Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Narkotik kolombia

Pemerintah kolombia dua kali perang besar dgn mafia, menewaskan menteri kehakiman rodroco lara dan senator luis galan. kini lolosnya escobar ada tuduhan melemahnya pemerintah gaviria.

1 Agustus 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SELAMA ini sudah dua kali pemerintah Kolombia menyatakan perang besar terhadap mafia narkotik. Perang pertama pada 1984, setelah Menteri Kehakiman Rodroco Lara tewas. Lara memang musuh besar mafia narkotik. Hakim ini bekerjasama dengan AS berhasil memporak-porandakan laboratorium narkotik di hutan dan menyita ribuan kilogram kokain murni bernilai milyaran dolar. Dia jugalah yangmenghalangi gembong narkotik besar yang kini buron, Escobar, menjadi anggota parlemen. Dalam perang pertama itu sejumlah pengedar ditangkap dan kemudian diekstradisikan ke AS. Tapi, yang tertangkap rupanya cuma kelas menengah. Parabos narkotik sendiri tak terjaring oleh perang ini. Cuma, para bos rupanya cukup direpotkan juga. Buktinya muncul tawaran ini: mereka mau menarik diri dari bisnis narkotik dan mau membantu membayar utang luar negeri Kolombia, yang waktu itu berjumlah US$ 13 milyar, asal pemerintah Kolombia membatalkan persetujuan ekstradisi dengan AS. Lalu terjadilah keanehan. Pemerintah Kolombia tak juga membatalkan perjanjian ekstradisinya, tapi perang narkotik gembos pelanpelan. Perang kedua terjadi tahun 1989, setelah Senator Luis Galan, kandidat presiden, dibantai, konon, atas perintah Escobar. Kali ini Kolombia mendapat bantuan AS, yakni 100 personil tentara Amerika untuk melatih pasukan antinarkotik Kolombia dan dana US$ 65 juta. Perang kedua ini lebih dahsyat, karena pihak mafia narkotik pun unjuk kekuatan. Bom-bom menguncang sejumlah kota besar, puluhan markas polisi diledakkan, bankbank diserang, bahkan sebuah pesawat komersial juga dipasangi bom dan meledak. Walhasil ratusan orang sipil menjadi korban. Dua tahun silam Presiden Kolombia yang sekarang, Cesar Gaviria, dilantik. Presiden muda usia ini terus melanjutkan perang narkotik yang diwarisinya daripresiden sebelumnya. Gaviria, 45 tahun, mencoba menggunakan segala cara. Ia menawarkan imbalan besar bagi siapa yang menangkap gembong narkotik. Tentusaja "sayembara" ini gagal: para bos narkotik punya duit lebih banyak. Akhirnya, Gaviria mencoba jalan kompromi, yang pernah ditawarkan oleh pihak mafia. Maka, ia pun memperjuangkan dihapuskannya perjanjian ekstradisi. Berhasil. Akhirnya sebuah UU yang membatalkan persetujuan ekstradisi ASKolombia disahkan. AS protes keras dan menuduh Gaviria hanya melancarkan perang terhadap teror narkotik di dalam negeri sendiri. Padahal, dari Kolombialah, sebagian besar narkotik di dunia berasal. Namun, Gaviria berhasil membuat Escobar menyerah, meski dengan berbagai syarat yang lebih menguntungkan pedagang obat terlarang itu daripada pemerintah Kolombia. Misalnya, Escobar diberi hak menentukan penjara dan penjaganya sendiri. Ketika itu dunia bersyukur, Escobar masuk penjara. Kini, setelah ia lepas lagi, orang menuding lemahnya pemerintahan Gaviria yang penuh kompromi itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus