Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kalau Cina Kalah Main Bola

Penonton Cina turun ke jalan mengamuk bagaikan pengawal merah, menghantam orang asing, setelah kesebelasan pujaan mereka kalah 2-1 oleh Hong Kong. Di sesalkan oleh berbagai media pers. (ln)

25 Mei 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MEREKA cuma pecandu bola, bukan V Pengawal Merah. Tapi tatkala kesebelasan RRC dikalahkan kesebelasan Hong Kong 2--1, mereka naik pitam. Begitu pertandingan usai di Stadion Pekerja, Ahad malam lalu, massa yang kecewa itu mengamuk bagaikan Pengawal Merah. Tanpa bisa ditahan, mereka menyerbu ke jalan-jalan. Bis, taksi, dan orang asing - khususnya yang tampak seperti warga Hong Kong - kontan dilempari pecahan botol atau kepingan bata. Tidak ada korban jatuh, tapi ratusan orang asing sempat terguncang jiwanya. Melampiaskan amarah sambil merusakkan di sana-sini ternyata dianggap "memalukan" oleh pers resmi di Beijing. Mereka menuntut supaya kaum perusuh ditindak tegas. Pada malam itu juga polisi telah menahan ratusan pecandu bola yang sekonyong-konyong bertingkah bagaikan makhluk kesurupan. Tampaknya mereka ini tidak peduli apakah perbuatan itu memalukan atau tidak. Yang jelas, kekalahan RRC di mata mereka sungguh memalukan sekali. Tidak heran, dari 80.000 warga Beijing yang menonton pertandingan sepak bola malam itu, sekitar 4.000 orang terjun menggebugebu unjuk perasaan. Mary Lee, koresponden London Times, terpaksa merelakan mobilnya hancur. Wen Wei Po, wartawan Hong Kong Daily, sempat terjebak di tengah massa, tapi akhirnya dapat diselamatkan oleh polisi. Petugas keamanan kabarnya tidak siap menangani amukan itu--maklum, mendadak - hingga mereka tidak segera bisa mengatasi keadaan.Seorang perusuh bertanya mengancam, "Mana lebih baik Cina atau Hong Kong? Awas kalau jawabnya salah, saya bunuh kamu!" Mendengar ini wartawan Reuter, Anthony Barker, berkelit mengamankan diri. Kebetulan sekali dia bisa menumpang mobil wartawan Tass, Gazizulla Arslanov. Tapi tak urung sebuah batu memecahkan kaca mobil. Mobil diplomat Yugoslavia dan Kanada juga mengalami nasib sama. "Kami heran melihat mereka. Kalah saja kok marah-marah," kata ketua Asosiasi Sepak Bola Hong Kong, Ho Sai-Chu. Salah satu pemain, Cheung Ka Ping, luka tergores wajahnya karena pecahan botol nyasar. Gawatnya situasi waktu itu jangan ditanya lagi. Bisa dibuktikan dari suasana sekitar stadion. Jalan-jalan di situ tampak berkilauan karena tertimbun pecahan botol. Sikap antiasing yang dipertunjukkan orang-orang Beijing ternyata sangat disesalkan oleh pihak media massa. Mereka minta agar semua departemen yang bersangkutan meneliti sebab dan akibat kerusuhan sampai tuntas. "Ini tidak saja menimbulkan kekacauan di stadion tapi mencoreng arang di muka kita," tulis sebuah media olah raga. Tak lupa media massa menyesalkan kesebelasan Cina yang bermain buruk hingga peluang ke kejuaraan Piala Dunia di Meksiko tertutup sama sekali. "Persiapan Hong Kong lebih baik," tulis koran Partai Komunis Cina. Sikap antiasing ternyata bukan baru sekali ini terjadi di Beijing. Ketika regu bola voli putri RRC mengalahkan regu AS dan merebut medali emas Olimpiade 1984, orangorang Cina di Beijing spontan menghambur ke luar rumah. Mereka merayakan kemenangan besar itu di jalan-jalan lalu entah bagaimana kemudian membanjir ke kedutaan AS. Ini juga semacam unjuk perasaan, tapi kebetulan tidak membahayakan. Kemudian, ada pertandingan bola yang berakhir dengan adu kungfu. Terjadi di Hong Kong belum lama ini, ketika sebuah klub bola Hong Kong bertanding lawan kesebelasan Liaoning dari RRC. Bagaimana asal muasalnya tidak jelas. Yang pasti, pertandingan terbelokkan ke arah lain. Dan berakhir secara tidak wajar. Gejala apa ini? Para pejabat Cina mungkin belum menemukan jawabannya. Tapi seorang pelatih Cina angkat bicara. "Sekarang bukan masanya lagi orang Cina digertak-gertak orang asing," katanya menyindir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus