RABU pagi yang dingin pekan lalu, di penjara Envigado, Kolombia. Sekitar 10 orang berpakaian mencolok, diamdiam berjalan meninggalkan pintu gerbang. Lalu mereka menyelinap di antara pospos penjagaan tentara yang berada di luar kompleks penjara. Seorang di antaranya, seorang wanita tambun bertubuh pendek, berjalan agak tergesagesa. Kemudian mereka raib dari pandangan. Tak lama kemudian Kolombia geger, dan segera berita ini tersebar ke seluruh dunia. Wanita tambun itulah diduga kuat Pablo Escobar, bos jaringan mafia Medellin, satu dari dua mafia narkotik terbesar di Kolombia. Drama pelarian dewa narkotik Kolombia itu diungkapkan oleh Brigade Keempat satuan yang bertanggung jawab atas keamanan penjara Envigado. Dari laporan itulah diduga kuat para penjahat narkotik itu berhasil lolos berkat bantuan sejumlah tentara dan penjaga penjara. Para gembong obat bius itu diberi keleluasaan berkeliaran di pospos penjagaan, dan malah dipinjami seragam sipir penjara. Pada malam sebelum kejadian, seorang sersan bernama Filiberto Joya memberi tahu bawahannya agar membiarkan sekitar tujuh orang pekerja meninggalkan penjara pada pagi buta esok hari. "Saat itu, kami semua mendapat sejumlah uang," kata Joya. Kini mereka semua ditahan. Bahkan kepala staf angkatan udara Kolombia dipaksa mengundurkan diri. Ia dinilai terlambat bereaksi, hingga bantuan tak segera tiba di Envigado, yang menyebabkan Escobar lolos dengan gampang. Memang gila. Inilah kisah pelarian sensasional penjahat narkotik kaliber gajah. Escobar jelas bukan penjahat kriminal biasa. Juni tahun lalu ia menyerahkan diri pada aparat keamanan. Tapi kemudian orang bertanya, adakah ia dipenjarakan atau diberi vila peristirahatan lengkap dengan penjaganya agar ia tak diganggu musuhmusuhnya? Coba lihat. Beberapa hari sebelum ia menyerahkan diri, penjara Envigado yang dulunya pusat rehabilitasi pecandu narkotik itu diubah menjadi penjara khusus dengan desain yang mesti ia setujui terlebih dulu. Misalnya, tiga ruangan tahanan dilapisi lantai keramik merah, warna favoritnya. Tiga ruangan itu pun diubah sedemikian rupa hingga menghadap ke arah perbukitan Envigado yang berpemandangan indah. Sepetak kebun, lapangan bola, kolam renang, dan televisi melengkapi ruang tahanan yang mirip apartemen mewah itu. Lalu, untuk lebih amannya, hanya ada satu jalan untuk mencapainya, dan jalan itu yang boleh dilalui kendaraan beroda empat. Dengan demikian, siapa pun yang mencoba masuk, jauhjauh ia sudah bisa dipantau oleh keempat puluh orang penjaga penjara, yang semuanya saja adalah pilihan Escobar sendiri, meski mereka aparat keamanan pemerintah. Lain dari itu, anak buah Escobar yang ingin menemuinya tak perlu izin pemerintah sama sekali mirip kalau mereka berkunjung ke rumah Escobar sendiri. Apalagi bagi ibu Escobar, Herminda Gaviria Escobar. Bekas guru SD ini bebas keluarmasuk Envigado. Yang lebih gila, apartemen Escobar itu dilengkapi dengan radar dan atap baja. Bos narkotik yang memulai kariernya sebagai pencuri batu nisan ini takut dibom atau mendapat serangan udara dari musuhmusuh luarnya CIA misalnya. Maklum, kawasan ini berada tak jauh dari sebuah pangkalan udara. Dengan peraturan yang tampaknya lebih dibikin oleh Escobar daripada pemerintah Kolombia, ia diduga tetap mengendalikan bisnis narkotiknya dari Envigado. Pilihan Escobar atas Envigado pun sangat menguntungkan dia. Sejak muda ia sudah dikenal di kota kecil ini dan kota di dekatnya, Medellin, yang malah menjadi sarang bisnisnya. Warga di dua kota itu menganggapnya sebagai Robin Hood. Maklum, bekas alapalap mobil ini dikenal royal. Ia membangun kebun binatang dan lapangan sepak bola di Medellin, kota terbesar kedua setelah Bogota. Sebuah kompleks perumahan bernama Bario Escobar didirikan khusus bagi rakyat miskin di situ. Lalu beberapa buah gereja didirikan atas nama ibunya di dua kota itu. Menurut majalah Forbes, Pablo Escobar Gaviria yang baru 42 tahun itu memiliki kekayaan sekitar Rp 4 trilyun. Bandingkan dengan gaji seorang brigadir jenderal Kolombia yang cuma sekitar Rp 2 juta sebulan. Di mata Escobar, pemerintah Kolombia tak lebih dari sebiji jempol kaki. Hal itu bisa terasa tatkala Presiden Cesar Gaviria mungkin merasa putus asa mengadakan sayembara penangkapan atas diri Pablo Escobar, awal tahun lalu, dengan hadian US$ 400.000. Lalu, seakan mengejek, Escobar pun mengeluarkan sayembara tandingan, dengan memberi imbalan uang tunai US$ 2.000 bagi setiap nyawa polisi. Sampai Escobar menyerahkan diri beberapa bulan kemudian, 250 jiwa perwira polisi melayang. Tak jelas, apakah hadiah itu diberikan atau tidak. Daftar hitam kebrutalannya dimulai ketika ia tertangkap pertama kali karena mencuri mobil di tahun 1974. Beberapa hari kemudian sebagian besar saksi yang memberatkannya kedapatan mati terbunuh. Korban terbesarnya sekali tepuk adalah ketika ia meledakkan pesawat Boeing 727 milik maskapai penerbangan Kolombia. Semua penumpang, lebih dari 100 orang, tewas. Itulah yang harus dibayar oleh pemerintah Kolombia yang melakukan perang besar terhadap Escobar. Kamis pekan lalu, dari tempat persembunyiannya yang diperkirakan masih di sekitar penjara Envigado, Escobar mengirimkan sebuah kaset ke redaksi Radio Caracol, di Medellin. "Aku benar-benar ingin menyerahkan diri, tapi dengan tujuh syarat," katanya dengan suara berat di dalam kaset yang bertuliskan: "Dari Rimba Kolombia." Di antara ketujuh tuntutan itu, Escobar minta agar bisa ditahan kembali di penjara Envigado. Ia pun minta jaminan PBB bagi keselamatan dirinya. Tapi Presiden Gaviria, 45 tahun, rupanya kali ini marah besar. Ia tolak permintaan itu. Escobar boleh menyerah, tapi tanpa syarat. Pilihan yang lain, ia harus menghadapi perburuan yang dilakukan oleh 7.000 pasukan komando. Rupanya, Escobar pun tak tinggal diam. Seorang penelepon gelap yang menyatakan diri wakil kartel Medellin mengancam akan melancarkan serangkaian pengeboman di beberapa tempat strategis. Sebuah perang baru akan meletus? Ada dugaan, salah satu penyebab terjadinya pelarian itu, karena Escobar takut bakal diekstradisi ke AS. Juni lalu mahkamah agung Amerika mengesahkan undangundang baru yang membolehkan Amerika memburu dan menangkap siapa saja, di mana saja, bila orang itu dianggap musuh Amerika. Maka, Escobar bisa saja diculik Pemerintah AS, karena dituduh memasok 80% suplai bubuk putih ke negeri ini. Didi Prambadi (Jakarta) dan Bambang Harymurti (Washington, D.C.)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini