Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Datuk Ahmad Badawi: Bukan Maksud Kami Bergaduh dengan AS

19 Februari 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERDANA Menteri Malaysia Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi sampai mengulang empat kali kata much sebelum melanjutkan dengan kata better untuk menggambarkan hubungan Indonesia dan Malaysia saat ini. ”Bukan hanya menyangkut saya dan Presiden (Yudhoyono), tapi juga menyangkut hubungan antarmenteri,” ujarnya.

Selain memimpin kabinet, Ahmad Badawi, 68 tahun, adalah Menteri Keselamatan Dalam Negeri dan Menteri Keuangan Malaysia. Jumat pekan lalu, dia menerima rombongan wartawan Indonesia peserta ”Malaysia International Visitors Programme” yang diselenggarakan Institute of Strategic and International Studies. Perbincangan berlangsung di kantor Kementrian Keselamatan Dalam Negeri di Putrajaya, Kuala Lumpur. Datuk Badawi mengenakan kain sarung dan peci hitam. Jadwal yang padat menyisakan kelelahan di wajahnya.

Rombongan wartawan dari 12 media di Indonesia baru diterima pukul 11.40, terlambat 40 menit dari jadwal semua. Pak Lah—begitu Badawi biasa dipanggil—menjawab semua pertanyaan dengan jelas dan tegas tanpa meninggalkan tutur katanya yang halus dan nyaris tanpa emosi meluap—tak seperti bekas PM Mahathir yang dia gantikan.

Berikut ini petikan wawancara sejumlah wartawan Indonesia dengan sang Perdana Menteri, termasuk Toriq Hadad dari Tempo.

Apa target ekonomi yang ingin Anda capai hingga akhir masa pemerintahan pertama sampai 2009?

Kami mempunyai program jangka panjang. Kami punya benchmark tingkat pertumbuhan setahun 6 persen sampai 2020. Untuk itu investasi luar dan dalam negeri perlu ditingkatkan. Sektor baru diperhebatkan, misalnya sektor servis, pertanian, dan industri pelancongan. Kami akan terus meningkatkan daya saing.

Tahun lalu usaha Malaysia untuk membuka free trade area dengan AS tidak berhasil. Apakah ini akibat sikap kritis Malaysia terhadap Amerika dalam politik luar negeri?

Kami mengembangkan hubungan luar negeri yang dinamis dan responsif terhadap isu-isu di luar negeri. Hubungan kami dengan negara-negara lain adalah sama jauh dalam jarak, berkawan dengan semua. Tapi ada prinsip yang merupakan tempat kami berdiri, misalnya terhadap tindakan mengacau, ceroboh, intervensif. Maka kami akan menunjukkan sikap tak suka pada tindakan itu. Terhadap langkah Irak menyerang Kuwait, kami langsung menyatakan tak setuju. Kami bikin pernyataan dan menyokong tindakan terhadap Irak, termasuk yang dilakukan oleh Amerika dan negara Eropa yang lain.

Tapi bila Irak sudah keluar dari Kuwait, lalu Irak diserang Amerika, kami tentang habis-habisan. Itu prinsip kami, walaupun kami harus keluar dari kesepakatan apa pun. Bukan maksud kami bergaduh dengan Amerika atau yang lain, tapi ini prinsip kami.

Bagaimana penyelesaian masalah Palestina?

Setelah Hamas memenangkan pemilu secara demokratis, mereka membangun negeri termasuk rekonsiliasi dengan Fatah. Mereka harus saling terikat dan membantu, karena begitulah pesan dalam Quran. Mereka harus satu suara. Malaysia melalui Organisasi Konferensi Islam (OKI) menganjurkan ini (PM Malaysia sekarang ini menjabat Presiden OKI—Red.)

Bekas PM Mahathir mengatakan Januari lalu bahwa Presiden Bush dan PM Inggris Tony Blair adalah penjahat perang yang harus diadili dalam kasus Irak. Setujukah Anda dengan pendapat ini?

Saya tak mau komen terhadap apa yang dikatakan Pak Mahathir (Badawi memberi keterangan, namun minta tidak disiarkan, off the record—Red.)

Bagaimana sebenarnya hubungan Datuk Mahathir-Pak Lah? Saat Datuk Mahathir dirawat di rumah sakit pekan lalu, apakah Anda datang menjenguk?

Saya pergi (menjenguk). Jumat yang lalu saya bertemu di masjid, kami bersalaman, bukan berkelahi. Dan saya tidak bergaduh, tapi Pak Mahathir dengan pandangannya terus saja begitu dengan semuanya (tertawa lebar). Saya tetap konsentrasi dengan pekerjaan saya. Ekonomi terus dibangun, defisit anggaran dikurangi, inflasi juga dapat ditekan hingga tak sampai 4 persen. Pasar modal kami berjalan baik. Depresi akibat harga minyak yang naik bisa diatasi.

Jadi, Anda tidak sependapat dengan suara sebagian pejabat yang berpendapat lebih baik Datuk Mahathir dikeluarkan dari UMNO (partai terbesar pemenang pemilu, partainya Badawi dan Mahathir)?

Saya tidak satu pendapat dengan itu.

Datuk Mahathir pernah mengatakan bahwa keluarga Anda mendapatkan fasilitas dalam bisnisnya. Bagaimana kebenaran kabar ini?

Tidak betul itu. Saya tak mau cakap soal ini. Kalau anak saya dapat proyek dari Petronas—perusahaan minyak negara Malaysia—itu berasal dari tender terbuka. Sebesar 80 persen bisnis anak saya berada di luar negeri. Bagi dia kedudukan saya sebagai perdana menteri bukan memberikan advantage, tapi malah disadvantage. Dia lebih suka berniaga di luar. Tidak ada favor yang dia dapat dari kedudukan saya. Never. Nobody giving him advantage because he is my son.

Malaysia mempunyai politik untuk memperkuat ekonomi bumiputera. Apa saja perlakuan khusus (affirmative action) pada kaum bumiputera?

Ini memang sejak dulu dilakukan. Saya menggunakan pendekatan pengembangan industri pertanian, sebab pertanian cukup familiar dengan orang kita. Kami bantu meningkatkan kualitas dan kuantitas pertanian. Saya juga membangun industri halal food. Kami mempunyai paket untuk membantu 10 ribu pengusaha pertanian. Kami membantu mereka dengan cara ini.

Kabarnya, Malaysia sedang menyusun undang-undang yang akan memperbaiki tenaga kerja, termasuk tenaga kerja Indonesia. Seperti apa aturan baru itu nanti?

Kami ingin memastikan tenaga kerja Indonesia yang datang ke Malaysia mempunyai izin. Yang jadi masalah, banyak yang datang tanpa izin. Mereka ini berada dalam ketakutan, paspor disimpan majikan, mungkin juga dieksploitasi secara tak adil. Berharap senang, malah dapat penderitaan. Tidak bisa keadaan ini dibiarkan terus berlaku.

Ada dua nama teroris asal Malaysia yang terus menjadi pekerjaan bagi polisi Indonesia. Noor Din M. Top malah belum tertangkap. Adakah bantuan Kerajaan Malaysia terhadap kesulitan polisi Indonesia?

Kami ada kerja sama (dengan Indonesia) dalam bidang keamanan. Tentu bentuk-bentuk kerja sama secara detail tak bisa saya jelaskan.

Bagaimana hubungan Malaysia-Indonesia dalam perdagangan kelapa sawit?

Saya sudah sepakat dengan Presiden Yudhoyono dan para menteri Indonesia bahwa kita tak suka ada kekuatan yang mengatur harga kelapa sawit. Indonesia dan Malaysia menguasai 80 persen minyak kelapa sawit dunia, dan kami tidak ingin melakukan pengaturan harga. Itu tidak baik dan menimbulkan masalah. Minyak kelapa sawit adalah komoditi strategis. Kami harus memastikan bahwa kami menghadapi keadaan secara bersama. Kalau harga meningkat, kita sama-sama untung. Kalau harga tertekan, kita sama-sama menghadapi kesusahan. Yang penting, kami bersama-sama memahami keadaan pasar.

Mengapa belum ada kesepakatan soal pengamanan Selat Malaka sampai sekarang? Apakah sulit mencari kesepakatan (antara RI-Malaysia-Singapura) dalam soal ini?

Mufakatlah. Harus ada mufakat. Sampai sekarang masih ada pertemuan-pertemuan konsultasi. Di level pemerintahan sudah tidak ada masalah, tapi di level operasional masih ada sedikit masalah.

Bagaimana peran dua negara besar Islam, Malaysia dan Indonesia, dalam dunia Islam mendatang?

Yang pertama, perlu ada ukhuwah (persatuan) yang sebenarnya baik di dalam negara maupun antarnegara. Problem besar yang nyata sebenarnya adalah masalah ekonomi. Maka, kita harus mengurangi kemiskinan. Kita mewujudkan World Islamic Forum dan halal industry yang juga melibatkan beberapa negara Islam. Di dalam Organisasi Konferensi Islam, Malaysia menganjurkan pengembangan ekonomi dan bukan selalu gaduh. Dalam Islam, kemiskinan perlu dibasmi karena kemiskinan itu dekat dengan kekufuran. Kalau kita terlalu miskin, maka kita bisa tak percaya lagi Allah itu rahman dan rahim (pemurah dan penyayang). Selama ini negara Islam lemah dalam kapasitas. Tak ada kapasitas dalam ekonomi. Tak ada barang yang cukup untuk diperdagangkan. Maka, capacity building harus ditingkatkan. Pembangunan kapasitas ekonomi memakan waktu yang lama. Maka, harus mulai dilakukan perlahan-lahan. Nanti pemimpin lain bisa melanjutkannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus