Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Australia Anthony Albanese membela rencana mengakuisisi kapal selam nuklir dalam Pakta AUKUS, bersama Amerika Serikat dan Inggris. Kritik, baik dari dalam dan luar negeri, mengarah ke Canberra setelah mengunci kesepakatan itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Albanese mengatakan bahwa kesepakatan itu diperlukan mengingat peningkatan kekuatan militer China di wilayah tersebut, yang disebutnya sebagai yang terbesar sejak Perang Dunia Kedua.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"China telah mengubah postur dan posisinya dalam urusan dunia sejak 1990-an... itulah kebenarannya," kata Albanese pada Kamis, 16 Maret 2023.
Proyek AUKUS diresmikan pada Selasa, 14 Maret 2023, di San Diego, Amerika Serikat. Pakta multi-dekade itu akan memungkinkan Australia membeli kapal selam kelas Virginia AS.
Paket itu juga mencakup produksi bersama Inggris dan Australia, serta pengoperasian kelas kapal selam baru ‘SSN-AUKUS’. Kesepakatan ini diperkirakan akan menelan biaya sampai A$368 miliar atau sekitar Rp 3,7 Kuadriliun.
Sebelumnya dua mantan perdana menteri Australia, Malcolm Turnbull dan Paul Keating, menyampaikan kritiknya atas AUKUS. Turnbull mengatakan pada Kamis, 16 Maret 2023, bahwa proyek AUKUS akan memakan waktu lebih lama dan lebih mahal daripada rencana alternatif untuk membeli kapal selam Prancis konvensional.
Turnbull menyebut kesepakatan Australia dengan Prancis secara sembrono dibatalkan pada 2021. "Kita telah terjebak dalam kehebohan ini. Siapa pun yang mengungkapkan kekhawatiran tentang hal itu dituduh atau tersirat mereka kurang patriotisme," katanya.
Paul Keating, mantan Perdana Menteri di bawah Partai Buruh yang berkuasa, pada Rabu menyebut AUKUS kesalahan kebijakan luar negeri terburuk oleh partai tersebut sejak tawaran gagal untuk memperkenalkan wajib militer dalam Perang Dunia Pertama.
Ditopang oleh dukungan bipartisan di Parlemen, kritik terhadap pakta keamanan sebagian besar terbatas pada akademisi, mantan politisi, dan partai kecil.
Menurut Keating, memilih kapal selam nuklir dalam aliansi AS-Inggris daripada alternatif konvensional akan membuat Australia memiliki lebih sedikit kapal selam sambil membatasi kemampuan negara itu untuk beroperasi secara independen dari Amerika Serikat.
"Anthony Albanese memasang belenggu terakhir dalam rantai panjang yang telah dibuat Amerika Serikat untuk menahan China," katanya.
Beberapa analis berpendapat kapal selam nuklir lebih disukai karena jangkauan dan kemampuan silumannya yang superior akan membantu melindungi rute perdagangan Australia dari agresi China.
AUKUS diperuntukkan untuk melawan ambisi China di Indo-Pasifik. Beijing telah mengutuknya sebagai tindakan proliferasi nuklir ilegal.
RI melalui Kementerian Luar Negeri, juga turut mengomentari kesepakatan AUKUS. “Indonesia meminta Australia tetap konsisten memenuhi kewajibannya sesuai rezim non–proliferasi senjata nuklir dan IAEA Safeguards.”
Indonesia, kata Kemlu RI, juga meminta pihak terkait menyepakati mekanisme verifikasi oleh IAEA yang efektif, transparan dan tidak diskriminatif.
REUTERS | DANIEL A. FAJRI