FLORO Falcon, seorang pastor Katolik - pejuang separatis Filipina Selatan, mencanangkan "Perang Total" yang akan dilancarkan "Pejuang Selatan" setelah Ramadan berakhir minggu depan. Pasukan gabungan Islam-Kristen dan Komunis berkekuatan 69.000 orang sudah disiapkan. Setelah perundingan otonomi 23 provinsi Mindanao Selatan gagal mencapai kesepakatan 9 Mei lalu, "Kami tak punya pilihan lain kecuali angkat senjata," ujar Falcom. Bekas penengah perundingan Moro dan pemerintah Filipina itu berkata, kaum Muslim di Selatan telah dikhianati Marcos, dan kini mereha tak akan "membeli" tipuan sejenis yang dijual pemerintahan Ny. Cory Aquino. "Sudah waktunya dunia mengetahui bahwa MNLF (Moro National Liberation Front) di Selatan mendapat dukungan masyarakat, termasuk kaum Kristen," ujar Falcon. Ia mengecam perkiraan pcmerintah bahwa dominasi Muslim di Selatan cuma meliputi 5 provinsi, dan bila plebisit dilaksanakan, maksimal hanya 13 provinsi yang akan menyetujui otonomi. Masalahnya, menurut Falcon, bukan perbedaan agama tapi nasib buruk kaum Selatan yang tidak diperhatikan. Toh perundingan di atas kertas masih berlangsung, entah atas dasar kesepakatan yang mana - kemungkinan persetujuan pra-9 Mei. Baik pemerintah Filipina maupun Kelompok Moro secara terpisah masih berusaha menghubungi OKI (Organisasi Konperensi Islam) yang bertindak sebagai penengah. Termasuk negara-negara tetangga yang cukup aktif di organisasi Islam internasional itu, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Pekan lalu, utusan Presiden Aquino, Emmanuel Pelaez, tiba di Jakarta bersama sebuah delegasi beranggota tujuh orang. Setelah berkonsultasi dengan Sekjen Deplu, Soedarmono, Pelaez bertemu dengan Menteri Agama Munawil Sjadzali. Pelaez juga mengunjungi Malaysia dan Brunei Darussalam. Baik pihak Filipina maupun Indonesia tidak mengumumkan hasil pembicaraan, kecuali Indonesia akan membantu mencari jalan keluar secara damai. "Tidak akan ada kekerasan," kata Pelaez menjawab pertanyaan wartawan. Dikatakannya, Presiden Aquino sudah memperingatkan pihak militer agar tidak menempuh jalan keras. Namun, hampir bersamaan dengan pernyataan Pelaez, Brigadir Jenderal Cesar Tapa, Komandan Wilayah Militer Mindanao Selatan dan Barat, mengumumkan bahwa keadaan di wilayahnya sudah mencapai titik kritis secara militer. Tapa mengutarakan 40% dari satuan militer Filipina berkekuatan 100.000 prajurit sudah disiagakan, siap menghantam semua pangkal kerusuhan. Cory belum bersuara. Kendati menang telak dalam pemilu yang hasilnya kini masih dalam penghitungan, tampaknya ia akan tetap dirongrong kesuhtan - yang datang bertubi-tubi tanpa henti. Berbeda dengan kemenangannya yang gemilang pada plebisit Februari lalu, pemilu kali ini dikecam sejalan dengan semakin kuatnya kelompok oposisi. Bekas Menteri Pertahanan Juan Ponce Enrile, bersama loyalis Marcos dan calon senator yang kalah, mengajukan protes dan menuduh panitia pemilu (Comelec) menyelewengkan suara. Protes itu didukung massa. Comelec ternyata tanggap. Di luar dugaan, badan penyelenggara pemilu itu menyarankan pada Ny. Presiden agar pemilihan gubernur dan wali kota - pemilu di tingkat kedua - yang rencananya akan dilaksanakan Agustus depan, ditunda sampai Februari mendatang. Seorang juru bicara badan itu memberi alasan, "Semua rasa penasaran sebaiknya surut dahulu." Adakah ini pengakuan tersamar bahwa kecurangan memang terjadi, seperti dituduhkan oposisi? Tentang ini pun, Cory berdiam diri. JIS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini