Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Nihon Hidankyo Raih Hadiah Nobel Perdamaian 2024, Peringatan untuk Negara-negara Nuklir

Nihon Hidankyo, gerakan akar rumput penyintas bom atom dari Hiroshima dan Nagasaki, terpilih sebagai pemenang nobel perdamaian untuk alasan ini.

11 Oktober 2024 | 19.19 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sebelumnya, tak ada yang menyebut Nihon Hidankyo sebagai favorit peraih Nobel Perdamaian. Time menyebut beberapa nama yang terhubung dengan konflik-konflik utama dunia saat ini, seperti ICJ (Mahkamah Pidana Internasional), Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, UNRWA dan Philippe Lazzarini, UNESCO dan Dewan Eropa, aktivis lingkungan Swedia Greta Thunberg, hingga Ilham Tohti, aktivis Uighur yang sedang dipenjara di Cina. Nama Nihon Hidankyo tak disebut sama sekali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, konflik Rusia-Ukraina dan Konflik Israel-Iran yang telah menjurus pada perang nuklir membuat Komite Nobel Norwegia memutuskan lain.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nihon Hidankyo, sebuah gerakan akar rumput penyintas bom atom dari Hiroshima dan Nagasaki, diumumkan sebagai peraih Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini, Jumat, 11 Oktober 2024, sebagai bentuk peringatan bagi negara-negara yang memiliki senjata nuklir untuk tidak menggunakannya.

Sebagai saksi dari dua bom nuklir yang pernah digunakan dalam konflik, para anggota kelompok ini, yang juga dikenal sebagai Hibakusha, telah mendedikasikan hidup mereka untuk memperjuangkan dunia yang bebas nuklir.

"Hibakusha menerima Hadiah Perdamaian atas upayanya untuk mencapai dunia yang bebas dari senjata nuklir dan karena telah menunjukkan melalui kesaksian bahwa senjata nuklir tidak boleh digunakan lagi," kata Komite Nobel Norwegia dalam kutipannya.

"Hibakusha membantu kita untuk menggambarkan apa yang tak terlukiskan, memikirkan apa yang tak terpikirkan, dan entah bagaimana memahami rasa sakit dan penderitaan yang tak dapat dipahami yang disebabkan oleh senjata nuklir," ujar komite tersebut.

"Saya tidak percaya ini nyata," kata salah satu ketua Nihon Hidankyo, Toshiyuki Mimaki, dalam konferensi pers di Hiroshima, lokasi pengeboman bom atom 6 Agustus 1945 pada masa-masa akhir Perang Dunia Kedua, sambil menahan air mata dan mencubit pipinya.

Mimaki, yang merupakan korban selamat, mengatakan bahwa penghargaan ini akan memberikan dorongan besar pada upayanya untuk menunjukkan bahwa penghapusan senjata nuklir itu mungkin dilakukan.

"(Kemenangan ini) akan menjadi kekuatan besar untuk menarik perhatian dunia bahwa penghapusan senjata nuklir dan perdamaian abadi dapat dicapai," katanya. "Senjata nuklir harus benar-benar dihapuskan."

Peringatan untuk Negara-negara Nuklir

Tanpa menyebut nama negara tertentu, Joergen Watne Frydnes, ketua Komite Nobel Norwegia, memperingatkan agar negara-negara nuklir tidak berpikir untuk menggunakan senjata nuklir.

"Senjata nuklir saat ini memiliki daya rusak yang jauh lebih besar. Senjata ini dapat membunuh jutaan orang dan akan berdampak pada iklim secara dahsyat," katanya dalam sebuah konferensi pers. "Perang nuklir dapat menghancurkan peradaban kita."

Frydnes memuji "upaya luar biasa" dari Nihon Hidankyo dan perwakilan lain dari Hibakusha untuk berkontribusi pada "pembentukan tabu nuklir".

"Oleh karena itu, sangat mengkhawatirkan bahwa saat ini tabu terhadap penggunaan senjata nuklir berada di bawah tekanan," katanya.

Tahun depan akan menandai peringatan 80 tahun dijatuhkannya bom nuklir oleh Amerika Serikat di Hiroshima dan Nagasaki pada bulan Agustus 1945.

Dengan penghargaan ini, komite menarik perhatian pada "situasi yang sangat berbahaya" di dunia, dengan hubungan Cina-AS, dan hubungan Rusia-AS, "yang paling beracun" sejak berakhirnya Perang Dingin, menurut Dan Smith, kepala Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm.

"Jika terjadi konflik militer, ada risiko konflik tersebut meningkat menjadi senjata nuklir... Mereka (Nihon Hidankyo) benar-benar merupakan suara yang penting untuk mengingatkan kita tentang sifat destruktif senjata nuklir," katanya kepada Reuters.

Smith juga mengatakan bahwa Komite tersebut telah mencapai "tiga hal sekaligus" dengan penghargaan tersebut: menarik perhatian pada penderitaan manusia yang selamat dari bom nuklir; bahaya senjata nuklir; dan bahwa dunia telah bertahan hidup tanpa penggunaan senjata nuklir selama hampir 80 tahun.

Komite Nobel Norwegia secara teratur memberikan fokus pada isu senjata nuklir, yang terbaru adalah penghargaan kepada ICAN, Kampanye Internasional untuk Menghapuskan Senjata Nuklir, yang memenangkan penghargaan tersebut pada tahun 2017.

Penghargaan perdamaian ini merupakan penghargaan Nobel kelima yang diberikan minggu ini, setelah sastra, kimia, fisika, dan kedokteran.

Pembela hak-hak perempuan Iran yang dipenjara, Narges Mohammadi, menang pada tahun 2023.

Hadiah Nobel Perdamaian, senilai 11 juta crown Swedia, atau sekitar $1 juta, akan diberikan di Oslo pada 10 Desember, pada hari peringatan wafatnya industrialis Swedia, Alfred Nobel, yang mendirikan penghargaan ini dalam surat wasiatnya di tahun 1895.

Ida Rosdalina

Ida Rosdalina

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus