Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mulai: oposisi islam terhadap khomeini

Ayatullah morteza motahari, tokoh dewan revolusi islam, terbunuh. timbul perbedaan antara khomeini dan ayatullah shariatmadari, sesama pemimpin revolusi iran. us ingin memberi bantuan ekonomi. (ln)

12 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PARA wanita berpakaian hitam menangis keras. Dua ratus ribu penduduk Teheran Kamis yang lalu berkabung, dalam iringan yang berjalan satu setengah kilometer. Jenazah Ayatullah Morteza Motahari yang terbunuh Selasa lalu diberangkatkan ke Qom, kota suci dan markas besar pemimpin revolusi Iran Ayatullah Khomeini. Dan suasana politik menjadi kian tidak nyaman. Terutama bagi golongan kiri, yang diwakili para pemuda Fedayin dan sisa-sisa partai komunis Tudeh. Ayatullah Morteza Motahari, orang dekat Khomeini dan dikabarkan tokoh Dewan Revolusi Islam yang anggotanya tetap dirahasiakan itu, dibunuh oleh gerombolan "Furgan". Atau begitulah menurut telepon yang diterima pers. Tapi apa dan siapa "Furqan" itu tak jelas. Kata-kata yang dipakai kadang berbau "kiri", tapi di Teheran ada orang yang menyebutnya "ekstrim kanan". April yang lalu "Furqan" membunuh korbannya yang pertama, Mayjen Gharani, kepala staf pertama angkatan bersenjata Iran setelah revolusi. Apapun corak "Furqan", tapi di antara barisan pengantar jenazah di Teheran ada yang berteriak: "Tudeh dan Fedayin benalu masyarakat!" Dan sementara toko-toko tutup sebagai tanda dukacita untuk Motahari, para pemimpin sayap kiri mulai bersembunyi. Di Teheran Jum'at lalu tiba missi Uni Soviet unuk membicarakan bantuan ekonomi, tapi sementara itu ada desas-desus para penguasa Iran akan menindak orang-orang sosialis dan komunis. Pembalasan dendam bagi Motahari? Dendam memang nampaknya jadi sumber hukum penting di Iran kini, selama Dewan Revolusi Islam menghukum tembak sejumlah pemimpin atau petugas pemerintahan Shah yang baru mereka jatuhkan. Kekerasan belum juga nampak mereda. Dalam hubungan inilah Ayatullah Taleghani pekan lalu berbicara. Ia seorang ulama yang punya putera di pimpinan pemuda sayap kiri dan baru-baru ini hampir "bentrok" dengan Khomeini. Katanya setelah kematian Motahari: "Pembunuhan tak dapat dijawab dengan pembunuhan." Mungkin itu satu kritik tak langsung kepada cara-cara pengikut Khomeini main hukum tembak, yang juga dikecam baik Perdana Menteri Bazargan maupun kaum cendekiawan. Taleghani yang berpengaruh kuat di kota Teheran, memang dengan samar pernah mengecam sikap otoriter Khomeini, yang akan membawa Iran ke dalam "despotisme dan kediktaturan." Dua Partai Namun yang lebih jelas agaknya perbedaan yang makin nampak antara Khomeini dengan pemimpin revolusi Iran yang lain, Ayatullah Shariatmadari. Sewaktu Khomeini 16 tahun di luar negeri, di dalam negeri Shariatmadari-lah yang memimpin perjuangan anti-Shah. Namun kini nyatanya Khomeini, 76 tahun, yang lebih muda, memegang tampuk kekuasaan. Watak kedua orang itu memang berbeda. Shariatmadari murab senyum, Khomeini angker. Begitu pula pandangannya tentang masa depan politik Iran. Seperti dilaporkan wartawan Los Angeles Times Doyle McManus awal Mei, Khomeini membentuk dan merestui berdirinya Partai Republik Islam. Dengan dukungannya, partai ini sudah pasti akan memenangkan suara mayoritas di parlemen yang akan dipilih kelak. Shariatmadari dengan segera membentuk Partai Republik Rakyat Muslim. Kenapa? "Ada bahaya terjadinya kediktaturan satu-partai," kata ayatullah itu. "Untuk memiliki cuma satu partai yang menguasai parlemen akan sangat buruk akibatnya," sambung Shariatmadari -- yang oleh seorang mullah pengikut Khomeini disebut "tukang bikin rusuh." Shariatmadari lebih bersuara seorang demokrat. Dalam wawancara dengan wartawan TEMPO Jusfiq Hadjar di kota Qom beberapa bulan yang lalu ia misalnya mengatakan bahwa soal pelaksanaan hukuman menurut Islam "wakil rakyatlah yang menentukan". Bahkan tentang tafsiran hukum Islam sendiri Ayatullah itu berkata: "Tentunya tidak berarti hukum itu tak bisa disempurnakan." Itulah makanya, kata Shariatmadari, "rakyat harus memilih wakil mereka untuk membicarakan penyesuaian hukum yang ada dengan waktu."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus