BERJANGGUT lebat dengan tinggi badan 206 cm, Terry Waite, 45, bukan tipe orang yang mudah menyelinap. Itulah, agaknya, yang menyebabkan utusan khusus uskup agung Anglikan itu merasa perlu menemui wartawan di Libanon, minggu lalu. "Berilah saya waktu bebas untuk berunding," imbaunya di Hotel Commodore, Beirut, markas tak resmi kuli tinta. Tiba dari Inggris sehari sebelumnya, pawang teroris yang piawai ini merasa khawatir begitu melihat beberapa wartawan berkeliaran dekat penginapan rahasianya. Jika para penyandera melihat ada orang yang membuntuti Waite, besar kemungkinan mereka menolak berunding. "Padahal, perundingan sudah mendapat kemajuan dan sedang berada pada titik penentuan yang berbahaya," katanya sambil meninggalkan hotel dengan dikawal laskar Muslim. Kali ini, Waite berunding dengan kelompok Jihad Islam, yang dikenal paling nekat, untuk membebaskan empat sandera AS: Terry Anderson, 38 koresponden AP di Timur Tengah, Pendeta Katolik Roma Lawrence Martin Jenco, 50 Direktur Rumah Sakit Universitas Amerika di Beirut David Jacobsen, 54 dan Dekan Fakultas Pertanian, Thomas M. Sutherland, 53. Adalah keempat orang ini yang, seminggu sebelumnya, mengirim surat terbuka kepada Presiden Ronald Reagan. Isinya, antara lain, memohon pemerintah AS agar melakukan perundingan untuk membebaskan mereka sebelum Natal nanti. Sebuah surat lain dilayangkan ke Inggris, meminta jasa Waite sebagai perantara. Pengiriman surat ini dinilai para pengamat politik Timur Tengah pertanda keinginan berunding Jihad Islam dengan pemerintah AS muncul lagi. Pasalnya, Oktober silam, harapan pembebasan sandera AS di Libanon sempat tak menentu. Terutama setelah dikabarkan bahwa William Buckley, diplomat AS yang diculik Jihad Islam, sudah dibunuh, sebagai pembalasan atas pengeboman markas PLO di Tunisia oleh Israel. Apalagi, kemudian, terjadi pula insiden penyergapan pesawat Mesir oleh AS. Padahal, sebulan sebelumnya, harapan sempat tinggi ketika Pendeta Benjamin Weirr, juga dari AS, dibebaskan atas usaha Waite. Keberhasilan Waite ini, pembantu uskup agung gereja Anglikan Dr. Robert Runcie, bukan yang pertama kali. Namanya mulai dikenal setelah berhasil membebaskan tiga pendakwah Anglikan di Iran, 1981. Setelah itu, ia juga berhasil membebaskan empat warga Inggris yang ditahan di Libya, Februari lalu. Konon, keberhasilannya lahir dari kombinasi pengetahuan agamanya yang luas, kekukuhannya menepati janji, dan rasa humornya yang tinggi. Tak jelas kapan dan di mana Terry belajar humor. Yang pasti, putra perwira polisi ini, setelah tamat Sekolah Tinggi Teologi di Inggris, bekerja di gereja Anglikan hingga 1968, dan kemudian bertugas ke Uganda. Konon, di benua hitam inilah, tempat ia tinggal selama 12 tahun, bakat kepawangannya berkembang. Ia bahkan berhasil menjadi teman Presiden Lybia Muammar Qadhafi setelah memberikan buku tentang Aristoteles dan bangsa Arab. Hubungan mereka makin akrab karena sama-sama asyik mendiskusikan hubungan antara Islam dan Kristen di Afrika. Keakraban itu sangat membantu Waite membebaskan warga Inggris yang disandera Libya setelah peristiwa penembakan polisi wanita Inggris di London, Februari silam. Padahal, ketika itu, hubungan diplomatik antara Inggris dan Lybia sudah putus. Tapi, bukan berarti pembebasan keempat sandera AS itu sudah di ambang pintu. Soalnya, pihak Jihad Islam menuntut pembebasan 17 rekan mereka yang ditahan di Kuwait sebagai syarat pembebasan sandera. Sementara itu, Presiden Reagan telah beberapa kali menegaskan sikap tak melakukan perundingan dengan teroris. Karena itu, wajar kalau keluarga sandera berupaya mengubah kebijaksanaan pemerintah Amerika itu. "Ini adalah kesempatan terbaik untuk melakukan perundingan," kata Peggy Say, kakak wanita Terry Anderson. Bersama keluarga sandera yang lain, Peggy bertatap muka dengan Presiden Reagan, bulan lalu. "Pemerintah berjanji akan meneruskan usaha penyelamatan sandera," kata seorang sumber yang ikut dalam pertemuan itu. "Tapi mereka tak berharap banyak dari perundingan itu." Terry pun mengakui bahwa persoalan yang dihadapinya sekarang cukup pelik. "Saya mensyaratkan pertemuan tatap muka dengan pihak yang bertanggung jawab atas para sandera," katanya. "Tapi sampai sekarang belum juga berhasil."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini