Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JOSEPH Stalin hidup lagi. Di antara rakyat Rusia yang keranjingan Instagram, diktator berkumis lebat yang jasadnya telah dipindahkan dari mausoleum di Lapangan Merah ke suatu lingkungan biasa di dekat Tembok Kremlin setengah abad yang silam ini tiba-tiba ikut meramaikan dunia penggemar selfie.
"Anda dapat menjadi seorang kelinci Playboy, zombie, atau seorang... Joseph Stalin," begitu promosi perusahaan komputer MSQD App yang menawarkan produk barunya, bulan lalu. Hasilnya, dalam sekejap khalayak Rusia—tua-muda, lelaki-perempuan—memajang foto selfie mereka dengan alis hitam lebat dan kumis yang kaku seperti pagar menutupi bibir atasnya; ciri khas sang diktator.
Ya, sejak tahun lalu Stalin bangkit lagi meramaikan dunia kontemporer Rusia, tapi tidak dalam wujud seorang pemimpin yang menitahkan pembunuhan jutaan penduduk dan menyekap 6-7 juta tahanan politik—menurut versi organisasi pro-hak asasi Rusia, Memorial. Ia hadir sebagai bapak penyelamat tanah air dari cengkeraman Nazi pada 1945. Dan pemimpin Rusia kini, Vladimir Putin, tampaknya tidak sekadar memberi angin, tapi juga mengambil keuntungan dari kecenderungan besar ini.
Apa yang terjadi tahun lalu mungkin satu di antara puncak rehabilitasi nama Stalin. Di Lipetsk, Mei 2015, sejumlah pejabat Partai Komunis membangun patung dada Stalin. Dua bulan berselang, di desa kecil Khoroshevo, berdiri sebuah museum yang mengkhususkan diri pada pencapaian-pencapaian militer di era Stalin. Pada pengujung tahun lalu, di Kota Penza, para pendukung Stalin mendirikan sebuah Stalin Center yang terang-terangan mengungkapkan niatnya untuk "mempopulerkan dan mengimplementasikan praktek-praktek yang pernah digunakan di masa Stalin dan masih relevan saat ini".
"Inilah tanda-tanda (kita) tidak pernah belajar dari sejarah," kata Nikita Petrov dari Memorial. "Keragu-raguan untuk melihat diri sendiri sekaligus mengakui bahwa kita telah menempuh jalan yang salah, bahwa negara kita telah bersalah terhadap rakyatnya dan negara-negara tetangga."
Rakyat yang kecewa dan terjepit krisis ekonomi setelah tumbangnya Uni Soviet dan munculnya ekonomi pasar itu ternyata mudah terperosok ke dalam nostalgia. Pada saat inilah rehabilitasi nama Stalin mulai berlangsung, perlahan-lahan, tanpa banyak suara. Sejak tahun 2000, tatkala kepemimpinan Putin mulai menjadi harapan baru bagi banyak orang yang marah besar terhadap legasi Nikolai Gorbachev dan Boris Yeltsin, nama Stalin jadi wangi. Gorbachev dan Yeltsin oleh banyak orang dianggap telah menjual Rusia bulat-bulat kepada Barat.
Namun rehabilitasi tokoh kontroversial selalu menggelapkan satu sisi dan menerang-benderangkan sisi yang lain. Para pendukung tentu tak mau ingat bagaimana kaum Bolsyewik membasmi bukan hanya para kulak (petani kaya) dan pengisap, tapi juga menghabisi kaum Bolsyewik yang lain, seraya mendudukkan mereka sebagai kontrarevolusi. Di negeri raksasa berpenduduk raksasa itu, pembersihan dalam tubuh Partai Komunis pada 1930 menewaskan jutaan manusia.
Pada sisi terangnya, Stalin adalah kekuatan yang menyebabkan puluhan ribu manusia bergerak bersama, susul-menyusul, dengan hasil yang menakjubkan. Ia memukul mundur Jerman, berhasil membuat Uni Soviet dalam waktu 15 tahun saja mencapai sasarannya: dari keadaan compang-camping setelah Perang Dunia II jadi penghasil 500 ton baja, 500 ton batu bara, dan 60 juta ton minyak. Dialah kekuatan yang menyatukan. Pada hari ulang tahunnya yang ke-60, pada 1939, beberapa ratus ribu serdadu Soviet memberikan nyawa mereka di garis perbatasan Finlandia. "Untuk Rusia, untuk Stalin," ujar mereka.
Levada Center, pusat jajak pendapat di Moskow, baru-baru ini mengeluarkan hasil polling yang mengagetkan. Sebanyak 39 persen responden menyimpan pandangan positif terhadap Stalin. Lalu 45 persen responden percaya bahwa pembantaian orang-orang Bolsyewik yang tak sepaham dengan Stalin dan jutaan tahanan politik yang disekap merupakan pengorbanan yang diperlukan untuk membuat negara setangguh dan sesejahtera Uni Soviet. Jika jajak pendapat serupa pada Oktober 2008 menunjukkan hanya 27 persen yang setuju dengan pandangan di atas, tampaklah perubahan besar di antara masyarakat.
Salah seorang yang berubah adalah Mikhail Kosyrev. Mahasiswa hukum berumur 29 tahun ini sebelumnya berpikiran buruk mengenai Stalin. "Dalam lima tahun terakhir, saya sering menyaksikan film dokumentasi tentang Stalin di televisi, belajar banyak dari situ, dan saya memahaminya," katanya. "Sekarang saya tidak mempunyai perasaan negatif terhadapnya. Dia (Stalin) memiliki niat yang baik."
Stalin meninggal pada usia 74 tahun, 5 Maret 1953. Hari itu lautan manusia mengiringi jenazahnya dibawa ke Lapangan Merah. Sejumlah orang mati terinjak-injak hanya karena ingin menyaksikan keranda sang pemimpin. Begitu banyak yang merasa kehilangan setelah kepergiannya.
Stalin adalah pelajaran yang terjadi di mana-mana. Kekuasaan Stalin terus membesar hingga setelah ia mangkat pun cengkeramannya masih terasa. Sedangkan para penggantinya harus menjalani sejarah baru. Dan, pada 1956, pemimpin besar yang semasa hidupnya dipuja-puja itu tiba-tiba dimaki-maki. Begitulah Nikita Khrushchev memulai destalinisasi setelah Stalin meninggal, termasuk dengan memindahkan jasad Stalin ke tempat pekuburan "orang biasa" di dekat Tembok Kremlin.
Kini Stalin dihidupkan kembali. Di mata para pengkritiknya, Vladimir Putin mencoba mendudukkan diri seperti Stalin. Ia akan membangun satu Rusia yang sejahtera dan ditakuti negara lain, sekaligus mengancam mereka yang pikirannya tidak sejalan dengannya.
Idrus F. Shahab (Moscow Times, Los Angeles Times, Mail Online)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo