Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Penjara untuk Sang Mentor

Intelektual karismatik Sudan, Hassan Turadi, dijebloskan ke penjara. Ia melakukan perjanjian dengan separatis komunis.

8 April 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


Pengadilan menanti Hassan Turabi, 69 tahun, pekan ini. Lantai dingin Penjara Khartoum, Sudan, yang penuh tikus berseliweran, menyekap doktor hukum lulusan Universitas Sorbonne itu sejak akhir Februari lalu. Dan kita pun melihat tak ada kawan dan lawan yang abadi dalam politik. Turabi adalah tokoh yang menyokong Hassan al-Bashir, Presiden Sudan, dalam melakukan kudeta militer menggulingkan rezim Jenderal Jafar Nimeiri pada 1989. Dia kemudian menjadi mentor spiritual dan politiknya melaksanakan revolusi penyelamatan nasional. Pekan ini dia akan menghadapi ancaman hukuman mati.

Turabi, ulama karismatik itu, diciduk tanpa perlawanan setelah salat asar. Setelah itu, beberapa anggota senior Partai Mutamar Watany Sudany Al-Islamy, partai Turabi, juga ikut ditangkap. Menyusul perombakan kabinet besar-besaran, menteri-menteri kunci yang dekat dengan Turabi dienyahkan. Sudan dalam keadaan siaga satu. Kekisruhan politik ini ekor dari ditandatanganinya memorandum perdamaian di Genewa antara Hassan Turabi dan kelompok separatis komunis Sudan, yang selama ini diburu oleh pemerintah.

Sudan, negara terbesar di Afrika dengan masyarakat multietnis dan religius itu, telah terjerembap ke dalam perang saudara semenjak tahun 1950-an, zaman penjajahan Inggris. Wilayah selatan Sudan mayoritas masyarakatnya adalah pemeluk agama Kristen dan agama-agama tradisi Afrika, sementara warga bagian utara Sudan adalah pemeluk Islam. Akibat represi habis-habisan utara, Sudan selatan bergolak. Pada 1972, atas kesepakatan Addis Ababa, Sudan selatan diberi otonomi regional. Tapi, pada 1983, di bawah rezim militer Jafar Nimeiri, dekrit presiden pun diluncurkan, yang menetapkan hukum Islam sebagai hukum negara.

Penduduk bagian selatan tak menerima keputusan itu. Maka, lahirlah Harakah Sya'biya li Tahrir Sudaniya (Gerakan Rakyat Pembebasan Sudan), sebuah kelompok separatis beraliran kiri pimpinan Kolonel John Garank de Mabior, seorang doktor ekonomi pertanian lulusan Universitas Iowa, Amerika Serikat, yang melakukan perlawanan gerilya. Hasilnya, sampai saat ini perang tersebut memakan korban sekitar dua juta orang serta menyebabkan kelaparan dan penyakit berkepanjangan.

Turabi adalah pemikir yang sejak semula berpendapat bahwa Islam adalah agama demokratis yang memberikan ruang bagi pemeluk agama lain. Ia berusaha menemukan titik temu antara Islam dan komunitas nonmuslim di Sudan selatan.

Pada Januari 1987, ia memproklamasikan Piagam Sudan (Sudan Charter), yang isinya memaklumatkan bahwa syariat Islam hanya diterapkan di Sudan utara, yang warganya adalah mayoritas Islam. Piagam Sudan tak diterapkan di Sudan selatan, yang agama mayoritasnya Kristen, meski Turabi tetap menolak apabila Sudan selatan menjadi negara sendiri.

Meski dengan kompromi semacam ini, Harakah Sya'biya li Tahrir Sudaniya tetap menginginkan kemerdekaan. Sesungguhnya, keinginan ini masuk akal karena Sudan selatan kaya akan minyak. Sekitar US$ 500 juta setiap tahunnya, Sudan utara menuai uang hasil minyak, yang banyak digunakan untuk anggaran militer. Perusahaan minyak swasta Eropa dan Asia bergantian mendapatkan konsesi, antara lain Talisman Energy Canada, Petronas Malaysia, China National Petroleum, dan Lundin Oil Swedia.

Dengan persenjataan militer hasil minyak itu, pemerintah Sudan berusaha menumpas kelor para separatis. Toh mereka tetap kesulitan karena anak buah John Garank selau bersembunyi di perbatasan Etiopia dan masuk hutan-hutan lebat Uganda. Dalam kondisi seperti itu tiba-tiba saja di Genewa terjadi memorandum damai antara Hassan Turabi dan John Garank. Meski tak didefinisikan secara jelas, salah satu klausulnya berbunyi bahwa bagian selatan Sudan sah menentukan nasibnya sendiri. Langkah Turabi ini mengejutkan. Sebab, seperti dikatakan oleh Al Tijani al Tayyib, anggota senior Partai Komunis Sudan, sebagaimana dikutip Al Ahrammajalah berbahasa Inggris Mesir, sejak terjun ke dunia politik pada 1965, Turabi dikenal sebagai figur yang paling antikomunis.

Mengapa Turabi bersedia bekerja sama dengan kaum kiri? Penyebabnya, sejak Desember 1999 telah terjadi pertentangan terbuka antara ulama ini dan Hasan Bashir. Awalnya, sebagai ketua parlemen, Turabi mendukung undang-undang yang membatasi kekuasaan presiden. Akibatnya, Bashir membubarkan parlemen dan memaklumatkan kondisi darurat perang. Turabi membalas dengan memboikot pemilu Sudan.

Kini Bashir yang menang mutlak dalam pemilu menuduh sang mentor menggalang kekuatan militer untuk melakukan kudeta. Mesir agaknya mendukung keputusan Bashir. Di mata dunia Barat dan negara Timur Tengah, Turabi identik dengan teror. Presiden Hosni Mubarak, yang pernah mendapat percobaan pembunuhan pada 28 Juni 1995 di Addis Ababa, Etiopia, pernah mengatakan, "Anak-anak muda dibawa ke Sudan untuk belajar pertanian, tapi Turabi melatih mereka menjadi teroris." Turabi adalah seorang ikhwan (Ikhwanul Muslimin). Jika dia naik, wajar jika Mesir khawatir," kata Dr. Muhammad Abduk Qasim, politikus dan pemikir Sudan yang tinggal di Mesir, kepada koresponden TEMPO.

Kepada surat kabar Al-Watan, istri Turabi Wisal al-Mahdi mengatakan, suaminya dijebloskan ke sel yang buruk dan penuh tikus yang berseliweran. Pekan ini, istri Turabi berniat bertemu dengan Gerhart Baum, utusan hak asasi PBB di Sudan, untuk melaporkan nasib suaminya. Bukan hanya perihal sel penuh tikus itu, tetapi juga nasib ancaman hukuman yang akan menghabisi nyawa sang mentor spiritual itu.

Seno Joko Suyono (Jakarta) dan Zuhaid El Qudsy (Mesir)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus