Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Perisai dewa zeus

Aegis: gabungan radar, komputer & berbagai persenjataan, mampu mendeteksi & menghancurkan ratusan pesawat terbang & rudal musuh. sistem aegis inilah yang melengkapi kapal as waktu penembakan iran air.

16 Juli 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TRAGEDI atas Teluk antara lain karena kegagalan sistem persenjataan AS. Dan ini bukanlah kegagalan yang pertama kalinya. Kegagalan sistem radar kapal USS Vincennes untuk mengenali pesawat Airbus Iran sebagai pesawat sipil menjadi faktor penentu. Sebab, radar itu, konon, melaporkan pesawat itu sebagai pesawat tempur F-14 yang sedang melakukan manuver untuk menyerang. Kegagalan ini terasa aneh, mengingat USS Vincennes dilengkapi dengan sistem yang menurut angkatan laut AS, "Sistem tercanggih AS saat ini." Bayangkan, kapal penjelajah modern yang diluncurkan pada 1985 ini diperkirakan harganya 1,2 miIyar dolar AS, alias sekitar tiga trilyun rupiah. Hampir separuh dari biaya itu adalah untuk pengadaan sistem elektroniknya yang bernama "Aegis" -- dalam mitologi Yunani ini nama perisai milik dewa agung Zeus. Nama Aegis dipilih karena sistem memang dirancang agar berfungsi sebagai perisai bagi armada angkatan laut AS. Gabungan sistem radar, komputer, dan berbagai persenjataan ini, menurut pihak angkatan laut AS, "mampu mendeteksi dan menghancurkan ratusan pesawat terbang serta rudal musuh yang terbang meniti buih maupun sangat tinggi di stratosfer, secara serentak." Kemampuan seperti ini memang sangat diperlukan armada laut modern. Pasalnya, ancaman dari rudal peniti buih macam Exocet sudah terbukti kedahsyatannya. Tak heran jika angkatan laut AS merencanakan kehadiran sedikitnya sebuah kapal bersistem Aegis pada setiap armadanya Apalagi Aegis tak hanya mampu menjadi perisai terhadap ancaman dari udara, melainkan juga dari bawah laut dan permukaan. Pengoperasian semua persenjataan ini dikoordinasikan dari ruang Pusat Informasi Tempur alias CIC (Combat Information Center). Di USS Vincennes ruang ini berisi 35 awak yang duduk di depan layar komputer masing-masing. Yang terpampang di layar komputer merupakan hasil interpretasi sinyal radar, diproyeksikan ke dinding di ruang temaram ini. Alhasil, pengunjung CIC, misalnya kapten kapal, dapat memantau semua sistem dengan selintas pandang. Kemampuan menyerap informasi yang beragam dalam waktu cepat memang diperlukan dalam perang modern. Karena keputusan harus cepat diambil. Terlambat beberapa detik berarti maut. Sebuah Exocet -- termasuk lambat dalam kelas rudal antikapal -- mampu melaju 1 km dalam 4 detik. Dalam ketergesaan seperti inilah Will C. Rodgers III, kapten kapal USS Vincennes, mengambil keputusan untuk melepaskan sepasang rudal Standard ke arah Airbus Iran yang nahas. Pasalnya, komputer ternyata menginterpretasikan sinyal radar pantulan Airbus itu sebagai pesawat tempur canggih F-14 milik lawan. Ini bukan kesalahan Aegis pertama kali. Pada pertempuran di Teluk Sidra, 1986 sistem ini juga membuat kesalahan. Ketika itu sistem Aegis di penjelajah USS Yorktown, sejenis dengan USS Vincennes, mendeteksi kehadiran kapal rudal Libya yang melaju ke arahnya. Maka, dua buah rudal canggih jenis Harpoon segera diluncurkan untuk menghancurkannya. Ternyata, kedua rudal ini menghancurkan pepesan kosong, karena yang dideteksi adalah sinyal palsu. Yang lebih fatal terjadi pada 1983 di lepas pantai Libanon. Paling tidak itulah yang dilaporkan Kapten P.T. Deutermann kepada angkatan laut AS. Komandan skuadron perusak ke-25 ini menceritakan bahwa USS Ticonderoga, yang dilengkapi sistem Aegis, ternyata tak mampu memdeteki kehadiran sebuah pesawat capung yang mirip jenis Cessna, yang menghampirinya. Maka, terpaksa moncong meriam diarahkan ke pesawat ini secara manual. Untung pesawat itu, yang belakangan diketahui adalah pesawat latih dari Libanon, berbelok dan terbang menjauh. Keraguan atas keampuhan Aegis memang sudah beberapa kali muncul. Bahkan Kantor Akuntan Umum yang merupakan badan pengawas milik Kongres AS telah melaporkan keraguan mereka atas sistem pengujian yang dilakukan terhadap Aegis. Pada pengujian pada 1984 terbukti Aegis hanya mampu merontokkan 7 dari 22 target yang diluncurkan. Memang, penyempurnaan segera dilakukan, dan angkatan laut AS kemudian melaporkan sistem ini berhasil merontokkan 10 dari 11 target yang diberikan. Sementara itu, pihak Kongres tetap skeptis, dengan alasan, operator Aegis sudah tahu kapan dan dari mana target itu akan muncul. Juga majalah ilmiah populer terkemuka Discover pun sudah meragukan keampuhan sistem ini dalam edisi November 1986. Keraguan ini didasarkan atas fakta bahwa uji-coba sistem Aegis ternyata dilakukan di darat yakni di sebuah daerah per tanian di Negara Bagian New Jersey, AS, bukannya di laut. Padahal, pengaruh lingkungan terhadap sinyal elektronik memang besar. Ingat helikopter RH-53 Sea Stallion yang selama 14 tahun beroperasi mempunyai reputasi baik tiba-tiba macet di gurun Iran dalam operasi penyelamatan sandera yang gagal pada 1980? Masih banyak daftar bukti tak berfungsinya perangkat perang AS sesuai dengan rancangannya. Mikrocip di bawah standar sempat membuat rudal antitank TOW buatan Hughes terpaksa ditarik dari peredaran karena membuat rudal itu terbang mubeng. Tentu saja penyakit teknologi canggih ini tak cuma menimpa AS. Orang masih ingat bagaimana seorang remaja Jerman Barat dapat menembus sistem pertahanan udara Uni Soviet dengan pesawat Cessna-nya, dan mendarat di Lapangan Merah. Kecelakaan pesawat Airbus paling mutakhir di Prancis, dua pekan lalu, adalah bukti paling baru bahwa Eropa juga tak imun dari penyakit ini. Menurut majalah Discover, kebanyakan penyakit mesin perang teknologi tinggi muncul karcna uji-coba sulit dilakukan. Maklum, perangkat ini umumnya berharga sangat mahal hingga uji coba biasanya dilakukan dengan simulasi saja. Bagaimana mungkin, misalnya, rudal nuklir antarbenua diuji-coba secara realistis? Kiamatlah dunia. Bambang Harymurti (Jakarta) & P. Nasution (Washington)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus