Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LEMERE Hampir dua dekade silam, Denis Mukwege menyaksikan dengan mata kepala sendiri kengerian yang ia pikir tak mungkin dilakukan manusia terhadap sesamanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 1999, ia bertemu dengan seorang wanita yang terluka parah setelah tentara memasukkan pistol ke dalam alat kelaminnya dan menembak. Perempuan itu merupakan satu dari banyak korban kekejaman tentara dalam Perang Kongo I yang berlangsung pada 1996-1997.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Seluruh panggulnya hancur. Saya pikir itu kerjaan orang gila, tapi pada tahun yang sama saya mengoperasi 45 kasus serupa," kata dia seperti dikutip The National, akhir pekan lalu.
"Selama 15 tahun saya telah menyaksikan kekejaman massal yang dilakukan terhadap tubuh wanita, dan saya tidak bisa berdiam diri karena kemanusiaan memaksa kita untuk memperhatikan satu sama lain."
Lahir di Bukavu 63 tahun silam, Mukwege awalnya belajar kedokteran di Burundi dan berpraktik sebagai dokter anak di rumah sakit pedesaan di Lemera, dekat kota kelahirannya. Namun ia tergerak untuk mempelajari ginekologi setelah melihat penderitaan para wanita yang menderita luka pasca-melahirkan.
Setelah pelatihan di Universitas Angers di Prancis, ia kembali ke Lemera di mana ia pertama kali menyadari penggunaan kekerasan seksual terhadap wanita setelah Perang Kongo I.
Mukwege pun dikenal sebagai "Dokter Ajaib" berkat kemampuannya memperbaiki melalui bedah rekonstruktif kerusakan mengerikan yang terjadi pada para perempuan yang telah diperkosa secara brutal.
Ginekolog Kongo itu pun mendirikan Rumah Sakit Panzi di Kota Bukavu, Republik Demokratik Kongo Timur, tak lama setelah ia mengalami pengalaman pertamanya merawat seorang wanita yang telah diperkosa dan dimutilasi oleh orang-orang bersenjata.
Dia, bersama rekan-rekannya, sejak itu telah merawat puluhan ribu korban. Rumah Sakit Panzi sekarang merawat lebih dari 3.500 wanita per tahun. Terkadang Dr Mukwege melakukan hingga 10 operasi setiap hari.
Karya luar biasanya telah membuat dia dihormati dalam banyak kesempatan, menerima Olof Palme Prize pada 2009, Hadiah Sakharov lima tahun kemudian, dan Hadiah Perdamaian Seoul pada 2016. Dia telah dinominasikan untuk penghargaan Nobel pada berbagai kesempatan sebelumnya.
Mukwege juga telah diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, setelah pidatonya pada 2012 mengkritik pemerintahan Presiden Joseph Kabila dan negara-negara tetangga karena menggelar "perang yang tidak adil dengan kekerasan terhadap perempuan dan pemerkosaan sebagai strategi perang".
Pada 2010, seorang pejabat tinggi PBB menyebut negara itu "ibu kota pemerkosaan dunia".
Akibat pidatonya itu, Mukwege menjadi target pembunuhan. Ia selamat dari upaya pembunuhan pada Oktober 2012 meski anak-anaknya sempat disandera dan penjaganya tewas. Rumah Sakit Panzi sekarang berada di bawah perlindungan permanen pasukan perdamaian PBB.
Dia kemudian melarikan diri bersama keluarganya ke Swedia, lalu ke Belgia. Dia kembali ke rumahnya pada 2013 setelah para perempuan mengumpulkan dana untuk membayar tiket pulangnya.
"Setelah gerakan itu, aku benar-benar tidak bisa mengatakan tidak. Dan juga, aku sendiri bertekad untuk membantu melawan kekejaman ini, kekerasan ini."
Ketika namanya diumumkan sebagai pemenang hadiah Nobel Perdamaian 2018 bersama Nadia Muradperempuan Yazidi yang pernah menjadi budak seks kelompok teroris Negara IslamMukwege tengah melakukan operasi.
"Saya mendengar orang-orang mulai menangis mendengar kabar ini, dan itu sangat-sangat mengejutkan," katanya. "Saya bisa melihat di wajah banyak perempuan bagaimana mereka senang diakui oleh penghargaan ini, dan itu benar-benar sangat menyentuh."
Adapun Murad adalah seorang perempuan dari minoritas Yazidi di Kota Sinjar, Irak utara, yang ditahan sebagai budak seks oleh ISIS pada 2014. Berkat keberaniannya, Murad berhasil melarikan diri dan menceritakan kisahnya kepada dunia. Pada 2016, saat baru berusia 23 tahun, ia dijadikan duta besar PBB untuk martabat korban perdagangan manusia.
Murad tengah berada di Cambridge, Massachusetts, ketika memperoleh kabar dirinya meraih hadiah Nobel Perdamaian bersama Mukwege. Ia menjadi pemenang Nobel termuda kedua setelah Malala Yousafzai. "Saya berharap penghargaan itu akan membantu membawa keadilan bagi para perempuan yang menderita kekerasan seksual," katanya kepada seorang pejabat Nobel.
Kepada CNN tahun lalu, Murad menggambarkan bagaimana ISIS menyerang komunitasnya pada 3 Agustus 2014.
"Hampir 6.500 wanita dan anak-anak dari Yazidi diculik, dan sekitar 5.000 orang dari masyarakatnya tewas pada hari itu," katanya. "Selama delapan bulan, mereka memisahkan kami dari ibu dan saudara perempuan kami dan saudara-saudara kami, dan beberapa dari mereka terbunuh sementara yang lainnya lenyap."
Ibu Murad dan enam saudara laki-lakinya serta saudara tirinya dieksekusi. Murad, bersama wanita lain yang belum menikah, diambil sebagai budak seks dan dibagikan kepada para militan ISIS.
"Pasar budak dibuka pada malam hari. Para milisi ISIS memilih para gadis seperti membeli binatang. Mereka menyentuh tubuh kami untuk melihat apakah kami cukup berharga untuk dibeli. Namun kami tidak mempermudah mereka. Kami berteriak dan menendang setiap kali mereka berusaha menyentuh," demikian pernyataan Murad di The Guardian.
Menyerang Sinjar dan mengambil perempuan untuk digunakan sebagai budak seks, menurut Murad, bukanlah keputusan spontan yang dibuat di medan perang oleh tentara serakah. Kelompok ISIS telah merencanakan semuanya.
"Tapi ISIS tidak seorisinal yang mereka pikirkan. Pemerkosaan telah digunakan sepanjang sejarah sebagai senjata perang. Saya tidak pernah berpikir akan memiliki nasib yang sama dengan wanita di Rwanda. Sebelum semua ini, saya tidak tahu ada sebuah negara bernama Rwanda, dan sekarang saya terkait dengan mereka dalam cara yang terburuk, sebagai korban kejahatan perang yang begitu sulit untuk dibicarakan." THE NATIONAL | CNN | THE GUARDIAN | SITA PLANASARI AQUADINI
Denis Mukwege
1 Maret 1955. Lahir di Bukavu, Belgia Kongo (sekarang Republik Demokratik Kongo).
- 1983. Lulus fakultas kedokteran di Universitas Burundi dan kemudian bekerja di Lumere.
- 1989. Mengambil spesialis dokter kandungan di University of Angers, Prancis.
- 1999. Sekembali dari Prancis, ia sempat kembali bekerja di Lumere tapi kemudian mendirikan Rumah Sakit Panzi di Bukavu yang menangani 85 ribu perempuan korban pemerkosaan pasca-perang Kongo.
- September 2012. Berpidato di PBB di mana ia mengutuk pemerkosaan massal yang terjadi di Republik Demokratik Kongo.
- 25 Oktober 2012. Empat pria bersenjata menyerang kediamannya dan menyandera putri-putrinya. Para pelaku kemudian membunuh penjaganya meski Mukwege selamat dari pembunuhan.
- 14 Januari 2013. Dia kembali ke Bukavu setelah sempat menjalani eksil ke Eropa. Para pasiennya mengumpulkan dana untuk membayar tiket pulangnya dengan menjual nanas dan bawang.
5 Oktober 2018. Ia menerima Nobel Perdamaian bersama Nadia Murad.
Nadia Murad Basee Taha
1993. Lahir di Kocho, Sinjar, Irak.
- Agustus 2014. Setelah ISIS merebut Sinjar, Nadia dan ribuan perempuan Yazidi lainnya diculik, diperkosa, dan kemudian diperjualbelikan sebagai budak seks.
- Desember 2014. Nadia berhasil melarikan diri dari ISIS dan kemudian pindah ke Stuttgart, Jerman, bersama kakak perempuannya.
- 2016. Nadia, yang baru berusia 23 tahun, dijadikan duta besar PBB untuk martabat korban perdagangan manusia.
- 5 Oktober 2018. Ia meraih hadiah Nobel Perdamaian bersama Denis Mukwege.
NEWSWEEK | CNN | SITA PLANASARI AQUADINI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo