Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Para Gangster dari 204th Street

Terinspirasi budaya Aztec yang tak mengenal manusia berkulit hitam, mafia Meksiko dan Latino banyak membunuh warga Amerika berkulit hitam di Los Angeles. Mereka dinilai lebih jahat daripada Ku Klux Klan.

19 Februari 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIANG itu, pertengahan Desember tahun lalu, matahari bersinar sempurna. Cheryl Green, seorang gadis 14 tahun, tengah asyik bermain dengan teman-temannya di sudut jalan dekat rumahnya di selatan Los Angeles, Amerika Serikat.

Tiba-tiba ketenangan itu pecah. Para saksi melihat rentetan peluru dimuntahkan dari satu mobil di seberang jalan, lalu Cheryl terjerembap dan berdarah. Charlene Lovett, ibu Cheryl, tak perca-ya hal itu telah menimpa putrinya—meski ia tak lupa dengan peringatan para tetangganya enam tahun lalu, ketika ia baru saja pindah ke sebuah apartemen di kawasan Harbor Gateway, Los Angeles, yakni peringatan akan aksi-aksi kekerasan gangster asal Amerika Latin (gangster Latino) terhadap penduduk etnis Afro-Amerika. ”Mereka bilang jangan pernah berjalan ke utara, 204th Street,” kata Lovett.

Cheryl yang manis dan hitam itu adalah korban kebrutalan gangster Latino yang dikenal sebagai 204th Street Gang—kelompok yang terus memburu setiap orang Afro-Amerika. Dan kasus Cheryl telah menambah panjang daftar korban kekerasan rasial oleh 204th Street Gang belakangan ini. Sepuluh hari sebelum kematian remaja periang itu, tak jauh dari lokasi pembunuhan Cheryl, seorang imigran asal Meksiko, Arturo Mercado Ponce, 34 tahun, tewas. Dan diduga pelakunya berasal dari kelompok Afro-Amerika. Kematian Cheryl merupakan aksi balas dendam para gangster Latino yang menyokong mafia Meksiko.

Kini, kematian Cheryl menjadi puncak kemarahan masyarakat Los Angeles karena gangster Latino itu telah mengarahkan sasarannya kepada orang tak berdosa, seorang remaja putri. Lebih dari itu, aksi gangster Latino sudah berupa kejahatan rasial. ”Aksi mereka saat ini jauh lebih buruk ketimbang Ku Klux Klan,” ujar pengacara kriminal, Anthony Willoughby.

Hingga sekarang, Kota Los Angeles masih menyandang predikat sarang persembunyian gangster kakap. Menurut data dari kantor polisi Los Angeles, jumlah gangster di kota itu mencapai 400 kelompok, dengan keanggotaan 39 ribu orang. Data lain menyebutkan jumlahnya jauh lebih tinggi, yakni 700 kelompok dengan keanggotaan lebih dari 40 ribu orang. Dan sebagian besar bergelut dengan narkoba, baik sebagai pengedar maupun penyelundup. Ini jenis kejahatan terbesar dalam catatan kepolisian di sana.

Berdasarkan data di dinas kepolisian di North County pada 2007, gangster Latino kini mendominasi praktek penyelundupan narkoba di wilayah itu. ”Kebanyakan gangster itu terkait dengan mafia Meksiko,” kata Gary Floyd, pejabat yang mengawasi peredaran narkoba dan gangster di San Marcos Station. Gangster Latino satu di antaranya.

Gangster Latino sesungguhnya pendatang baru. Kelompok ini lahir pada awal 1980-an, saat dunia gangster di Los Angeles dikuasai Crips Gangs (kelompok Afrika-Amerika) dan rivalnya, Bloods Gang (gabungan dari sejumlah gangster yang terancam keberadaannya oleh Crips Gang). Mereka berkompetisi menguasai jalur perdagangan narkoba di Los Angeles.

Perkembangan mafia Latino di Los Angeles ini mulanya memang ada hubungannya dengan mafia Meksiko. Menurut Willoughby, mafia Meksiko yang organisasinya sangat rapi itu merekrut gangster Latino untuk mengamankan perdagangan narkoba mereka. Itu membuat nama gangster Latino berkibar dan ditakuti di antara para gangster.

Para mafia Meksiko ini dikenal antietnis Afrika. Ini sejarah masa lalu yang dipelihara sampai sekarang. Terinspirasi budaya Aztec yang merendahkan manusia berkulit hitam, para gangster Meksiko ini menganggap ras Aztec lebih tinggi dibanding ras lain. Maka simbol mafia Meksiko adalah pemujaan terhadap Aztec. Mereka membangun sistem untuk mempertahankan budaya antietnis Afrika. Para mafia Latino di Los Angeles memiliki rasa kesetiakawanan tinggi dengan mafia Meksiko; keduanya bahu-membahu melawan gangster Afrika.

Waktu bergulir, dan sekarang area kekuasaan gangster Latino di Los Angeles—Highland Park, Pomona, serta sebelah barat dan utara San Fernando Valley—bersih dari etnis Afro-Amerika. Mereka sangat membenci penduduk kulit hitam. Mereka, para gangster itu, menorehkan kebencian itu di tembok-tembok, pada grafiti di jalanan, dan di situs-situs online.

Bahkan 204th Street Gang membuat aturan sendiri. Mereka melarang etnis Afro-Amerika melewati area 204th Street. Del Amo Market, pusat perbelanjaan terbesar di kawasan 206th Street, juga menjadi kawasan terlarang bagi etnis Afrika-Amerika.

Mereka berkuasa, tapi insiden penembakan Cheryl telah menggugah warga Los Angeles. Mereka sadar akan ancaman luar biasa yang terjadi di tengah-tengah mereka: kejahatan rasial, sebuah bentuk kejahatan yang telah melanggar prinsip-prinsip dasar hak asasi manusia, Konvensi Jenewa, dan konstitusi Amerika Serikat.

Bahkan perlawanan pun datang dari penduduk Amerika Latin sendiri dari berbagai tempat. Seorang polisi berdarah Meksiko, Letnan Roy Garivey, mendukung upaya menghentikan kejahatan gangster Latino dan mafia Meksiko.

Kepolisian Los Angeles pun kini menjadikan insiden tewasnya Cheryl sebagai momen penting untuk membasmi kejahatan gangster-gangster rasial itu. Gangster Latino masuk daftar target operasi terpadu kepolisian Los Angeles dan kepolisian Federal (FBI). ”Tak seharusnya seseorang hidup dalam ketakutan karena warna kulitnya, tidak di kota ini, tidak di negara ini, dan tentu saja tidak dalam hidup bertetangga,” kata Mayor Antonio Villaraigosa, pejabat kepolisian setempat.

Genderang perang melawan gangster pun sudah ditabuh. Adakah preman-preman rasis ini bisa terbasmi? Jawabannya tentu saja tidak jelas. Sebab, sampai kini pun, Ku Klux Klan yang telah dinyatakan sebagai organisasi terlarang di Amerika itu tak mati-mati. Mereka produk dari masyarakat itu sendiri.

Maria Hasugian (Los Angeles Times, Associated Press, nctimes.com, lacitybeat.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus