Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Perang melawan teler

Untuk menegakkan disiplin kerja dan efisiensi, presiden mikhail gorbachev mengumumkan perangnya melawan alkohol yang diduga sebagai penyebab utama kejahatan dan kebobrokan masyarakat lainnya. (ln)

25 Mei 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA bulan setelah memegang tampuk l kekuasaan di Kremlin, Mikhail Gorbachev mencanangkan perangnya yang pertama - melawan alkohol. Diumumkan pekan lalu, peraturan pemerintah ini disambut dengan sedikit seloroh oleh para penduduk Moskow. "Sekarang, antre roti akan berganti dengan antre wodka," ujar seorang pria sembari memeluk sebotol minuman. Inilah langkah kongkret pertama Gorbachev dalam menegakkan disiplin kerja dan eflsiensi. Dan patut diingat, rakyat Soviet merupakan satu d antara konsumen minuman keras terkuat di dunia. Mereka menenggak 8,5 liter alkohol murni per kapita per tahun. Akibat sampingnya lumayan parah. Menurut sebuah statistik, alkohol di Soviet merupakan penyebab tunggal utama kematian prematur, kehancuran perkawinan, dan 80% bertanggung jawab atas kejahatan dengan kekerasan. Beberapa ilmuwan Soviet percaya, alkohol jualah yang menyebabkan rentang usia rata-rata pria Soviet menurun dari 67 menjadi 62 tahun dalam dua dekade terakhir ini. Yang lebih parah, hobi tidak senonoh itu juga merasuki tubuh Tentara Merah. Maka tidak heran, beberapa hari setelah pengumuman pemerintah itu, kampanye antiminuman keras dikibarkan di kalangan angkatan darat dan angkatan laut Soviet. Sebuah jurnal angkatan bersenjata Soviet memuat tulisan Kolonel A. Fyodorov, yang mencaci "disiplin buruk dan kegemaran pada alkohol". Konon, hobi "teler" sudah sampai ke kalangan prajurit yang menjaga picu rudal nuklir antarbenua. Di antara 500 ribu serdadu Soviet yang bertugas di negeri-negeri Pakta Warsawa kegemaran akan minuman keras konon lebih gawat. Belum terhitung yang bertugas di Afghanistan, yang sebagian berusaha menghibur diri dengan mengisap ganja. Sebetulnya, sejak bulan lalu Politbiro Partai Komunis Uni Soviet (PKUS) sudah bersidang membahas soal alkohol. Dalam peraturan baru ini, denda berat akan dijatuhkan kepada siapa saja yang meminum minuman keras di tempat umum. Sopir yang mabuk akan didenda sekitar US$ 112, padahal gaji rata-rata per bulan di negeri itu hanya US$ 224. Selain itu, alkohol hanya boleh dijual kepada pria di atas 21 tahun (sebelumnya: 18). Produksi wodka, anggur, dan minuman keras sejenis akan dikurangi mulai tahun depan. Minuman keras hanya dijual setelah pukul 14.00. Hukuman berat mengancam pembuat minuman keras gelap. Dan orang dewasa yang merayu anak di bawah umur untuk mencicipi alkohol diancam hukuman kerja paksa. Untuk penduduk Soviet, "Larangan yang menyangkut wodka bagaikan menyentuh sebagian dari kepribadian," tulis pembantu TEMPO di Moskow, Robin Siren. Kekariban mereka dengan minuman keras tersirat dalam istilah vodka itu sendiri, yang makna harfiahnya tiada lain daripada "air kecil". Maka, tidak heran, bila kalangan peminum sudah memasang kuda-kuda menanggapi peraturan ini. "Kami pasti akan menemukan jalan," ujar seorang di antara mereka kepada Reuter. Apalagi, sejak revolusi sosialis 1917, sudah berkali-kali Kremlin membuat peraturan yang serupa - dan tetap kecolongan. Ada perkiraan, larangan terhadap wodka akan meningkatkan produksi samogonka, arak gelap bikinan rumah. Di kalangan media massa, peraturan baru ini tidak terlalu dielu-elukan. Majalah Sovietskaya Kultura (Kebudayaan Soviet), misalnya, pekan lalu bahkanmemuat kepala berita yang bernada menyindir, "Pesta Kawin yang Tawar, Mungkinkah?". Isinya menceritakan sebuah pesta pernikahan yang hanya menyajikan air mineral. Namun, tampaknya, usaha memerangi alkohol ini bukan tidak ada hubungannya dengan keadaan ekonomi Soviet yang kurang menggembirakan. Gejala kenaikan harga kebutuhan pokok makin terasa. Dan Gorbachev terus-menerus berbicara tentang usaha "memerangi salah urus, kerja lamban, dan perasaan kurang bertanggung jawab".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus