Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perang Sudan masih terus berlangsung. Perang ini adalah bentrok antara militer Sudan pimpinan Panglima Abdel Fattah al-Burhan melawan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) pimpinan Mohamed Hamdan Dagl. Perang antara tentara dan RSF meletus di tengah perselisihan mengenai rencana untuk transisi menuju pemilu di bawah pemerintahan sipil – inisiatif yang didukung secara internasional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertempuran antara tentara Sudan dan paramiliter RSF telah menghancurkan ibu kota Khartoum dan memicu serangan yang didorong oleh etnis di Darfur. Ketegangan mengancam Sudan terjerumus ke dalam perang saudara yang berkepanjangan dan membuat wilayah tersebut tidak stabil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perang telah menyebabkan 1.017.449 orang menyeberang dari Sudan ke negara-negara tetangga, banyak yang sudah berjuang dengan dampak konflik atau krisis ekonomi. Sementara mereka yang mengungsi di Sudan diperkirakan berjumlah 3.433.025, menurut angka mingguan terbaru yang diterbitkan oleh IOM.
Perang meletus sejak 15 April karena ketegangan terkait dengan transisi yang direncanakan ke pemerintahan sipil. Ini mengakibatkan warga sipil di ibu kota dan sekitarnya terlibat dalam pertempuran dan serangan setiap hari.
PBB: lebih dari satu juta orang mengungsi
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat lebih dari 1 juta orang telah melarikan diri dari Sudan ke negara-negara tetangga. PBB memperingatkan, orang-orang di dalam negeri itu kehabisan makanan dan sekarat karena kurangnya perawatan kesehatan setelah empat bulan perang.
"Waktu hampir habis bagi petani untuk menanam tanaman yang akan memberi makan mereka dan tetangga mereka. Pasokan medis langka. Situasinya di luar kendali," kata badan-badan PBB dalam pernyataan bersama pada Selasa, 16 Agustus 2023.
"Pada akhirnya, perang ini akan berakhir di meja perundingan," kata wakil ketua Dewan Kedaulatan Malik Agar, yang berpotensi melunakkan sikap tentara, mengutip kesulitan yang dialami warga.
Jutaan orang yang tetap tinggal di Khartoum dan kota-kota di wilayah Darfur dan Kordofan. Mereka menghadapi penjarahan yang merajalela dan pemadaman listrik, komunikasi, dan air yang berkepanjangan. "Jenazah banyak dari mereka yang terbunuh belum dikumpulkan, diidentifikasi atau dikubur," tetapi PBB memperkirakan bahwa lebih dari 4.000 telah terbunuh, Elizabeth Throssell, juru bicara Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia, mengatakan dalam sebuah pengarahan di Jenewa.
Laporan serangan seksual telah meningkat sebesar 50 persen, kata pejabat dana populasi PBB Laila Baker.
WHO: 40 persen penduduk Sudan kelaparan
Sebelumnya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu, 9 Agustus 2023 menyatakan bahwa lebih dari 40 persen penduduk Sudan atau sekitar 2,5 juta orang mengalami kelaparan
"WHO sangat khawatir atas keadaan kemanusiaan yang memburuk di Sudan, yang saat ini memasuki bulan keempat konflik," kata kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, kepada pers di Jenewa.
Jumlah orang yang menghadapi kelaparan sudah naik dua kali lipat dibandingkan pada Mei tahun lalu, ujarnya.
Ia menekankan bahwa keterbatasan akses pada obat-obatan, pasokan medis, listrik, dan air masih menjadi tantangan di wilayah-wilayah yang terdampak konflik.
Sudan sejak April didera pertikaian antara militer dan Pasukan Dukungan Cepat.
Konflik tersebut telah menewaskan lebih dari 3.000 warga sipil dan melukai ribuan lainnya, menurut badan layanan medis setempat.
Menurut data badan Perserikatan Bangsa-Bangsa urusan pengungsi (UNHCR), sudah lebih dari empat juta orang yang terpaksa mengungsi akibat krisis itu.
Arab Saudi kirim bantuan makan
Sementara itu, King Salman Humanitarian Aid and Relief Center (KSrelief) di Arab Saudi mendistribusikan 49 ton dan 840 kilogram makanan ke Sudan yang sekarang sedang dikoyak perang. Pertempuran di Sudan berjalan selama empat bulan.
Kantor berita SPA pada Kamis, 10 Agustus 2023, mewartakan bantuan dari Arab Saudi tersebut didistribusikan ke distrik Atbara negara bagian Sungai Nil di Sudan. Pendistribusian itu bagian dari bantuan kemanusiaan yang sedang berlangsung dan disediakan oleh Arab Saudi melalui KSrelief di Sudan untuk meringankan penderitaan orang-orang di sana.
DANIEL A. FAJRI | SITA PLANASARI | SUCI SEKARWATI