Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Operasi elang atau penelanjangan

India mengirimkan bantuan pangan & obat-obatan untuk kaum separatis tamil di semenanjung jaffna melalui udara. sri lanka protes karena india dianggap terang-terangan melanggar wilayah udaranya.

13 Juni 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TERBANG rendah di atas Semenanjung Jaffna, lima pesawat angkut An-32 secara demonstratif menjatuhkan 25 ton bantuan pangan dan obat-obatan untuk kaum separatis Tamil, pekan silam. Dikawal ketat jet tempur Mirage-2000, pesawat milik AU India itu lepas landas dari pangkalan AU Bangalore, India Selatan. "Misi kemanusiaan" India yang terang-terangan melanggar wilayah udara Sri Lanka ini tidak bisa ditangkal oleh AU Sri Lanka. Misi itu berhasil gemilang. Tapi, sehari sebelumnya, 20 perahu nelayan India yang bertolak dari pelabuhan Rameshwaran telah dibikin kocar-kacir oleh pasukan AL Sri Lanka. Colombo menolak mentah-mentah bantuan pangan dan obat-obatan yang dibawa armada perahu India itu. Pemerintah Jayewardene juga menyangkal bahwa 800 ribu warga Tamil terancam bahaya kelaparan, seperti diisukan oleh New Delhi. Segera setelah "misi 2 kemanusiaan" kembali ke pangkalan, dubes India di Sri Lanka Jyothindra Nath Dixit, menyerukan agar semua warga India yang tinggal di ibu kota mengungsi ke hotel-hotel. "Saya khawatir, masyarakat di sini mengamuk dan kami jadi sasaran," kata Dixit. Konon, 100 jurnalis dari media lokal dan asing ikut serta dalam rombongan "misi kemanusiaan" itu, berikut delapan petugas Palang Merah. Disebut Operasi Elang, misi dari India ini diartikan pemerintah Sri Lanka sebagai kesengajaan menelanjangi kedaulatan negaranya. Tak pelak lagi, India dituduh melakukan pelanggaran wilayah udara. Dalam sidang darurat kabinet, Presiden Jayewardene menyatakan akan meminta bantuan negara-negara Asia Selatan demi memperkuat sistem pertahanan udara negaranya. Mungkin Sri Lanka akan meminta bantuan Pakistan, yang juga sedang ricuh dengan India dalam masalah perbatasan. Kecaman datang dari berbagai pihak. PBB menyesali. Jepang menilai India terlalu ikut campur masalah dalam negeri Sri Lanka. Soviet dan AS juga menyesali kegagalan perundingan kedua negara dalam mengatur cara-cara mengirimkan bantuan pangan untuk penduduk Tamil Sri Lanka, yang rupanya dianggap bagian integral dari 50 juta masyarakat Tamil di lndia Selatan. "Nasib mereka adalah bagian dari tanggung jawab pemerintah dan bangsa India," kata Menlu India Natain Dutt Tiwari, dalam pembicaraan dengan pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev, pekan silam. Sri Lanka sebaliknya merasa dipermalukan. "Jelas, ini penghinaan yang sulit dimaafkan," kata pejabat diplomatik Sri Lanka di India. Bernard Soysa, Sekretaris Partai Sosialis Sri Lanka, menilai, cara yang ditempuh PM Rajiv malah akan mempertajam sengketa etnis dalam hubungan kedua negara. Tapi tuduhan itu segera ditangkis pihak India. "Tindakan rasialis terhadap Tamil tak bisa dibiarkan terus. Bahkan bila perlu kita lakukan intervensi militer," kata seorang pejabat senior dari Partai Kongres (I). Dalam sidang kabinet pekan silam, Parvatheneni Upendra, pemimpin Telegu Desam - partai oposisi terbesar di parlemen India - mendesak agar Sri Lanka ditekan, kendati belum perlu dengan intervensi. Mungkin saja, India telanjur malu atas kegagalan misi perahunya. Mungkin New Delhi memang serius membantu separatis Tamil yang saudara sedarah itu. Tidak mustahil misi kemanusiaan itu sepenuhnya digerakkan oleh superioritas tanpa memperhitungkan bahwa jasa-jasa India yang sejak dua tahun silam berperan sebagai penengah - antara pemerintah Sri Lanka dan minoritas Tamil - serta merta terhapus karenanya. Yang pasti, campur tangan India tidak lagi selaras dengan prinsip koeksistensi damai yang dianut SAARC (South Asian Association for Regional Cooperation--Organisasi Regional Asia Selatan). Dibentuk tahun 1985, organisasi regional yang diketuai PM Rajiv Gandhi itu beranggotakan India, Pakistan, Bangladesh, Sri Lanka, Nepal, Buthan, dan Maladewa. Tujuannya: menjaminkoeksistensi damai dan kerja sama ekonomi. Di antara anggota SAARC, kedudukan India memang tampak dominan--dari segi jumlah penduduk ataupun kekuatan persenjataannya. Dengan insiden ini, SAARC tampak sangat rapuh dan sama sekali tidak siap menghadapi konflik sesama anggota. Keutuhan SAARC akan diuji dalam konperensinya di New Delhi, 17 Juni depan. Sri Lanka diduga akan memboikot pertemuan itu. Dugaan ini ada kaitannya dengan pertemuan antara wakil dari Bhutan, Pakistan, serta Bangladesh dan dubes Sri Lanka di New Delhi, beberapa jam setelah Operasi Elang berakhir. Konflik etnis Sinhala-Tamil dimulai sebelas tahun silam, ketika kelompok separatis Tamil menuntut sebuah negara merdeka di wilayah utara dan timur Sri Lanka, yang terkenal dengan julukan Serendip - negeri kaya teh dan rempah. Tuntutan ini ditolak, dan sejak itu kelompok militan Tamil Eelam (Eelam berarti tanah air) sering kali melakukan kerusuhan. Sampai saat ini 6.000 jiwa telah menjadi korban sengketa rasial Sinhala-Tamil. Selama tiga tahun berturut-turut pula, pemimpin kedua negra berkali-kali mencari penyelesaian terbaik bagi nasib 800 ribu masyarakat Tamil di negeri pulau itu. Walaupun di bidang militcr Sri Lanka bukan apa-apa dibanding India, Colombo memperoleh bantuan cukup besar dari AS -- sejumlah US$ 150.000 per tahun, untuk latihan militer. Negeri Serindap ini juga memperoleh bantuan militer dari Pakistan, Israel dan satuan militer Inggris -- SAS. Sesudah peristiwa memalukan pekan silam itu, tampaknya Sri.Lanka dihadapkan pada risiko militer yang lebih serius, hingga tak heran jika Colombo kelak menjalin komitmen militer tertentu dengan pihak ketiga. Di tengah kisruhnya hubungan India-Sri Lanka, Minggu 7 Juni pekan silam muncul serangan mendadak terhadap pangkalan militer AU di utara Colombo dan Akademi Pertahanan Kotelawala di selatan kota itu. Kum ekstremis Sinhala - front Pembebasan Rakyat, Janatha Vimukthi Peramula yang berhaluan Marxis mengaku bertanggung jawab. Ini berarti Presiden Jayewardene menghadapi tantangan ganda. Dari Jakarta, Menlu Mochtar Kusumaatmadja menyerukan supaya baik Sri Lanka maupun India sama-sama menahan diri, "Agar tidak terjadi kesalahan yang menimbulkan korban manusia," kata Mochtar. Yulia S. Madjid, Laporan kantor-kantor berita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus