Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pemimpin negara Arab dilaporkan khawatir tentang potensi ketidakstabilan di wilayah mereka menyusul tumbangnya Bashar al Assad dari tampuk kekuasaan di Suriah, menurut analisis yang dikutip The Washington Post dari para pakar, pejabat, dan diplomat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para pemimpin Mesir, Yordania, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA) dikatakan waspada terhadap kemungkinan dampak politik yang dapat memicu gejolak di negara masing-masing setelah kejatuhan Assad.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seorang diplomat mengungkapkan kepada surat kabar tersebut bahwa keberadaan dan perluasan kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) di Suriah menimbulkan ancaman khusus bagi Presiden Mesir Abdel Fattah Sisi.
Laporan tersebut mencatat bahwa negara-negara Arab tengah bersikap hati-hati dalam menyikapi perkembangan di Suriah, berusaha memahami dampaknya, dan mencari cara untuk mengendalikan potensi ketidakstabilan pasca-kepergian Assad.
Kelompok oposisi bersenjata Suriah berhasil menguasai ibu kota Damaskus pada 8 Desember. Menyusul kejadian itu, pejabat Rusia menyatakan bahwa Assad telah mengundurkan diri setelah bernegosiasi dengan para pihak yang terlibat dalam konflik Suriah. Assad kemudian meninggalkan Suriah menuju Rusia, di mana ia mendapatkan suaka politik.
Mohammed al-Bashir, yang sebelumnya memimpin pemerintahan berbasis di Idlib yang dibentuk oleh Hayat Tahrir al-Sham dan kelompok oposisi lainnya, diangkat sebagai perdana menteri sementara pada 10 Desember 2024.
THE WASHINGTON POST
Pilihan editor: Lebih dari 50.000 Warga Suriah Menyebrang ke Lebanon, Sebab...