Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pelajaran baru rrc

Rrc menyerbu vietnam sebagai pelajaran atas campur tangan hanoi dengan kekerasan di kampuchea. vietnam bukannya kapok, yang menyebabkan wk pm. deng akan menyerbu lagi. perundingan rrc-vietnam tetap buntu. (ln)

12 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA menyerbu ke wilayah Vietnam Pebruari lalu, RRC menyatakan agresinya itu sebagai "hukuman" atau "pelajaran" atas campur tangan Hanoi dengan kekerasan di Kampuchea. RRC telah menarik kembali tentaranya tapi Vietnam ternyata, walaupun babakbelur, masih belum kapok dengan 'hukuman" tadi. Tentara Vietnam, sesudah front di utara sepi, malah makin menggebu mengejar sisa pasukan Pol Pot, mendekati perbatasan Muangthai. Kini bukan hanya di Kampuchea, juga di Laos terdapat tentara Vietnam dalam jumlah besar. Ini membuat Beijing marah, hingga Wakil PM Deng Xiaoping pekan lalu mengancam akan memberi "pelajaran" tambahan. Ada kemungkinan gertak Deng itu seperti gemerincing pedang saja, tanpa tusukan yang membunuh. RRC sendiri toh sudah mendapat pelajaran pula bahwa agresinya terdahulu telah tidak berhasil memaksa Hanoi supaya menarik kembali tentara dari Kampuche. Bisa Netral? Kekuatiran dunia meningkat, tentu saja, bila RRC memulai perang baru. Sekjen PBB Kurt Waldheim dalam perjalanannya ke Timur Jauh memerlukan singgah pekan lalu di Hanoi dan Beijing, dan menawarkan jasa-jasa baiknya untuk meredakan permusuhan kedua pihak. Hanoi, seperti diucapkan PM Pham Van Dong segera sesudah Waldheim berangkat menuju Beijing, melihat tak akan bermanfaat usaha mediasi itu. Di Beijing, niat Waldheim itu disambut baik tapi berbarengan dengan ancaman Deng tentang kemungkinan "pelajaran" tambahan untuk Vietnam. Waldheim sesampainya di Tokyo kemudian menyatakan bahwa ia melihat sengketa RRC-Vietnam akan sukar diselesaikan. ASEAN, melalui kunjungan PM Malasia Datuk Hussein Onn ke Beijing pekan lalu, turut menyampaikan kekuatirannya. Onn mengingatkan kembali tentang permintaan ASEAN supaya dilakukan penarikan semua pasukan ashlg dari bumi Indocina. Secara terselubung ASEAN tidak membenarkan penyerbuan RRC, atau kehadiran tentara Vietnam di Kampuchea dan Laos. Tapi ASEAN kelihatan cenderung tetap bersikap netral dalam hal konflik RRC-Vietnam. Secara terpisah anggota ASEAN, seperti Muangthai, dikuatirkan terseret. Negeri itu tadinya merasa agak aman dengan adanya rezim Pol Pot. Sejak Pol Pot terguling dan rezim Heng Samrin yang dibantu Vietnam menguasai Phnom Penh Desember lalu, Muangthai menjadi cemas sekali. Bukanlah karena Pol Pot yang terkenal kejam itu disukainya, tapi karena ia diperlukannya sebagai penyangga. April lalu, offensif Vietnam ke arah barat demikian keras hingga 20.000 sampai 50.000 orang Khmer, termasuk yang bersenjata, menyeberangi perbatasan Muangthai. Mereka menyusur dari barat-laut Kampuchea ke arah perbatasan bagian selatan, dan memasuki Aranyaprathet, Muangthai. Mereka berbondong-bondong dengan jalan kaki atau berpedati. Pasukan Muangthai membiarkan mereka masuk. Karena banyak di antara mereka bersenjata (Khmer Rouge) yang kemudian kembali ke wilayah Kampuchea, Phnom Penh menuduh Muangthai telah melakukan "tindakan yang tidak bersahabat". PM Kriangsak Chomanan, sebagai akibat tuduhan tadi, memang memerintahkan supaya pasukan perbatasan Muangthai mencegah masuknya kaum pelarian bersenjata. Tapi masih ada kekuatiran bahwa pasukan gabungan Heng Samrin dan Vietnam akan mengejar Khmer Rouge sampai melewati perbatasan. Jika ini terjadi, RRC diduga mempunyai alasan baru untuk menyerbu lagi. Terakhir ini RRC sudah sempat jengkel terhadap "provokasi" pasukan Vietnam di perbatasan Laos-RRC. Bah. RRC akan menyerbu ke Laos, Vietnan sudah bersiap-siap di sana. Tapi makin lengkap pula kehadiran pasukannya di seluruh Indocina, di bawah komando Hanoi. Impiannya untuk mendirikan federasi Indocina mungkin terwujud, tapi diduga akan makin menegangkan hubungannya dengan RRC. RRC melihat siasat Uni Soviet di belakang itu yang bertujuan mengepungnya. Sidang Ke-4? Sesudah menarik mundur tentaranya RRC mengirim Wakil Menlu Han Nianlong (Han Nien-lung) ke Hanoi untu berunding. Walaupun 3 kali sidang sudah berlangsung, perundingan masih buntu. Sebabnya, kata Phan Hien yang mengetuai delegasi Vietnam dalam konperensi pers akhir pekan lalu, RRC membikin prasyarat supaya Vietnam memanggil pulang 150.000 tentaranya di Kampuchea. Dalam konperensi pers terpisah, Ha mengatakan Vietnam bukan hanya harus menghentikan agresinya di Kampuchea, tapi juga mesti melepaskan pengawasannya atas Laos, dan mengakhiri politik anti-Cina. Hanoi, menurut laporan kantor berita Vietnam, masih menginginkan sidang ke-4 asalkan RRC menjamin stabilitas dan perdamaian di perbatasannya. Antara lain Vietnam mengusulkan di perbatasan supaya diadakan DMZ atau zone bebas-militer.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus