Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah peneliti di Israel pada Senin, 9 Januari 2023, menyampaikan hasil studi, bahwa vaksin virus corona dosis ketiga untuk Omicron yang dikembangkan oleh Pfizer Inc dan BioNTech secara tajam bisa mengurangi jumlah pasien lansia Covid-19 yang di rawat inap di beberapa negara. Ini dianggap jadi satu di antara beberapa bukti pertama tentang keefektifan vaksin booster.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Studi ini dilakukan oleh peneliti di penyedia layanan kesehatan Clalit, Universitas Ben-Gurion Negev dan Sapir College. Namun temuan itu belum dievalasi lagi oleh rekan sejawat.
Baca juga: Indonesia Rundingan dengan Negara di Afrika untuk Ekspor Vaksin Covid-19 Buatan Nusantara
Seorang wanita menerima dosis ketiga vaksin Covid-19 di Ramat HaSharon, Israel, 30 Juli 2021. Israel mulai memberikan suntikan ketiga vaksin virus Corona atau dosis penguat (booster) bagi warga berusia 60 tahun ke atas atau lansia. Xinhua/JINI
Riset itu menemukan ada 81 persen pengurangan jumlah pasien rawat inap di kalangan orang usia 65 tahun ke atas yang telah menerima vaksin booster, dibandingkan mereka yang sebelumnya telah menerima setidaknya dua vaksinasi Covid-19 - tetapi bukan suntikan yang diadaptasi dari Covid-19 Omicron.
Penelitian dilakukan dari akhir September hingga pertengahan Desember 2022, dengan mengamati 622.701 orang berusia 65 tahun ke atas yang memenuhi syarat untuk mendapatkan penguat bivalen. Di antara mereka, 85.314 orang atau 14 persen, telah menerimanya.
Rawat inap akibat Covid-19 menurut studi tersebut, terjadi pada 6 penerima bivalen dan 297 peserta yang tidak menerimanya. “Kematian akibat Covid-19 terjadi pada 1 penerima bivalen dan 73 peserta yang bukan penerima.”
Menurut para peneliti, meskipun penurunan angka kematian sebesar 86 persen secara statistik berada di batas karena tingkat kematian yang relatif rendah di negara tersebut, hal itu tetap signifikan.
"Peserta yang menerima vaksin bivalen memiliki tingkat rawat inap dan kematian akibat Covid-19 yang lebih rendah daripada non-penerima hingga 70 hari setelah vaksinasi."
Sementara vaksin bivalen menargetkan strain asli dan subvarian Omicron BA.4/BA.5-nya, para ilmuwan telah mengamati dengan cermat subvarian Omicron lainnya, XBB.1.5, yang telah menyebar dengan cepat di Amerika Serikat.
REUTERS
Baca juga: Indonesia Rundingan dengan Negara di Afrika untuk Ekspor Vaksin Covid-19 Buatan Nusantara
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.