Bahkan, pengadilan pendahuluan dan pemilihan juri untuk sidang yang mengadili Imelda Marcos dibanjiri pengunjung. "APA yang Saudara ketahui tentang terdakwa?" tanya hakim. "Ia punya 2.500 pasang sepatu," jawab calon juri, pria berusia 52 tahun. Maka, gerrr, pengunjung pengadilan distrik AS di New York itu pun tertawa riuh, Rabu pekan lalu. Sang terdakwa pun, Imelda Marcos, janda mendiang bekas Presiden Filipina Ferdinand Marcos, tersenyum menyaksikan penyeleksian anggota juri untuk pengadilan yang akan menyidangkannya itu. Pengadilan pendahuluan atas Imelda, 60 tahun, dimulai Selasa pekan lalu. Bekas ibu negara Filipina ini bersama dengan suaminya dituduh berkomplot menyelewengkan harta rakyat Filipina senilai sekitar US$ 500 juta, dan secara tidak sah menginvestasikannya di berbagai bidang di AS. Di antaranya, dengan membeli empat gedung perkantoran di Manhattan, AS, dengan memakai nama jutawan Arab Saudi Adnan Kashoggi, terdakwa yang lain. Tampaknya, pengadilan Imelda menjadi semacam panggung pertunjukan. Mulai dari terdakwa hingga pembela berusaha menarik perhatian penonton. Garry Spence, pengacara Imelda, pun "pintar berlagak" di muka publik. Tampaknya, Spence, salah seorang pengacara pengadilan terbaik di AS ini, berusaha merebut simpati dan perhatian masyarakat dengan mengumbar pernyataan kepada wartawan -- hal yang diprotes oleh para pengacara pemerintah. Bisa jadi semua ini memang strategi Spence untuk menarik simpati bagi Imelda. Nyonya Marcos -- yang pernah dikenal dengan sebutan "kupu-kupu besi" serta wanita paling berpengaruh dan paling kuat di Asia" -- ini oleh Spence disebut sebagai "wanita kecil yang rapuh". Spence, jangkung dan selalu bertopi ala koboi, sejak awal sidang pendahuluan menyatakan pasangan Marcos yang lari ke Hawaii, AS, pada 1986, ini diculik pemerintah Washington. Kartu lain pun dicoba Spence. Yakni niat mendatangkan Reagan sebagai saksi dalam pengadilan Imelda nanti. "Jika memungkinkan, ia (Reagan) bakal jadi saksi yang penting," ujar pengacara dari Wyoming, yang dikenal jago membela "orang kecil" ini. Kecil kemungkinan Reagan bersedia. Untuk sidang pengadilan bekas anak buahnya sendiri, Admiral Poindexter -- yang sedang diadili untuk kasus Iran-Contra saja -- Reagan cuma memberikan saksi lewat kaset video. Masih ada jurus Spence yang lain: Masalah berhak tidaknya AS mengadili istri bekas kepala negara asing yang melakukan kejahatan di luar wilayah AS. Pakar hukum internasional Profesor Andreas Lowenfeld, dari New York University, berbendapat bahwa AS tidak berhak. Karena itu, kalangan hukum internasional menantikan jalannya sidang dan implikasi pengadilan itu bagi hukum internasional. Apalagi masih ada kasus bekas orang nomor satu Panama, Jenderal Noriega, yang menunggu pengadilan karena kasus narkotik di Miami, Florida, AS. Tampaknya, Imelda pun menggunakan faktor ini untuk membela diri. "Saya ingin diadili di Filipina, oleh rakyat kami sendiri," katanya. Suatu hal yang sia-sia karena Presiden Filipina Cory Aquino dengan tegas menampik keinginan itu dengan alasan menjaga keamanan nasional. Pekan lalu, Istana Malacanang menyebarkan surat Imelda kepada Presiden AS George Bush. Isinya, kesediaan Imelda membagikan harta Marcos kepada "rakyat kecil Filipina" jika diizinkan pulang ke Tanah Air. Bahkan, untuk menandingi ulah menarik perhatian pengacara Imelda, pemerintah Manila menyewa perusahaan hubungan masyarakat AS untuk menyampaikan "pesan-pesan" anti-Marcos kepada para wartawan di seputar pengadilan di New York itu. Manila pun memasok bukti-bukti sekitar "kejahatan" Imelda. FS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini