Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Taiwan, mencoba tak menyerah

Setelah pertemuan di singapura, rrc dan taiwan berunding lagi di beijing, dan tanpa hasil. untuk memperkuat kedudukan, taiwan mencoba masuk PBB kembali.

11 September 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAIWAN akan segera dicaplok oleh RRC. Dalam bahasa resmi yang terucap dari Beijing, rencana itu bunyinya adalah: reunifikasi secara damai dengan Taiwan. Pernyataan ini ditegaskan oleh pemerintah RRC dalam Buku Putih berisi 120.000 kata, yang diedarkan dalam enam bahasa bersamaan dengan acara dialog Taiwan-RRC di Beijing, pekan silam. Beijing, dalam Buku Putih itu, kembali menyatakan sikapnya bahwa Taiwan adalah salah satu provinsinya. Itu berarti negara yang punya hubungan diplomatik dengan Taiwan mengakui ''dua Cina'', kata buku itu. Maka, delegasi Taipei yang datang ke Beijing pekan lalu itu dianggap mewakili pemerintah daerah. Pertemuan di Beijing itu merupakan yang kedua, setelah perundingan di Singapura empat bulan lalu. Sebelumnya, dua kubu yang secara resmi bermusuhan sejak tahun 1949 itu tidak pernah melakukan kontak langsung. Acara di Hotel Capital Beijing itu pun belum resmi penuh karena masing-masing diwakili oleh lembaga setengah resmi. Maksud dialog di Beijing adalah melanjutkan rintisan yang sudah ditempuh kedua lembaga tersebut April lalu di Singapura. Yakni upaya melahirkan sejumlah patokan bersama untuk menyelesaikan pelbagai soal yang muncul akibat peningkatan hubungan ekonomi dan sosial. Kendati pemerintah Taiwan secara resmi melarang kegiatan usaha ke Cina Daratan, sejak akhir 1980-an para usahawan Taiwan menanamkan investasi ke sana, dimulai dari cabang perusahaan mereka di Hong Kong karena memang tidak ada sanksi apa pun atas ''pelanggaran'' itu. Sampai tahun 1992, lebih dari 2.600 perusahaan Taiwan menanam modal di sana. Sejak larangan kunjungan dicabut, November 1987, orang Taiwan yang berkunjung ke RRC sampai akhir tahun lalu lebih dari tiga juta. Dalam lima tahun terakhir, sekitar 50 juta surat menyeberangi Selat Taiwan. Menurut laporan Badan Perdagangan Luar Negeri Taiwan, dalam semester pertama tahun 1993 perdagangan ke Cina meningkat 22%, menjadi hampir US$ 4,2 miliar, dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tapi acara di Beijing tersebut, yang dimulai Senin pekan lalu dengan suasana santai dan diniatkan akan berlangsung dalam lima hari, akhirnya hanya berjalan dua setengah hari, dan tidak menghasilkan kesepakatan apa pun. Malah, meninggalkan ganjalan di kedua pihak. Ketua delegasi Taiwan mengatakan, ''Kami akan membicarakan persoalan pragmatis yang menghambat perbaikan hubungan, tapi mereka menolak.'' Menurut radio dan televisi milik pemerintah di Taipei, delegasi Beijing minta agar empat orang pembajak pesawat udara yang membelot dan sekarang ada di Taiwan diekstradisikan. Padahal, urusan itu tidak masuk dalam agenda. Sampai akhir pekan lalu, belum ada kepastian tentang pertemuan yang berikutnya. Sementara ini, yang berlangsung adalah perang pernyataan. Setelah Buku Putih itu beredar, Wakil Ketua Dewan Urusan Cina Daratan lembaga setingkat kabinet di Taiwan mengatakan, ''Kalau Beijing tetap mengganjal upaya kami untuk berperan dalam politik internasional, mustahil untuk mengembangkan hubungan.'' Menjelang Sidang Majelis Umum PBB, September ini, memang ada upaya baru dari Taipei untuk masuk kembali menjadi anggota badan dunia itu. Taiwan dikeluarkan dari PBB tahun 1971 karena yang diakui adalah pemerintahan Cina di Beijing. Saat ini Taiwan hanya punya hubungan diplomatik dengan 28 negara kecil di Pasifik dan Amerika Latin. Hubungan dengan negara-negara lainnya, termasuk Indonesia, maksimal hanya lewat perwakilan kamar dagang. Perkembangan ekonomi Taiwan memang mengagumkan: sepanjang tiga dasawarsa terakhir pendapatan nasionalnya tumbuh rata-rata 9% per tahun. Pendapatan per kapitanya US$ 7.380. Tapi kemakmuran sebagai NIC (negara industri baru) itu tidak berarti banyak dalam politik internasional. Pemerintah Taiwan terpaksa mengiba untuk jadi anggota PBB kembali. Sehingga, tak kurang dari Presiden Lee Tenghui terakhir ini sampai mengatakan, ''Tak bermoral rasanya jika PBB menolak permintaan kami, negara yang berpenduduk lebih dari 20 juta jiwa dan ekonominya kuat.'' Tampaknya, perang pernyataan dan segala bentuk upaya untuk menjadi negara sendiri serta keinginan terdaftar sebagai anggota PBB hanya menjadi urusan pemerintah. Para swastanya seperti tak peduli. Bahkan, dialog dengan Beijing yang belum jelas hasilnya itu pun tak mempengaruhi rencana pengembangan investasi mereka di Cina Daratan, yang secara total sekarang ini diperkirakan sudah melewati US$ 5 miliar. Salah satu perusahaan Taiwan yang tak tergoyahkan untuk terus mengembangkan sayap ke RRC adalah President Enterprise Group, konglomerat di bidang industri makanan. ''Sasaran kami, menjadi penghasil makanan terbesar di dunia dalam 25 tahun melalui pengembangan operasi di Cina Daratan,'' kata Kao Chin-yen, pemimpin puncak perusahaan itu. Jika ekspansi swasta Taiwan ke RRC terus membesar, dan memang mustahil dibendung, sesuai dengan kebutuhan pengembangan usaha, posisi Taipei makin lemah menghadapi Beijing. Terbuka kemungkinan reunifikasi damai yang dicita-citakan Deng Xiaoping dilaksanakan, tak lama sesudah Hong Kong masuk kembali jadi bagian RRC, tahun 1997. Dan sebenarnya, polanya pun sudah disiapkan, yakni Taiwan menjadi daerah otonomi. Mohamad Cholid

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus