DENGAN kepala agah mendongak ke atas, Jiang Qing memasuki
ruang pengadilan yang terletak di Jalan Zhengyi, Beijing. Di
wajahnya tak sedikit pun terlihat ada rasa kesal. Bahkan ketika
akan duduk di tempat yang disediakan untuk tertuduh, ia sempat
melemparkan senyum ke arah 35 orang hakim yang akan mengadili
perkaranya. Janda mendiang Ketua Mao Tse Tung yang dikenal
sebagai tokoh utama 'komplotan empat itu diadili dengan tuduhan
melakukan kejahatan yang bersifat 'kontra revolusi '.
Ia adalah orang terakhir dari 10 orang tertuduh yang dibawa
masuk ke ruang pengadilan. Kehadirannya sempat memukau 880 orang
pengunjung yang menyaksikan sidang pengadilan itu. Tak banyak
yang berubah pada dirinya. Seorang bekas wartawan AP yang pernah
bertugas di Beijing, dan kenal dengan Jiang Qing, melaporkan:
"Ia masih kelihatan seperti dulu, ketika menerima kunjungan
bekas Presiden Gerald Ford di tahun 1975."
Tak Mendengar
Walau pun sidang pengadilan itu disiarkan TV hanya 10 menit,
perhatian jutaan rakyat melulu tertuju ke Jiang Qing. Ini adalah
penampilannya pertama sejak ia ditahan empat tahun yang lalu,
sebulan setelah Mao meninggal. Sebelum penampilannya di
pengadilan, bere dar gosip yang menceritakan ia sudah lemah dan
sukar berjalan. Hari Kamis pekan lalu itu, ia membuktikan bahwa
ia tetap satu di antara wanita yang pernah berkuasa di sejarah
Cina.
Jiang, yang hari itu mengenakan jaket gaya Mao berwarna biru
gelap, tampak agak lain dari rekan-rekannya sekomplotan. Bahkan
ada yang menyebut ia kelihatan 10 tahun lebih muda dari umurnya
yang 67 tahun. Sedang yang lain, seperti bekas wakil PM Zhang
Chunqiau, 63 tahun, tampak menua dan lemah. Begitu pula dengan
Yao Wenyuan, 49 tahun, tokoh propaganda, dan Wang Honwen, 45
tahun, bekas buruh pabrik yang menanjak karirnya selama Revolusi
Kebudayaan.
Lima pejabat tinggi militer yang juga diadili bersama Jiang
adalah bekas Kepala Staf Umum (KSU), Huang Yongsheng, 70 tahun,
bekas Komandan Angkatan Udara, Wu Faxian, 65 tahun, bekas Deputi
Kepala Staf Angkatan Laut, Li Zuopeng, 66 tahun, bekas Deputi
KSU, Qiu Huizuo, 66 tahun, dan bekas Komisaris Politik pada
Angkatan Udara di Nanking, Jiang Tengjiao, 61 tahun. Salah
seorang tokoh penggerak Revolusi Kebudayaan yang juga sekretaris
Ketua Mao, Chen Boda, ikut diadili.
Dalam persidangan berikutnya, mereka akan diadili secara
terpisah. "Komplotan Empat" yang dipimpin Jiang Qing akan
diadili oleh pengadilan sipil. Di situ termasuk juga Chen Boda.
Sedang para bekas perwira tinggi akan diadili oleh Mahkamah
Militer.
Tuduhan terhadap mereka juga berbeda. Mereka dituduh terlibat
dalam gerakan yang dipimpin bekas Menteri Pertahanan Lin Biao
untuk menggulingkan kekuasaan dan membunuh Mao. Pada permulaan
Revolusi Kebudayaan Lin Biao sering disebut sebagai calon
pengganti Mao.
Jiang Qing semula tampak cukup tenang ketika penuntut umum,
Huang Huoqing--seorang bekas korban Revolusi
Kebudayaan--membacakan aturan persidangan. Tapi beberapa menit
kemudian ia mulai mengeluh. "Sebagian besar saya tak mengerti
apa yang anda katakan," ujarnya. Dan ia pun meminta salinan dari
aturan yang dibacakan itu. "Saya tak bisa mendengarnya," kata
Jiang.
Radio Beijing dan Harian Rakyat dalam melaporkan peristiwa
itu menyebut bahwa Jiang Qing memunculkan tingkahnya yang asli.
"Begitu ia menerima salinan peraturan itu, dengan tanpa rasa
hormat ia langsung tertawa kecil," tulis Harian Rakyat.
Memang inilah yang membedakan Jiang dengan rekannya
sekomplotan. Hartan Rakyat, yang mengomentari sikap para
terdakwa selama persidangan itu, menyebutkan bahwa bekas PM
Zhang Chunqiau sebagai 'orang bermuka dua'. Sedang Yao Wenyuan
yang kelihatan murung, menghadapi pengadilan itu dalam keadaan
bingung dan takut. Sementara itu tokoh termuda dari 'komplotan
empat' rupanya begitu terpukul: ia mengakui, bahwa semua yang
dituduhkan terhadap mereka benar-benar berdasarkan fakta.
Kini, pengadilan yang hanya dihadiri oleh orang-orang yang
sudah ditentukan pemerintah ini, masih berjalan. Apakah dengan
pengadilan ini peran Mao dalam Revolus Kebudayaan juga akan
ikut terbongkar? Wakil Ketua Partai Komunis Cina, Deng
Xiao-ping, dalam suatu wawancara dengan TV Yugoslavia telah
memberi isyarat bahwa kemungkinan itu ada. " Sulit untuk
melepaskan hubungan apa yang disebut 'Komplotan Empat' dengan
mendiang Ketua Mao bila keempat orang itu diajukan ke
pengadilan," kata Deng.
Dan bila ini terjadi proses de-Maoisasi mungkin mencapai
klimaksnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini