DARI sebuah rumah di New Delhi, India, akhir Mei lalu tiba-tiba
menjerit serang wanita dengan tubuh terbakar. Pertolongan para
tetangganya ternyata sia-sia. Beberapa hari kemudian Tarvinder
Kaur tewas di rumah sakit. Tapi sesaat sebelum menghembuskan
nafas ia berkisah kepada polisi, yang menyebabkan banyak
pemimpin kaum wanita India berkampanye menentang tradisi mas
kawin -- dowry system.
Desember lalu Satpal Singh dan Tarvinder Kaur menikah. Selaras
dengan tradisi India pengantin Tarvinder Kaur, 24 tahun, pindah
ke rumah orang tua suaminya. Pada suatu malam ketika ia sedang
menonton televisi, mendadak ibu mertuanya menuang minyak tanah
ke tubuhnya. Pada saat yang bersamaan kakak iparnya menyulutkan
api. Tentu saja sari, (pakaian khas wanita India) yang
dikenakannya terbakar seketika.
Berita itu beredar. Sekitar 150 wanita berdemonstrasi di depan
rumah keluarga Singh -- yang menolak keluar dan berbicara dengan
mereka. "Wanita tidak untuk dibakar!" teriak mereka geram.
Kenapa Ny. Singh dibakar? Selama 2 minggu sebelum hari naas itu
sang ibu mertua telah menyiksa dan menganiayanya. Keluarga sang
suami menuntut agar ia memenuhi kekurangan mas kawin. Sebenarnya
keluarga pengantin wanita telah menyerahkan uang kontan senilai
AS$ 2.500 berikut skuter, televisi, lemari es dan, emas
perhiasan.
Keluarga Singh membantah versi minyak tanah dan televisi itu,
dan menjelaskan bahwa sari itu terbakar ketika Tarvinder memasak
di dapur.
"Ratusan wanita dibakar dan disiksa suami dan ibu mertuanya
setiap tahun dengan alasan serupa mas kawin," kata Ny. Suman
Krishan Kant, ketua Masyarakat Penampung Derita Wanita.
Dikemukakannya tahun 1975, misalnya, 350 wanita tewas -- dua
kali lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Sebab dan cara kematian
selalu serupa -- seperti peristiwa Ny. Singh -- sarinya terbakar
ketika memasak.
Sistim dowry, yang sebenarnya dilarang oleh Undang-undang,
mewajibkan keluarga pengantin wanita menyerahkan sejumlah uang
dan barang kepada keluarga pengantin lelaki sebagai mas kawin.
Jumlah yang diminta keluarga pihak lelaki bermacam-macam,
menuruti status sosial dan tingkat jabatannya. "Untuk insinyur
lulusan Amerika, misalnya, sekitar AS$50 ribu, tapi yang lulusan
India tak lebih AS$ 2 ribu saja," ungkap Ny. Kant.
Ancaman hukuman yang dijatuhkan bagi para peminta mas kawin
masih ringan, hanya 6 bulan penjara dan denda AS$ 625. Gerakan
wanita India mengharapkan ancaman itu ditingkatkan dengan 5
tahun penjara dan denda AS$ 1.250.
Pemerintah pimpinan Perdana Menteri Morarji Desai sudah
memperberat ancaman hukuman, dan melarang pegawai negeri,
"menerima, memungut atau membenarkan mas kawin." Sementara itu
seorang pejabat mengungkapkan bahwa hanya 9 kasus pembakaran
pengantin wanita yang diselidiki untuk kemudian diperkarakan di
New Delhi selama 3 tahun terakhir. Benar sedikit terjadi?
Menurut Ny. Kant, keluarga pengantin lelaki suka menyogok
polisi. Kepala Polisi New Delhi, JN Chaturvedi, membantah:
"Persoalannya adalah kami kekurangan saksi dan bukti fisik."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini