"NEGARA dalam keadaan perang" melawan Amerika kata Noriega, Minggu pekan silam. Sehari kemudian, sekelompok tentara Panama menembak mati seorang serdadu Amerika. Sejak hari itu, Panama bagaikan negeri menyimpan bara. Pasukan kedua pihak, Panama dan AS, diperintahkan siaga. Seorang juru bicara militer Panama mengumumkan, insiden itu terjadi setelah empat orang tentara Amerika yang "bersenjata lengkap" melepaskan tembakan membabi buta ke arah markas tempat Jenderal Noriega berkantor. Akibatnya, menurut versi Panama itu, tiga orang sipil dan seorang gadis Panama menderita luka. Tentara Panama terpaksa melepaskan tembakan balasan yang mengenai salah satu dari keempat serdadu Amerika tersebut. Juru bicara pasukan AS membantah. Menurut versi Amerika, keempat tentara Amerika itu -- termasuk tentara yang ditugasi menjaga Terusan Panama yang disewa AS -- sedang berkendaraan dan mencari restoran. Tapi mereka salah masuk ke daerah yang dijaga pasukan Panama. Kendaraan mereka dihentikan, dan sekitar 30 anggota tentara Panama itu mengurung dan berusaha membuka pintu mobil, sambil menyanyikan lagu-lagu anti-Amerika. Pengemudi mencoba berputar dan melarikan diri, tapi ditembaki dari belakang. Meskipun keadaan tegang, nampaknya suatu perang tak akan meletus. AS berusaha menahan diri dari tindakan balasan yang berbau militer. Ia lebih memusatkan pada tekanan ekonomi untuk memaksa Noriega mengundurkan diri. Pernyataan perang Noriega terhadap Amerika itu adalah reaksi terhadap blokade ekonomi AS. Paman Sam menuduh Noriega terlibat perdagangan obat bius, dan mencoba mendukung oposisi untuk menggulingkan jenderal yang galak itu. Tapi sudah beberapa lama usaha itu gagal terus. Salah satu kekuatan Noriega, menurut sebuah ulasan di The New York Times, ia didukung oleh para pedagang narkotik di seluruh Amerika Latin. Konon, negeri ini memang jadi tempat persembunyian para gembong narkotik, bila mereka terancam bahaya, sebagaimana yang terjadi di Colombia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini