Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Negeri yang optimistis

Samuel shafiishuna nujoma, 61, dilantik menjadi presiden namibia oleh sekretaris jenderal pbb. ia pemimpin gerilya swapo (organisasi rakyat afrika barat daya) yang menjadi seorang negarawan.

31 Maret 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH traktor tua bikinan Jerman teronggok di sebuah tanah lapang di luar kota pantai Swakopmund. Orang-orang menyebutnya "Martin Luther" -- nama tokoh kulit hitam pejuang hak asasi AS. Soalnya, di situ ditulis kata-katanya: "Di sini saya berdiri Tuhan menaruh saya di sini, saya tak bisa berbuat lain." Namibia, negeri yang memiliki Swakopmund itu, memang tak bisa lain. Baru setelah perjuangan panjang -- mula-mula dijadikan koloni Jerman, kemudian dicaplok Afrika Selatan pada 1915 -- Selasa pekan lalu merayakan kemerdekaannya. Maka, PBB pun menerima negeri yang panas api indah ini sebagai anggota ke-160. Inilah negeri seluas 830.000 km yang optimistis. Lihatlah, di tanah-tanah datarnya tiba-tiba muncul batu-batu granit menjulang. Di bawahnya, bahan tambang menunggu dimanfaatkan. Angin barat yang bertiup dari laut, dan angin timur yang datang dari Gurun Kalahari, membentuk alam Namibia yang kaya flora dan fauna khas Afrika. Di negeri inilah Samuel Shafiishuna Nujoma dilantik menjadi presiden pertama oleh Sekjen PBB. Sejumlah menteri dan kepala negara asing menghadiri pelantikan itu. Ini bukan sekadar acara protokoler. Para pemimpin negara asing itu memang siap membantu Namibia. Mereka datang beserta para pengusaha. Tampak Presiden Afrika Selatan F.W. de Klerk, yang secara resmi menyatakan tak lagi berkuasa di sini. Orang nomor satu Libya Muammar Qadhafi pun hadir. Juga Ketua PLO Yasser Arafat. Lalu Menlu Soviet Shevardnadze, dan Menlu AS James Baker. Indonesia diwakili oleh Menlu Ali Alatas. Dan yang paling jadi perhatian siapa lagi bila bukan aktivis kulit hitam Afrika Selatan Nelson Mandela. Yang menarik, dari sekitar 78.000 kulit putih di antara 1,5 juta penduduknya, tak seorang pun bereksodus dari Namibia merdeka. Ini meyakinkan masa depan yang baik. Mungkin di sini permusuhan hitam-putih sudah dikubur. Mungkin juga karena orang Namibia tak pernah merasa dikalahkan oleh kulit putih. Sebuah monumen berdiri di Windhoek, ibu kota Namibia, sejak zaman kolonial. Di situ tertulis: "Orang Jerman tak pernah mengalahkan kami melainkan kamilah yang kehabisan peluru." Dan mungkin mengikuti "mode" yang kini melanda Eropa Timur, Presiden Nujoma menanggalkan jubah Marxis yang selama ini menjadi salah satu alat perjuangannya. Bekas ketua SWAPO (Organisasi Rakyat Afrika Barat Daya) yang selama 23 tahun melancarkan perang gerilya terhadap rezim apartheid Pretoria ini pun mengejutkan para pengamat politik Afrika. Dulu, ia dinilai tak punya banyak kemampuan. Ternyata, Nujoma, 61 tahun kini, lebih cakap dari yang diduga. Ayah empat anak ini kembali ke tanah air tahun lalu, untuk memimpin SWAPO dalam pemilu yang disponsori PBB. SWAPO akhirnya keluar sebagai pemenang dalam pemilu November silam itu. Dan ia pun berubah dari seorang pemimpin gerilya menjadi seorang negarawan. Nujoma lahir di sebuah kampung di Distrik Ovaboland, dekat perbatasan Angola, pada 1929. Pada 1957 ia membentuk Kongres Rakyat Ovaboland untuk menentang pelaksanaan sistem kontrak buruh kulit hitam yang di luar batas peri kemanusiaan. Setelah hijrah ke Windhoek, ibu kota Namibia, Nujoma cepat menanjak menjadi pemimpin gerakan kulit hitam. Kampanye melawan kesewenang-wenangan kulit putih pada 1959 berakhir dengan bentrokan berdarah, menewaskan 13 warga kulit hitam. Nujoma pun ditangkap, tapi bisa melarikan diri ke luar negeri setahun kemudian. Tak lama sesudah itu ia mendirikan SWAPO, dan dimulailah perjuangan di pengasingan, yang antara lain dilancarkan dari Ghana, Zambia, dan Tanzania. FS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus