Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Orang-orang dari masa lalu

Kedua pihak menyimpan orang-orang yang berkeras bahwa tanah palestina hanyalah untuk mereka. ada yang meramalkan mereka akan melakukan teror, bahkan sampai keluar dari timur tengah.

11 September 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DAMAI di Washington, damai di Oslo, tak lalu damai di wilayah pendudukan. Seorang tentara Israel terbunuh Jumat pekan lalu. Kelompok Hamas, kelompok Islam militan Palestina, yang sejak awal menolak berunding dengan Israel, menyatakan bertanggung jawab atas pembunuhan itu. Lalu, akhir pekan lalu, kelompok bersenjata Al-Fatah faksi Arafat, faksi terbesar dalam PLO terlibat tembak-menembak dengan kelompok Front Populer untuk Pembebasan Palestina pimpinan George Habash, yang radikal. Meningkatnya insiden berdarah itu, tampaknya, membenarkan teori Robert H. Kupperman dari Pusat Strategi dan Studi Internasional di Washington, yang berbunyi: ''Aksi teror akan dilakukan oleh kelompok yang menentang proses perdamaian di Timur Tengah.'' Dan ada kemungkinan terorisme itu akan menjalar ke belahan dunia lain, termasuk AS. Mungkin itu sebabnya, menurut beberapa sumber antiteroris yang dikutip International Herald Tribune, sebuah tim gabungan komando Al-Fatah dan agen rahasia Israel, Mossad, telah dibentuk untuk menangkal ancaman kelompok yang antideklarasi Oslo itu. Termasuk tugas tim itu: melindungi PM Yitzhak Rabin dan Pemimpin PLO Yasser Arafat, yang kabarnya diancam akan dibunuh. Adapun kelompok-kelompok yang disebut Kupperman itu siapa lagi kalau bukan kelompok Hamas, kelompok George Habash, dan kelompok gerilyawan pimpinan Ahmad Jibril, orang-orang garis keras. Mereka khawatir Israel tak akan lagi melanjutkan perundingan dengan Palestina setelah rancangan deklarasi itu diteken. Lebih dari itu, sejak awal, kelompok itu menentang Konferensi Damai yang disponsori Amerika itu karena mereka mencitakan sebuah Palestina Raya di sepenuh Tanah Palestina. Kata Hassan Deeb, seorang guru dari Masyarakat Islam, pendukung Hamas di Jalur Gaza, kepada wartawan Washington Post, warga Palestina menginginkan seluruh tanah Palestina dikembalikan, ''Bukan hanya wilayah secuil seperti diatur dalam rancangan di Oslo itu.'' Berdasarkan itulah, besar kemungkinan mereka akan semakin meningkatkan aksi terornya di wilayah pendudukan. Apalagi kelompok Hamas, menurut majalah Middle East, didukung 40% dari 1,7 penduduk Palestina di wilayah pendudukan menurut perhitungan International Herald Tribune: 60%. Cita-cita Hamas mewujudkan negara Islam Palestina menjadi daya tarik tersendiri, terutama ''bagi kebanyakan kaum muda Palestina yang putus asa dan terimpit ekonomi,'' kata Yehud Yaari, seorang ahli terkemuka Israel. Mereka ini membenci Arafat dan Organisasi Pembebasan Palestina, yang mereka anggap telah menjual Palestina ke kelompok Zionis melalui deklarasi Oslo itu. Abu Abed, pendukung Hamas, sambil mengangkat Quran berseru, ''Saya ingin melihat rakyat hidup di bawah pemerintahan Islam.'' Hamas sejauh ini memang kuat karena didukung dana dari beberapa negara Arab. Seorang pejabat Arab Saudi menyebutkan, seorang pengusaha asal Jeddah bersedia membantunya dengan dana sebesar US$ 5 juta setahun. Iran pun berjanji memasok dana US$ 20 juta. Sementara itu, Liga Arab dalam sidangnya di Aljier, tahun 1990, sepakat memberikan anggaran khusus untuk mendukung intifadah yang dipelopori Hamas, sebesar US$ 43 juta setahun. Tapi ada dugaan lain yang menyebutkan bahwa hari-hari belakangan ini Hamas makin lama makin tersisih karena dukungan negara Arab beralih ke PLO. Organisasi yang dipimpin oleh Arafat itu dianggap berhasil menggelindingkan konsesi perdamaian bagi negara Arab lainnya, melalui rancangan deklarasi Oslo itu. Memang ada alasannya. Yordania, Libanon, dan Suriah, yang semula mengecam kesepakatan damai itu, sudah melunak sikapnya, setelah masing-masing memperoleh konsesi damai sehabis berunding dengan Israel. Kata Raja Hussein dari Yordania, ''Kami bukannya menentang perdamaian itu, tapi hanya menyayangkan mengapa PLO tak berkonsultasi dulu.'' Demikian pula Suriah dan Libanon. ''Pokoknya, kesepakatan damai bisa dicapai di akhir perundingan,'' ujar Mouaffaq al- Allaf, juru runding Suriah. Adapun di pihak Israel, Yitzhak Rabin bersama Shimon Peres berhasil mengendalikan tekanan kelompok sayap kanan dan nasionalis Yahudi. Di sidang parlemen, Rabin berhasil meyakinkan kesepakatan damai itu tak berdampak buruk bagi Israel. Tanpa mengusik keberadaan 120.000 pemukim Yahudi di kawasan pendudukan, dan tetap memegang kendali keamanan di permukiman Arab, kata Yitzhak Rabin, ''Israel tak harus banyak berkorban.'' Dukungan terhadap kelompok oposisi sayap kanan ini tampaknya semakin lemah setelah Menteri Luar Negeri Shimon Peres mengkritik mereka sebagai orang-orang masa lalu yang ketinggalan zaman. ''Hanya kalian yang tak menyadari dunia telah berubah total,'' kata Peres, sebagaimana dilaporkan harian Financial Times. Sebelumnya, kelompok yang dianggap menjadi penghalang ini masih keras sikapnya. Seorang tak dikenal dari sayap kanan melemparkan granat ke kediaman Menteri Dalam Negeri Israel. Sejumlah politikus, dipimpin Benjamin Netanyahu, pemimpin Partai Likud, ramai-ramai menuju Jericho dan menancapkan bendera-bendera Israel di sebuah rumah yang diduga akan dijadikan kantor Yasser Arafat. Sesudah Peres mengecamnya, kata Netanyahu, ''Kami akan tetap menyetop proses yang menyakitkan ini dengan cara-cara yang sah demi masa depan Israel. Kami akan melakukannya di Knesset dan di jalan-jalan.'' Suaranya tetap keras, tapi sudah tak sekeras sebelumnya, bahwa ia siap mengobarkan perang melawan Palestina. Sementara itu, Rabin tengah melakukan negosiasi dengan para anggota Knesset, parlemen Israel, agar menyetujui rancangan deklarasi Oslo. Terutama pada Agudat Yisrael, partai ultra- ortodoks. Harian Financial Times meramalkan, Rabin, yang sudah meraih dukungan 67 dari 120 suara parlemen, akan mendapat dukungan tiga suara partai ultra-ortodoks itu dalam pemungutan suara untuk mengesahkan rancangan deklarasi Oslo, yang diperkirakan akan berlangsung paling lambat pertengahan September nanti. Di samping itu, Rabin juga melakukan kampanye ke beberapa kota di Israel. Perdana Menteri Israel berusia 70 tahun itu sempat dilempari telur busuk dan diteriaki pengkhianat di basis nasionalis Yahudi di Kota Ramot. Sebaliknya, ketika mengunjungi perkampungan Arab di kota itu, Rabin disambut dengan karangan bunga. ''Perdamaian tak bisa diwujudkan oleh teman-temanmu, tapi oleh musuh-musuhmu,'' ujar Rabin ketika berpidato di depan 100 pelajar SMA Ramot. Beberapa hari lagi tampaknya orang sudah akan mafhum, apakah remang-remang hari ini remang-remangnya dini hari atau remang- remang senja. Bila itu yang pertama, masa terang akan meliputi Timur Tengah. Bila tidak, sebaliknyalah yang akan terjadi. DP

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus