Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Seorang Sosialis dari Partai Demokrat

Bernie Sanders untuk sementara mengungguli Hillary Clinton dalam persaingan menjadi calon presiden Partai Demokrat. Sukses menjual gagasan khas sosial demokrat.

15 Februari 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejak masa Perang Dingin, yang berlangsung setelah Perang Dunia II hingga awal 1990-an, sosialisme adalah kata yang dianggap najis dalam politik di Amerika Serikat. Kata ini lebih kerap digunakan untuk menista figur publik, termasuk Presiden Barack Obama dan Paus Fransiskus, ketimbang untuk mengenalkan seperangkat nilai dan program politik nyata. Bernie Sanders, senator yang ingin menjadi calon presiden dari Partai Demokrat, mengubah persepsi publik tentang sosialisme itu.

"Dia memudahkan orang mengidentifikasi diri sebagai seorang sosialis, dan bagi kumpulan orang untuk berorganisasi sebagai kaum sosialis," kata David Dulhade, Deputi Direktur Democratic Socialists of America, seperti dikutip New Republic, Kamis dua pekan lalu.

Dulhade mengungkapkan bagaimana keanggotaan Democratic Socialists of America berlipat dua sejak Sanders mencalonkan diri. Democratic Socialists of America adalah organisasi sosialis terbesar di Amerika yang sudah berupaya mewujudkan kehadiran sosialis demokrat yang terbuka dalam komunitas dan politik Amerika sejak 1982.

Sanders meraup 60 persen suara dalam pemilihan delegasi yang akan mendukung kandidat presiden dari Partai Demokrat di New Hampshire pada Selasa pekan lalu. Sebelumnya, di Iowa, pria 74 tahun ini mampu memaksakan kedudukan seimbang atas pesaingnya, Hillary Clinton. Dalam jajak pendapat nasional, posisinya memang di bawah Clinton. Tapi hasil di kedua negara bagian itu dianggap penting karena lazim dipakai untuk memproyeksikan kemungkinan-kemungkinan selanjutnya pada kontes yang berlangsung hingga pertengahan Juni nanti.

Bagi Sanders, kemenangan itu merupakan pesan bersama dari dia dan pemilihnya bahwa Amerika "milik semua orang, bukan hanya segelintir kaum kaya penyumbang kampanye dan komite aksi politik supernya". Di pesta kemenangannya di sebuah gedung olahraga di Concord, New Hampshire, di antara dentuman musik James Brown dan Talking Heads, dia mengatakan tingginya tingkat partisipasi pemilih pada hari itu merupakan bukti hanya dialah yang bisa membangkitkan Demokrat untuk mengalahkan Partai Republik pada November nanti.

Yang tak dia sebut adalah pandangan politiknya, yang secara terbuka dia akui dan beberapa langkah praktisnya dia jajakan dalam kampanye untuk menggaet dukungan: sosialis demokrat; atau, seperti disebut sejumlah media, sosial demokrat. Berkat inilah sebenarnya sebagian dari kemenangannya bermula.

* * * *

Sosialis demokrat dan sosial demokrat sebenarnya tak persis sama. Yang diyakini Sanders, sebagai sosialis demokrat, seperti dikatakannya dalam wawancara dengan Democracy Now! pada 2006, adalah pemerintah harus memainkan peran penting untuk memastikan, sebagai hak warga negara, semua orang mendapat jaminan kesehatan; semua anak memperoleh perawatan yang berkualitas, bisa masuk kuliah tanpa harus berutang; bahwa itu berarti perusahaan besar dan kepentingan yang didukung uang tak boleh menghancurkan lingkungan; bahwa pemerintah tak boleh didominasi kepentingan para pemilik uang.

"Bagi saya, terus terang, ini berarti demokrasi. Begitulah artinya," katanya.

Namun senator dari Negara Bagian Vermont ini cenderung longgar dalam mendefinisikan diri. Dia memuji "tradisi lama sosial demokrat" di negara-negara Nordik—kawasan di Eropa Utara dan Atlantik Utara—sebagai contoh tentang bagaimana Amerika mestinya berfungsi sebagai negara. Misalnya dia kerap menyebut jaminan kesehatan, perawatan anak cuma-cuma, benefit cuti melahirkan, pendidikan tinggi gratis, rendahnya tingkat ketimpangan pendapatan, kuatnya serikat buruh di Finlandia. Ada kalanya dia juga cukup menyebut dirinya seorang sosialis.

Sejak mulai memastikan maju bersaing untuk menjadi calon presiden, Sanders tidak saja dianggap bukan pilihan terbaik, melainkan juga "orang luar" di lingkungan Demokrat. Pandangan politiknya itulah yang menjadikannya berada di posisi yang berseberangan dengan kaum mapan.

Membandingkannya dengan Jeremy Corbyn, pemimpin Partai Buruh di Inggris, koran The Guardian menyebut Sanders masih kurang radikal. Tapi kenyataan bahwa dia, sebagai politikus berpandangan "kiri", berupaya agar bisa terpilih di negara kapitalis, sesungguhnya bisa dianggap sinting. Sanders mengatakan kaum mapan menilai hal itu tak masuk akal dan tak bisa ditoleransi.

Resep praktis yang dia janjikan meliputi jaminan kesehatan dari negara yang berlaku bagi siapa pun, pemilu yang dibiayai publik, pendidikan tinggi cuma-cuma, kebijakan perdagangan yang lebih proteksionis, dan sistem pajak untuk pemerataan, yang mengumpulkan uang untuk proyek-proyek yang menciptakan lapangan kerja. Dia juga menolak sumbangan kampanye dalam jumlah besar dan mengecam para pemilik uang di Wall Street—langkah yang sebenarnya tak menguntungkan dalam sistem politik yang menuntut kandidat presiden mengumpulkan sekurang-kurangnya US$1 miliar supaya berhasil.

Dia bukan tak mengetahui berbagai rintangan itu. Tapi tampaknya dia paham benar kepada siapa dia bisa menjadikan pandangan politiknya sebagai modal untuk memikat para pemilih: kaum muda, kelompok yang "bersahabat" dengan ideologi kiri, dan pemilih berpendapatan rendah; juga kelompok masyarakat yang digelayuti kekecewaan, merasa tak terwakili, dan memendam amarah.

Dari mereka Sanders memang mendapatkan dukungan. Dalam pemilihan pada rapat akbar atau kaukus di Iowa, segera setelah pemungutan suara berlangsung, jajak pendapat menunjukkan Sanders memperoleh 84 persen suara dari kelompok usia 17-29 tahun. Suara lain (masing-masing 58 persen dan 57 persen) datang dari mereka yang mengidentifikasi diri sebagai "sangat liberal" dan kelompok berpendapatan di bawah US$ 30 ribu per tahun.

Selain itu, di kalangan pemilih yang merasa ketimpangan pendapatan sebagai isu terpenting bagi Amerika, Sanders menggaet 61 persen suara. Dia juga menangguk 59 persen suara kelompok pemilih baru.

Hasil penghitungan suara di New Hampshire memperlihatkan dukungan yang tak jauh berbeda bagi Sanders: 85 persen suara pemilih di bawah 30 tahun, 65 persen suara kelompok sangat liberal, 72 persen suara kelompok independen, 68 persen suara pemilik senjata.

* * * *

Hasil di dua negara bagian itu memang menunjukkan keterampilan Sanders dalam menggabungkan daya tariknya bagi kaum muda dan kemampuannya membangkitkan minat di kalangan yang sudah tak percaya lagi pada praktek politik yang telah bertahun-tahun berjalan. Tapi semua ini sebenarnya masih bertumpu pada basis "tradisional" pribadinya, yakni kaum kulit putih—Vermont adalah negara bagian dengan penduduk mayoritas kulit putih. Padahal Demokrat merupakan partai yang di antara pendukung pentingnya adalah kaum keturunan Latin dan Afrika.

Karena itu, popularitas Sanders selanjutnya akan diuji di dua negara bagian berikutnya, Nevada dan South Carolina. Jika dilihat rekam jejaknya, Clinton bakal lebih diuntungkan; dia lebih dikenal di dua kelompok masyarakat itu.

John Sides, pakar politik dari George Washington University, melihat belum jelas apakah Sanders punya lebih dari sekadar daya tarik di kalangan terbatas. "Pemilu Demokrat penuh dengan kasus seperti ini, ketika seseorang maju di lingkungan yang mapan dari kiri. Bill Bradley melakukannya, lawan Al Gore pada 2000... tapi pada akhirnya jajak pendapat membuktikan hal itu sebagai semacam keadaan kebanyakan gula ketimbang sebuah kampanye yang kuat kandungan nutrisinya," katanya, seperti dikutip The Guardian.

Sanders jelas masih menghadapi jalan yang panjang, juga terjal. Kalaupun pada akhirnya kalah, dia setidaknya sempat menjadikan ideologi kiri sebagai pemenang dalam perpolitikan Amerika.

Purwanto Setiadi (CNBC, The Guardian, New Republic, The New York Times, Time, The Washington Post)


Menuju Nominasi Demokrat

Kandidat Partai Demokrat, Bernie Sanders dan Hillary Clinton, akan bertarung kira-kira lima bulan. Tujuan mereka adalah memperebutkan dukungan mayoritas delegasi di setiap negara bagian agar berhasil menjadi calon presiden. Jumlah delegasi untuk setiap kandidat ditentukan dari perolehan jumlah suara pemilih di tiap negara bagian.

Pemilihan Demokrat
Total Delegasi : 4.764
Jumlah untuk menang: 2.383

85% delegasi negara bagian ditentukan dukungannya untuk kandidat melalui pemungutan suara dari para pemilih terdaftar, 15% selebihnya merupakan delegasi super--yakni para anggota Kongres, gubernur, dan pemimpin partai, yang bisa memilih kandidat yang mana pun.

Dana Kampanye
Komite aksi politik independen bisa mengumpulkan dan membelanjakan dana tanpa batas, termasuk sumbangan rahasia dari individu, perusahaan tak jelas, dan serikat macam-macam untuk memilih atau menggugurkan kandidat.

Hillary Clinton
Total: US$ 163,5 juta
Dikumpulkan sendiri: US$ 115,6 juta
Dikumpulkan komite dan afiliasinya: US$ 47,9 juta

Bernie Sanders
Total: US$ 75 juta
Dikumpulkan sendiri: US$ 75 juta

Hasil pemilihan di Iowa

Hillary Clinton
700 suara (49,9%) >22 delegasi

Bernie Sanders
695 suara (49,6%) >21 delegasi

Hasil pemilihan di New Hampshire

Hillary Clinton
88.827 SUARA (38,4%) >10 DELEGASI

Bernie Sanders
138.716 SUARA (59,97%) >13 DELEGASI Sumber: Graphic News

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus