Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Luis Abel Bango menghabiskan waktu tujuh tahun untuk mencari mobil impiannya, Chevy Bel Air 1957. Ia akhirnya mendapatkan mobil itu jauh di ujung barat Kuba setelah membeli dari pemiliknya seharga US$ 7.000 atau sekitar Rp 87 juta. "Saya sudah pergi ke mana-mana mencari mobil yang saya inginkan. Saya harus pergi ke ujung pulau Kuba untuk menemukan mobil ini," kata Bango kepada Reuters, Jumat dua pekan lalu.
Mobil hitam-putih dengan empat pintu itu masih utuh di tangan pemilik aslinya, lengkap dengan bagian yang dicat krom seperti hiasan mirip roket di kap mesinnya, yang menjadi ciri Chevy '57 dan membuat mobil ini jadi buruan para kolektor.
Ada sekitar 60 ribu mobil klasik di jalanan Kuba dari era sebelum revolusi 1959—yang menaikkan Fidel Castro ke tampuk kekuasaan. Menemukan koleksi yang bernilai tinggi menjadi sebuah tantangan. Dari sekian banyak koleksi bernilai yang tersembunyi itu, ada ribuan mobil klasik yang telah kehilangan suku cadang aslinya.
Di wilayah yang serba kekurangan karena sanksi ekonomi, warga Kuba mempertahankan mobil-mobil dari era sebelum revolusi sebagai kendaraan pribadi ataupun transportasi umum dengan menggunakan suku cadang seadanya. Pemilik mobil klasik di negara itu banyak yang melakukan perbaikan dan modifikasi dengan suku cadang terbatas, bahkan banyak yang sudah tak lagi menggunakan suku cadang orisinal karena alasan biaya.
Kini, dengan rencana pencabutan embargo ekonomi dari Amerika Serikat setelah normalisasi hubungan diplomatik kedua negara tercapai pada 17 Desember tahun lalu, terbuka peluang untuk jual-beli mobil klasik di Kuba. Negara kepulauan di Karibia itu memiliki potensi menjadi harta karun bagi pencinta mobil klasik dengan merek-merek terkenal, seperti Ford, Chevrolet, Studebaker, dan DeSoto, yang diproduksi pada 1940-an dan 1950-an.
"Kita tahu di Kuba ada Chevrolet keluaran 1957 dan Buick Skylark 1954, yang semuanya cukup bernilai, tak peduli bagaimana kondisinya. Jika embargo ekonomi dicabut, potensi harta di negara kepulauan itu akan terbuka," kata editor di majalah mingguan Old Cars, Angelo Van Bogart, kepada International Business Times.
Selama ini, di bawah sistem satu partai Kuba, pasar mobil di negara itu sangat diatur dan harga sedan baru bisa mencapai US$ 200 ribu. Menurut undang-undang 2010, rakyat Kuba hanya bisa membeli mobil yang dibuat sebelum revolusi 1959. Properti swasta juga sangat dibatasi di pulau komunis itu sejak 1959.
"Banyak warga Amerika yang bermimpi bisa menemukan mobil klasik yang jarang di Kuba," ujar pendiri dan ketua pameran mobil Amelia Island Concours d'Elegance, Bill Warner.
Di Amerika, Chevy Bel Air 1957 mungkin mobil yang paling dicari, dengan sayap belakang berbentuk sirip, meski warga Kuba lebih suka model buatan 1955 dan 1956. Model ketiga tahun itu menampilkan tiga warna di badan mobil dan banyak balutan krom.
Bango, yang juga anggota Klub V8 Havana, memimpikan Chevy '57 ketika dia memutuskan merestorasi satu mobil tua untuk acara akhir minggu klub itu. Sementara versi dua pintunya lebih mahal, dia lebih suka model empat pintu dan memulai pencarian panjang untuk bisa menemukan mobil impiannya itu yang lengkap.
Proyek restorasi itu sempat terhenti selama beberapa tahun karena dia harus mengumpulkan suku cadang yang diperlukan. Bango ingin mobil itu punya mesin yang lebih kuat, jadi ia mengganti mesin enam silinder asli dengan mesin Chevy V8 keluaran 1970-an.
Keputusan itu akan membuat harga mobil ini turun di pasar Amerika. Tapi Bango mengatakan tak akan menjualnya sekalipun diizinkan pemerintah. "Saya sudah ditawari US$ 27 ribu dengan kondisi seadanya, dibongkar dan belum selesai. Tapi saya tidak akan menjualnya," katanya.
Rosalina (Reuters, IB Times, The Guardian, The New York Times)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo