Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Rezim muzorewa belum dipercayai

Pemilihan umum sudah dilaksanakan, abel muzorewa menjadi perdana menteri mulai 1 juni 1979. nama negeri itu sudah menjadi zimbabwe rhodesia, tapi pengakuan internasional belum diterima. (ln)

23 Juni 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEMILIHAN umum sudah dilaksanakan April lalu, yang menghasilkan pemerintahan mayoritas di Salisbury, Rhodesia. Seorang kulit hitam, Abel Muzorewa, pun sudah resmi menjadi perdana menteri mulai 1 Juni. "Hal ini terlalu cepat," komentar Ian Smith, bekas PM kulit putih. Namun Smith sudah rela mengucapkan selamat pada kabinet Muzorewa. Nama negeri itu pun sudah berobah menjadi Zimbabwe, Rhodesia. Kenyataan baru di sana sungguh sudah mulai berlaku. Tapi pengakuan internasional masih belum juga diterimanya. Bahkan Presiden Jimmy Carter, walaupun didesak oleh Congress, pekan lalu tegas menolak untuk meniadakan sanksi ekonomi terhadap Rhodesia yang sudah berjalan selama 13 tahun. PM Margaret Thatcher, walaupun partai Konservatif sudah menjanjikannya ketika masih kampanye pemilu Inggeris, juga belum mau segera mengakui kabinet Muzorewa. Amerika dan Inggeris rupanya sudah sepakat untuk sementara tidak berbuat apa-apa. Keduanya cenderung menunggu sampai diketahui hasil konperensi negara Commonwealth (Persemakmuran) di Lusaka, Zambia, Agustus nanti. Persemakmuran itu sendiri terancam perpecahan gara-gara rezim Muzorewa harus diakui atau tidak. Soalnya ialah Afrika Hitam umumnya menganggap dominasi minoritas (Ian Smith dkk) masih berlaku di Rhodesia. Konstitusi bikinan pemerintahan Smith dulu memang menjadi dasar pemilu April lalu. Sama sekali itu tidak didukung oleh Front Patriotik, kelompok gerilya nasionalis kulit hitam. Dan Smith, walau hanya sebagai Menteri Negara tanpa portofolio dalam kabinet Muzorewa yang terdiri dari 17 anggota, dipandang oleh Front Patriotik masih menentukan. Sedikitnya 6 negara Afrika, termasuk Zambia yang akan menjadi tuan-rumah konperensi Persemakmuran, telah memihak Front Patriotik. Bahkan Nigeria turut mengancam tindakan pembalasan di bidang perdagangan bila Inggeris-Amerika mengakui Muzorewa. Nigeria menggunakan minyaknya sebagai "senjata." Sekitar 15% dari jumlah impor minyak AS berasal dari Nigeria. Dalam keadaan suplai minyak dunia terbatas, Carter rupanya menanggapi sikap Nigeria secara serius. Lagi pula, kata Carter, sebenarnya Inggeris "memegang keduanya kepentingan sejarah dan tanggungjawab" atas Zimbabwe Rhodesia. Bagi Inggeris, paling mengejutkan adalah sikap Presiden Kenya Daniel Arap Moi. Kenya selama ini dianggap teman baik Inggeris yang diandalkan. Ketika bertemu dengan PM Thatcher pekan lalu di London, Presiden Moi mengatakan Kenya menolak rezim Muzorewa. Sementara itu Joshua Nkomo dan Robert Mugabe, keduanya tokoh Front Patriotik, mendapat jaminan bantuan senjata dari Jerman Timur dan pasukan dari Kuba. Juga Kolonel Muammar Gaddafi dari Libya menawarkan fasilitas latihan bagi kaum gerilya di sana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus