Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perempuan Mesir menggunakan olahraga Pencak silat dari Indonesia sebagai tameng untuk melindungi diri dari tindak kejahatan. Dengan bantuan lebih dari mahasiswa asal Indonesia yang ada di negara itu, lebih dari 1.200 perempuan dan anak-anak di Mesir berlatih pencak silat di pusat kebudayaan Indonesia di ibu kota Kairo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tentu saja, terkadang ada masalah di jalan. Kalau ada orang mulai berniat jelak pada saya, saya bisa mempertahankan diri. Sekarang saya sudah percaya diri dan tak ada seorang pun bisa mengancam saya karena saya akan menghadapi mereka," kata Rahma Hatem, remaja yang ikut berlatih pencak silat, seperti dikutip dari english.alarabiya.net, Selasa, 21 Mei 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Atlet pencak silat peraih mendali emas di Asian Games 2018, Hanifan Yudani, berfoto bersama masyarakat yang datang ke rekonstruksi Ikada 1945 di lapangan Monas, Jakarta Pusat, Ahad, 16 September 2018. TEMPO/M Julnis Firmansyah.
Menurut Roqaya Samaloosi, pelatih, pencak silat sejak 2003 sudah dikenal di Mesir, tetapi pada 2011 popularitasnya mulai meroket. Perempuan Mesir yang sebagian besar remaja, berkumpul di pusat kebudayaan setiap pekan untuk berlatih pencak silat, meningkatkan kemampuan pertahanan diri sekaligus berolah raga.
Survei yang dilakukan sejumlah ahli di Yayasan Thomson Reuters pada 2017 memperlihatkan Kairo masuk daftar salah satu kota paling berbahaya untuk perempuan. Penilaian ini berdasarkan kurangnya perlindungan bagi perempuan dari kekerasan seksual, praktik budaya dan buruknya akses pada kesehatan serta keuangan.
Pencak silat sudah ada sejak abad ke-enam, yang dipraktikkan di Pulau Sumatera dan Semenanjung Malaya. Namun Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit di Pulau Jawa, juga menggunakan kemampuan bertarung Pencak Silat ini. Sekitar abad ke-7 dan 16 olahraga ini menyebar ke seluruh wilayah Indonesia, Malaysia dan Singapura.
Pencak silat menampilkan aspek disiplin dan pertahanan diri dalam olahraga. Pencak Silat memiliki banyak teknik, namun biasanya para atlit memfokuskan pada teknik tendangan, mengecoh lawan dan pukulan.
Atlit Pencak silat akan mendapat satu poin, jika dia bisa mendaratkan pukulan pada lawan dan dua poin jika bisa menendang lawan. Sedangkan tiga poin jika berhasil mengunci lawan hingga jatuh selama lebih dari dua menit.