonomi di Gaza dan Yerikho. Tapi sampai akhir pekan lalu penjabaran sejumlah kesepekatan pokok, dibicarakan oleh delegasi PLO dan Israel di El-Arish, Mesir, dan di Paris, Prancis, masih seret. Berikut masalah pokok yang sulit itu. n Batas wilayah Yerikho. Sampai pekan lalu belum disepakati berapa luas batas wilayah kekuasaan PLO di Yerikho. Ini terjadi karena dalam Deklarasi Prinsip yang diteken di Washington, ''Tak disebutkan secara jelas yang dimaksud dengan Yerikho: apakah distriknya atau hanya Kota Yerikho,'' ujar Abu Mazen, juru runding PLO. Pihak Israel hanya bersedia memberi wilayah seluas 25 km2, sesuai luas Kota Yerikho. Sebaliknya, PLO menginginkan wilayah seluas 345 km2, sesuai batas wilayah Distrik Yerikho. Dan Keamanan. Baik PLO maupun Israel masih berbeda pendapat siapa yang bakal mengendalikan keamanan di Gaza dan Yerikho. Seperti diketahui, sedikitnya terdapat 20 permukiman Yahudi di Jalur Gaza dan Distrik Yerikho. Untuk menjaga keamanan sekitar tujuh ribu warganya itu, Israel mengerahkan tentaranya, yang akan mendirikan tenda-tenda di dalam wilayah permukiman itu. Masalahnya kini, para pemukim Yahudi tak menghendaki kehadiran satuan militer itu di dalam wilayah mereka. ''Kami memang ingin dijaga oleh militer Israel, tapi jangan di dalam wilayah permukiman,'' ujar Zvi Handel, pemimpin sekitar 4 ribu warga Yahudi di Jalur Gaza. Bila pasukan penjaga permukiman itu berada di luar permukiman, berapa jauh mereka harus berada dari wilayah PLO, belum disepakati. Tampaknya, pihak PLO tetap menginginkan tentara Israel berada di dalam permukiman, bukan di luarnya. Di luar, kata delegasi PLO, keamanan menjadi tanggung jawab tentara dan polisi PLO. Belum lagi disepakati pula, siapa yang berhak turun tangan menyelesaikan masalah lalu lintas atau tindak kriminal: polisi Palestina atau Israel? Misalnya, berhakkah polisi PLO menangkap warga Yahudi yang menabrak pejalan kaki warga Palestina? Siapa yang berhak menangani kasus kriminalitas yang terjadi antara warga Yahudi dan Palestina? n Tapal batas. Pihak PLO maupun Israel masih belum dapat menentukan luas wilayah dan tapal batas permukiman Yahudi yang kini dibatasi pagar kawat berduri itu. Sampai berapa jauh pemukim Yahudi atau tentara Israel bisa berkeliaran di luar wilayahnya? Begitu sebaliknya, bagi penduduk Palestina yang hidup di sekitar permukiman Yahudi. Ada ide, pemukim Yahudi di Jalur Gaza yang terisolasi itu diberi tiket untuk memudahkan keluar-masuk kompleks. Namun, ide ini tak bisa diterima pemukim Yahudi, dengan alasan bahwa mereka diperlakukan sama dengan pekerja Arab di Israel, yang memang mengantungi izin kerja atau pas keluar-masuk. Pemerintah Israel juga meminta tetap diberi hak mengontrol semua jalur keluar-masuk ke Gaza dan Yerikho. Misalnya, Jembatan Allenby dan Jembatan Abdullah, dua jalur masuk ke Tepi Barat dan Yerikho serta wilayah Israel lainnya, dari Yordania tetap dijaga tentara Israel. Lantas, agar warga Yahudi tak memasuki Kota Yerikho yang tak ada Yahudinya itu, Israel mengusulkan diadakan jalan pintas melingkar ke sebelah barat, yang menghubungkan jalur di selatan dengan utara. Juga belum ada kesepakatan siapa yang bakal mengontrol sumber-sumber air di El-Ouja dan Almog yang terletak di Distrik Yerikho, yang punya akses ke hampir seluruh Tepi Barat, Yerusalem, dan Laut Mati. DP
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini