Mungkin ini yang namanya bermain dengan kehidupan. Berbagai jenis makhluk hidup berukuran mikro dibuat menjadi senjata mematikan. Efek fatal yang muncul pun sangat tak terduga. Maklum, tidak seperti bom atau rudal, wujud senjata biologi tidak kasat mata. Sasarannya pun tak pandang bulu. Jasad renik itu tak bisa mengenali kawan atau lawan sehingga penyebarnya pun bisa terserang sendiri. ”Yang dipilih biasanya bakteri dan virus bersifat ganas, cepat menular, dan susah dikendalikan,” kata Agus Syahrurahman, profesor mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Mengendalikan senjata yang hidup, karena itu, bukan soal gampang. Salah urus, rakyat sendiri bisa jadi korban, seperti yang terjadi di Soviet tahun 1979. Sebelumnya, di tengah Perang Dunia II, Jepang mempekerjakan 3.000 ilmuwan untuk mengembangkan senjata biologi di Cina. Berbagai agen seperti kuman antraks, salmonela, dan kolera diujicobakan pada tawanan perang. Akibatnya, minimal 10 ribu tawanan perang tewas. Tahun 1941, sekelompok prajurit Cina menyerang lokasi pembiakan kuman itu dan 1.700 tentara Jepang terperangkap. Tentara Jepang tersebut mati terkena bumerang senjata biologis.
Berikut ini beberapa agen senjata biologi dan dampaknya bagi manusia, yang sebagian disarikan dari situs The Henry L. Stimson.
Antraks
Inilah makhluk paling beken di seantero dunia dalam sebulan terakhir: Bacillus anthracis, biang keladi penyakit antraks. Spora kuman ini stabil dan sanggup tidur (dorman) puluhan tahun dalam tanah. Begitu mampir di tempat yang lembap dan hangat, misalnya paru-paru, spora yang tidur langsung bangun dan berbiak ekstracepat. Sembari berbiak, pasukan kuman merusak organ internal tuan rumah—ternak atau manusia—dengan hebat. Tanpa pengobatan, antraks yang terisap melalui pernapasan hanya butuh 2-6 hari untuk menewaskan korban.
Sifat yang stabil dan mematikan membuat antraks cocok sebagai senjata biologi. Apalagi proses pembuatannya gampang. ”Laboratorium sederhana sudah cukup,” kata Agus Syahrurahman. Caranya, spora kuman diputar dengan teknik sentrifugal berkecepatan tinggi hingga menjadi bubuk kering yang siap ditebar.
Jerman tercatat pernah memanfaatkan antraks di tengah Perang Dunia I. Kala itu, tentara Jerman menyuntikkan antraks pada hewan ternak milik tentara lawan. Kemudian, pada 1979, sebuah laboratorium pengembangan antraks di Ekaterinaburg, bagian Uni Soviet, bocor. Akibatnya, muncul wabah antraks yang menewaskan sedikitnya 66 penduduk dan ratusan hewan ternak sampai radius puluhan kilometer.
Pada 1991, 150 ribu tentara AS yang terjun ke medan Perang Teluk, Irak, disuntik dengan vaksin antraks. Vaksinasi ini untuk mengantisipasi Irak yang diduga kuat memiliki 2.245 galon biakan antraks, 50 bom yang berisi serbuk antraks, dan 5 misil antraks. Untunglah, Irak tidak jadi menggunakan senjata biologi yang mengerikan ini.
Cacar alias Smallpox
Sebetulnya, virus variola pemicu cacar (smallpox) ini sangat ideal sebagai senjata biologi. Penularannya sangat cepat dan amat susah dilokalisasi. Walhasil, cukup satu kasus cacar sudah sanggup menempatkan seluruh Amerika dalam bahaya tak terkira. ”Serangan smallpox ini bisa mematikan mereka yang tak punya kekebalan,” kata Agus. Padahal, sejak vaksin cacar ditemukan oleh Louis Pasteur dua abad yang lalu, pemusnahan cacar menjadi mudah dan penyakit cacar pun musnah dari muka bumi pada awal 1980-an.
Kini biakan virus cacar secara resmi hanya ada di dua lokasi, yakni di laboratorium yang sangat aman di AS dan Rusia. Namun, lagi-lagi, Irak dicurigai secara diam-diam mengembangkan virus variola.
Nah, mengingat penyakit cacar sudah musnah, dokter zaman sekarang sudah tak lagi belajar serius menangani penyakit cacar. Persediaan vaksin pun sangat terbatas karena program vaksinasi massal tahun 1970-an sudah dinyatakan sukses. Padahal, masa efektif suntikan vaksin cacar hanya bertahan 10 tahun. Setelah itu, kekebalan terhadap cacar luntur.
Racun Botulinum
Sumber racun ini adalah bakteri Clostridium botulinum yang membuat pusing, lemah, dan pandangan kabur. Racun langsung bekerja merusak otot hingga memicu kelumpuhan dan kematian. Jenis lainnya, Clostridium perfringens, menginfeksi manusia melalui luka kecil yang terbuka. Luka itu dengan cepat melebar dan membusuk seperti gangren.
Kepada PBB, Irak melaporkan memiliki 5.125 galon biakan bakteri, 100 bom, dan 16 kepala misil yang semuanya mengandung Clostridium botulinum.
Salmonela
Kuman Salmonella Sp. gampang ditaburkan dalam makanan yang diniatkan untuk me-racuni target. Pada 1984, kelompok yang menamakan diri Rajneeshee sengaja menaburkan Salmonella pada hidangan di sebuah restoran di Oregon, AS. Sejumlah 751 orang mengalami radang usus dan 55 orang terpaksa dirawat di rumah sakit.
MCh
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini