UJIAN pertama bagi perdana menteri Israel yang baru tampaknya segera tiba. Yitzhak Rabin, perdana menteri baru itu, pekan lalu diharapkan oleh banyak pengamat Timur Tengah bisa memberikan langkah terobosan untuk perundingan damai. Yakni setelah ia mengadakan pembicaraan empat jam dengan Presiden Mesir Husni Mubarak di Kairo Selasa pekan lalu. Selain itu, keputusannya untuk menghentikan pembangunan permukiman Yahudi di wilayah pendudukan menambah harapan tersebut. Rabin, yang terbang ke Kairo dengan pesawat militer dan disertai seratus wartawan Israel dengan pesawat lain, memang berbeda dengan pendahulunya, Yitzhak Shamir. Kepada pers di Kairo ia menekankan dua hal pokok sebagai dasar penyelesaian damai. Yakni Konperensi Damai di Madrid, Oktober tahun lalu, dan Perjanjian Camp David antara Mesir dan Israel di tahun 1978. Tapi, sebagaimana penilaian para menteri luar negeri Arab yang bertemu di Damaskus Jumat pekan lalu, sejauh ini memang belum terlihat perubahan mendasar Israel dalam pemerintahan Rabin yang baru berlangsung dua pekan ini. Nah, benarkah Rabin berbeda dengan pendahulunya bisa dilihat dari sikap Israel dalam Konperensi Damai Timur Tengah mendatang. Konperensi itu ditawarkan Menteri Luar Negeri AS James Baker dilangsungkan 10 Agustus diWashington. Dari Damaskus, para menteri luar negeri negara-negara Arab menyambut tawaran Baker dengan antusias. Bahkan mereka memanfaatkan pergantianpemerintahan di Israel. Yakni menuntut agar delegasi Palestina menyertakan wakil dari Yerusalem (Timur), PLO, dan wakil orang Palestina yang berada di luar wilayah pendudukan tiga hal yang selalu ditolak mentahmentah oleh perdana menteri Israel yang lalu. Tak cuma itu. Dari Damaskus juga muncul pernyataan bahwa "tanah untuk damai" adalah satu-satunya formulasi agar perdamaian terwujud. Yakni dikembalikannya semua wilayah Arab yang diduduki Israel setelah perang tahun1967, termasuk Yerusalem (Timur) kepada pihak Arab. Tak mudah bagi Rabin untuk menjawab tawaran itu bila ia ingin mempertahankan citranya sebagai tokoh moderat di antara tokoh-tokoh garis keras di Israel, sekaligus mempertahankan pemerintahan partainya, Partai Buruh. Dan bila ia menolak Konperensi tersebut ia bisa-bisa menanggung nasib serupa pendahulunya: tak mendapatkan kredit lunak dari Amerika (yang dijanjikan sebesar US$ 10 milyar), yang akan sangat berarti bagi ekonomi Israel. Kesulitan-kesulitan itulah tampaknya yang membuat Rabin belum menjawab tawaran Baker sampai awal pekan ini. Sekretaris Kabinet Israel Elyakin Rubinsteinmengatakan pada Reuters, Israel belum bisa menyetujui usul Baker. Alasannya terdengar agak janggal. Yakni, pada tanggal itu Rabin direncanakan mengunjungiWashington untuk menemui George Bush. Padahal dengan demikian, bila Rabin memang setuju tawaran Baker, ia sekali mengayuh dua pertemuan dihadirinya. Atau ia memang, sebagaimana dikatakan olehFarouq Al Shara, menteri luar negeri Suriah "musang berkulit kambing"? Dja'far Bushiri (Kairo) dan FS (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini