Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kampanye Awal Partai Keadilan

Partai Keadilan unjuk kekuatan lewat aksi antiserangan Amerika Serikat ke Afganistan. Mencari simpati untuk pemilu mendatang?

21 Oktober 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ES KELAPA muda produksi Pak Mahmud menjadi obat dahaga simpatisan Partai Keadilan yang sedang berunjuk rasa, Jumat pekan lalu. Mahmud yakin aksi ini berjalan tanpa bentrokan dengan polisi. Ia juga yakin massa yang jumlahnya sangat besar ini sangat berdisiplin pada tuntutannya. Karena spanduk yang diusungnya berbunyi "boikot produk AS", massa yang haus tak mungkin minum Coca-Cola atau Fanta. Naluri dagang Mahmud seratus persen betul. Karena itu, ia membuntuti terus gerakan massa, dari Kedubes AS terus ke Jalan Thamrin dan berhenti di Bundaran HI, Jakarta. Sementara massa selalu bernyanyi sambil berjalan, Mahmud pun sigap terus mendorong gerobak minumannya. Hingga para demonstran membubarkan diri, termos besar yang dibawanya nyaris tak berisi lagi. "Laku keras," kata Mahmud sambil menghitung keuntungannya. Unjuk rasa yang dipimpin langsung oleh Presiden Partai Keadilan, Hidayat Nur Wahid, itu memang menghibur, tertib, enak dilihat?asal jangan sering-sering, karena sangat memacetkan lalu-lintas. Aksi menentang serangan Amerika Serikat ke Afganistan ini merupakan unjuk rasa terbesar di Indonesia selama ini. Partai Keadilan (PK) mengerahkan lebih dari 10 ribu massanya di sekitar Jakarta. Ini pula unjuk rasa pertama?mudah-mudahan ini yang terakhir jika mengikuti imbauan Wakil Presiden Hamzah Haz?yang dilakukan resmi oleh partai Islam sejak pecahnya perang Afganistan. Dalam orasinya di depan Hotel Indonesia, Hidayat mengajak bangsa Indonesia melepaskan diri dari ketergantungan pada Amerika Serikat. "Janganlah kita terlalu mengikuti segala yang berbau Amerika, seperti makanan atau pakaian," katanya. Tak jelas apakah celana, kemeja, dasi, jas, program komputer termasuk "berbau AS" atau tidak. Hidayat tidak memerincinya. Namun, yang jelas dia menolak aksi sweeping ataupun perusakan terhadap aset-aset Amerika di Indonesia. Yang menarik, PK mendukung sikap pemerintah yang disampaikan Presiden Megawati saat peringatan Isra Mi'raj di Masjid Istiqlal, Senin pekan lalu. Pernyataan Mega mengecam tindakan suatu negara menyerang bangsa lain dalam mengatasi aksi teror, menurut Hidayat Nur Wahid, sudah cukup mewakili suara umat Islam di Indonesia. Karena itu, dia menolak anggapan bahwa aksi partainya ini merupakan bagian dari upaya menggoyang posisi Presiden. Namun, kenapa menyampaikan aspirasi lewat aksi unjuk rasa, dan bukan lewat wakil-wakilnya di DPR? Ini hanya masalah taktik. Sebagai partai yang pertama kali ikut pemilu, suara yang diraih PK hanya cukup untuk tujuh kursi. Karena itu, wakil PK di DPR harus bergabung dengan wakil dari Partai Amanat Nasional untuk membentuk fraksi yang dinamai Fraksi Reformasi. Jelas, kalau adu aspirasi di DPR, suara wakil-wakil PK akan tenggelam oleh wakil partai lain. Ada pula yang menduga aksi PK ini bertujuan mencari popularitas di mata masyarakat, sekaligus menjadi modal untuk memompa perolehan suara dalam pemilu tiga tahun mendatang. Namun, bisakah PK, sebagai partai yang digolongkan gurem, mengikuti pemilu lagi? Pada Pemilihan Umum 1999, partai ini hanya meraih 1,4 persen suara. Menurut Undang-Undang Pemilu yang berlaku saat itu, PK akan tergusur untuk pemilu berikutnya. Sebab, batas minimal perolehan suara untuk bisa mengikuti pemilu mendatang adalah 2 persen atau sepuluh kursi. Namun, RUU Pemilu yang baru sedang disusun. Dalam draf yang kini sedang digodok di Departemen Dalam Negeri, persyaratan 2 persen itu akan dikendurkan. Dalam draf yang baru, partai peserta pemilu dua tahun lalu bisa mengikuti dua kali pemilu lagi, meski perolehan suaranya di bawah 2 persen. Perubahan ini mempertimbangkan bahwa saat Pemilu 1999, sejumlah partai baru tidak punya cukup waktu untuk mempersiapkan diri. Karena tahu ada draf baru itu, menurut seorang sumber, PK lantas mencuri start kampanye untuk Pemilu 2004 mendatang. Bagaimana dengan partai Islam lainnya? "Kita tak mau latah ikut-ikutan unjuk rasa," kata Ahmad Sumargono, Ketua Partai Bulan Bintang (PBB). Sebagai persiapan awal, PBB lebih memilih perjuangan lewat lobi-lobi. Menurut Sumargono, menekan pemerintah dengan mengerahkan massa merupakan pilihan yang kesekian bagi PBB. "Hak mereka mengambil opportunity (keuntungan) dari kondisi saat ini," kata Sumargono tentang langkah PK ini. Bagi Syamsudin Haris, pengamat politik dari LIPI, "Aksi Partai Keadilan itu merupakan kampanye yang berhasil." Alasannya, unjuk rasa itu menarik perhatian media massa dan menjadi berita utama hingga ke daerah. Namun, kalau overdosis, akan menjadi bumerang. Memang bom jatuh di Afganistan, tetapi rakyat Indonesia yang kelimpungan: dunia wisata pingsan, industri kerajinan lumpuh, peternak ayam menjerit, buruh terancam PHK?dan sederet keluhan lagi. Agung Rulianto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus