DI bawah tanah ada apa? orang Singapura kini menjawab, ada kereta api. Benar, dan 12 Maret lalu PM Lee Kuan Yew meresmikan proyek yang di kawasan Asia Tenggara baru satu-satunya: Sistem Pengangkutan Masal Cepat alias Mass Rapid Transit System (MRT), atau ya itu tadi, kereta api bawah tanah. Bila kini Singapura bangga dengan MRT-nya - sebelum diresmikan sudah beroperasi sejak 4 bulan lalu - bisa dimaklumi. Proyek yang di mulai pada Oktober 1983 itu sama sekali ditangani oleh perusahaan-perusahaan konstruksi lokal dan harus menggunakan teknologi yang benar-benar baru untuk mereka. Toh proyek seharga S$ 5 milyar (sekitar Rp 4 trilyun) itu selesai lebih cepat dari yang direncanakan. Tapi apa, sih, perlunya negeri pulau ini punya MRT? Bukankah penduduknya hanya sekitar 2,6 juta, dengan luas wilayah 573,5 km2 (lebih sempit dari DKI Jakarta)? Jangan keras-keras, pertanyaan itu bisa membuat orang Singapura marah. Coba, sebelumnya, dengan kendaraan apa pun, bepergian di Negeri Toko itu bikin darah naik. Dengan mobil pribadi, taksi, atau bis, sama saja, ketemu jalan macet. Kini, dengan kereta yang lari di bawah tanah dan bebas hambatan, mereka sampai di tujuan dalam waktu pendek. Akibatnya, kini banyak orang menjual mobilnya. Mengapa tidak, bila dengan 50 sen untuk jarak dekat, atau S$ 1,10 untuk jarak jauh, siapa pun bisa sampai di semua sudut Singapura, dalam waktu singkat. Dalam catatan pengelola, pukul rata setiap harinya MRT mengangkut 145.000 penumpang. Angka itu 20% lebih tinggi dari yang diperkirakan. Di saat orang pergi ke dan pulang dari pekerjaan, 30.000 orang melakukan perjalanan bawah tanah. Di tengah hari ketika orang mencari makan siang, menurut Menteri Komunikasi dan Penerangan Dr. Yeo Ning Hong, penumpang cukup padat juga: 25.000. Bila persentase warga yang menggunakan MRT masih sedikit (baru sekitar 5,5% dari jumlah penduduk Singapura), sebab yang selesai memang baru jalur utara, sepanjang 28km. Akhir tahun ini direncanakan jalur-jalur lain selesai sudah. Dan Singapura kembali ramai oleh turis. Dalam beberapa tahun terakhir ini arus pengunjung dari luar, terutama dari Indonesia, menurun. Sekarang, "Banyak turis datang, dan tujuannya naik kereta bawah tanah," kata seorang pejabat dari Dewan Promosi Pariwisata. Belum ada kritik soal kebersihan dan keamanan di bawah tanah ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini