SETELAH 15 Januari 1991, bila Saddam Hussein tak juga menarik pasukannya dari Kuwait, akankah perang segera pecah? Resolusi Dewan Keamanan PBB Kamis pekan lalu, yang memberi batas waktu pada Irak, tak secara khusus menyebut-nyebut penggunaan kekuatan militer. Yang dinyatakan adalah bila Irak tak juga menarik diri dari Kuwait sampai 15 Januari 1991, sah " untuk menggunakan cara apa pun yang diperlukan," untuk mengusir pasukan Irak dari Kuwait. Itu berarti, cara damai masih juga terbuka. Jadi, bilakah perang pecah? Berikut kemungkinan perang atau damai itu. * Presiden Bush, setelah resolusi terakhir DK PBB tercapai, sesumbar, bila ada warga Amerika yang kini disandera, ia tak "akan tinggal diam". Menurut New York Times, kini masih sekitar 600 warga Barat, termasuk Amerika, dijadikan perisai hidup di lokasi strategis di Irak dan Kuwait. Sementara itu, 2.000 yang lain, termasuk 600 orang Amerika, tersebar di persembunyian, di Kuwait. Sehari sesudah pernyataan Bush tersebut, tentara Irak mengirimkan buah-buahan, sayuran, dan rokok ke Kedubes AS di Kuwait. Mereka pun berpesan, kiriman makanan dan obat-obatan akan segera menyusul. Di Kedubes itu kini masih tinggal delapan diplomat dan 19 warga AS. Terkesan Irak seperti mencoba berbaik-baik. Awal pekan ini pun ada pernyataan bahwa dalam bulan-bulan terakhir (tak disebutkan persisnya), lebih dari 1.400 anak-anak Irak meninggal karena kurang makan. Suatu ancang-ancang untuk damai? * Dikabarkan bahwa tentara AS yang pertengahan pekan ini jumlahnya hampir 400.000 orang, dalam kondisi turun moril. Menurut tafsiran para pengamat Amerika, itu akan menyebabkan Bush tak bisa lebih lama mempertahankan keadaan macet antara perang dan damai. Menggantikan mereka dengan pasukan baru selain makan waktu juga makan biaya besar. Tampaknya, pilihan Bush jelas sudah: perang. * Pihak Irak sudah menyetujui tawaran Bush, untuk membuka perundingan. Menteri Luar Negeri Tareq Aziz akan segera ke Gedung Putih. Namun, Irak pun sudah mengirim ultimatum: perundingan bisa berjalan bila masalah pendudukan Israel atas jalur Gaza dan Tepi Barat masuk agenda utama. Kemungkinan besar soal itu akan ditolak pihak AS. Seandainya pun Bush menerima tuntutan Irak, misalnya karena desakan negara-negara Arab, reaksi akan datang dari Israel. Perang mungkin justru akan lebih cepat muncul karena ulah Israel. * Umpama perundingan lancar berjalan, maukah Irak begitu saja menarik diri dari Kuwait? Awal pekan ini Menteri Perdagangan Kuwait di pengasingan (di Riyadh), dalam wawancaranya dengan Televisi CNN, menyatakan bahwa pihaknya tak akan bersedia berkompromi dengan Irak sedikit pun. Ia menduga, seandainya Irak mundur dari Kuwait, akan tetap menduduki ladang minyak Rumeilah. Selain itu, menurut pemantauan pihak AS, Ahad kemarin Irak mulai mencoba Scud, peluru kendali buatan Soviet yang bisa dimuati senjata kimia. Konon, Scud cukup diandalkan keakuratannya, bisa mencapai jarak sampai 640 km. * Menurut bekas Menlu AS Henry Kissinger, perundingan Irak-AS tak menguntungkan. Ini, katanya, bisa melemahkan persatuan pasukan multinasional. Sebab, negara-negara Barat lain terutama akan berpikir bahwa perundingan langsung dibenarkan, dan mereka tentu akan juga segera memulainya. Bila tanda-tanda melemahnya persatuan sudah tampak, bukannya tak mungkin Bush segera memberi komando serbu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini