Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pasukan Elite Itu Unit 121

Pasukan cyber Korea Utara mungkin tak sehebat Amerika atau Rusia. Tapi Unit 121 tetap menjadi ancaman yang mengkhawatirkan.

5 Januari 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pyongyang kembali meradang gara-gara, dua pekan lalu, film The Interview dirilis. Korea Utara tak hanya menuding Gedung Putih berada di belakang film komedi ini—yang mengisahkan upaya pembunuhan pemimpin negara itu, Kim Jong-un. Pyongyang juga marah karena beberapa kali Internet di negerinya ngadat setelah Amerika menudingnya terlibat dalam peretasan atas server pembuat The Interview, Sony Pictures Entertainment—yang disangkalnya.

"Jika terus arogan, melakukan tindakan sewenang-wenang seperti preman, meski telah berkali-kali diingatkan (oleh Korea Utara), Amerika Serikat harus selalu ingat bahwa kegagalannya dalam urusan politik akan membuatnya menghadapi pukulan mematikan yang tak terhindarkan." kata juru bicara Komite Pertahanan Korea Utara dalam pernyataan di Korean Central News Agency, lebih dari sepekan lalu.

Meski banyak yang meremehkan kemampuan Korea Utara dalam perang cyber seperti halnya dalam kemampuan militer konvensional, Pyongyang memiliki pasukan khusus untuk medan tempur dunia maya yang kekuatannya tak bisa disepelekan. Pasukan elitenya adalah Unit atau Biro 121. Selain itu, menurut profesor ilmu komputer Korea Utara yang membelot ke Korea Selatan sepuluh tahun lalu, Kim Heung-kwang, ada Unit 35, yang melatih tentara digital. Kemudian ada Biro 225, yang berfokus melakukan peperangan cyber dengan langsung menyusup ke negara-negara "musuh".

"Meski tak seperti Amerika, Rusia, atau Cina, mereka masih cukup signifikan dan sepertinya sama dengan Iran," ujar Frank Cilluffo, Wakil Presiden George Washington University, yang memimpin inisiatif kebijakan keamanan cyber dan keamanan nasional Amerika, kepada The Guardian.

Menurut Kim Heung-kwang, Korea Utara memang ingin meningkatkan kemampuan nonkonvensional seperti dalam perang dunia maya. Langkah ini diambil untuk menyamakan kedudukannya dengan negara-negara yang dianggap sebagai lawan yang memiliki kekuatan "fisik" jauh di atasnya.

Beberapa serangan cyber yang diduga terkait dengan mereka di antaranya saat Korea Utara menyatakan mendapatkan akses 30 dari 80 jaringan komunikasi nirkabel militer Korea Selatan pada 2004. Dua tahun kemudian, mereka juga dicurigai membobol pertahanan Departemen Pertahanan Korea Selatan dan Amerika. Juga pada tahun lalu, peretas DarkSeoul melakukan serangan ke berbagai bank dan stasiun televisi Korea Selatan.

Pembelot lain, yang teman kuliahnya di Command Automation University banyak bergabung dengan Biro 121, Jang Se-yul, menguatkan bahwa Biro 121 cukup bergigi. Sekitar 1.800 anggota unit ini adalah ahli komputer yang hebat. Mereka dipilih dan mulai dilatih saat mereka masih sangat muda, sekitar 17 tahun.

Kepada Al Jazeera, Kim Heung-kwang mengisahkan lebih detail. Pemerintah memilih anggota unit ini dari anak-anak muda terbaik di bidang sains dan matematika. Mereka disekolahkan ke salah satu universitas teknik terkemuka, seperti Universitas Kim Il-sung atau Universitas Teknologi Kim Chaek. Ada juga yang dididik di kampus milik militer, Command Automation University. Setelah itu, para calon anggota unit ini dikirim untuk mengikuti pelatihan di Cina atau Rusia.

Menurut Kim Heung-kwang, pekerjaan di unit elite ini menjadi incaran banyak anak muda. "Itu sebuah kehormatan bagi mereka," ujarnya. Selain itu, yang membuat mereka berbondong-bondong ingin masuk adalah, "Pekerjaan itu termasuk pekerjaan kerah putih."

Jang Se-yul menceritakan bagaimana teman kuliahnya yang berasal dari desa mampu memboyong keluarganya ke apartemen besar di kawasan elite di Pyongyang.

Tak aneh, mereka pun cukup militan dan membuat Korea Utara tetap "mengancam". "Kemampuan cyber adalah tentang manusia. Saya yakin ini merupakan langkah paling efektif untuk memperkuat kemampuan militer Korea Utara," kata Dekan Korea University Graduate School of Information Security di Seoul, Lim Jong-in.

Purwani Diyah Prabandari (Reuters, The Guardian, AP, South China Morning Post)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus