Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Perwujudan Sebuah Janji

Tentara Israel mendadak mundur dari wilayah selatan Lebanon, yang didudukinya selama 22 tahun. Sebuah perwujudan janji PM Ehud Barak untuk mempercepat proses perdamaian di Timur Tengah.

28 Mei 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH kebun apel di pinggiran Metulla punya peran penting. Pohon yang tumbuh di kota yang terletak di sebelah utara Israel tiba-tiba saja disorot dalam upaya perdamaian internasional. Soalnya, separuh hektare kebun milik Avid Belsky itu membatasi Metulla dengan Kfar Kila, kota di Lebanon Selatan yang diduduki Israel selama 22 tahun. Dan pekan lalu, wilayah itu dikembalikan kepada pemiliknya yang sah.

Dari kebunnya, Belsky bisa mendengar jelas pekik sorak warga Kfar Kila yang merayakan kepergian pasukan Israel. Lantaran hanya dipagari kawat setinggi satu meter, dari sebidang tanah itu Belsky juga bisa melihat anggota gerombolan militan Hizbullah—salah satu kelompok muslim shiite di Lebanon yang selama ini memerangi pendudukan Israel—mengacungkan senjata otomatis ke arahnya.

Sejauh ini, kedua pihak menahan diri. Belsky, yang kini menenteng pistol, berharap situasi damai bisa langgeng. "Mereka kan sudah mendapatkan tanahnya," katanya, "Israel juga tak perlu lagi kehilangan anak-anak muda yang mati karena berperang di tanah itu."

Penarikan mundur pasukan Israel dari wilayah selatan Lebanon pekan lalu jelas merupakan peristiwa bersejarah. Lebih cepat enam minggu dari rencana semula, ini adalah perwujudan janji Perdana Menteri Israel, Ehud Barak, untuk mempercepat proses perdamaian di Timur Tengah. Pemerintahan Barak agaknya juga menyadari bahwa pendudukan Israel di Lebanon Selatan lebih banyak merugikan mereka. Siapa pun yang terlibat, akan makan banyak uang dan nyawa.

Sudah dua kali Israel merangsek masuk Lebanon. Invasi pertama dilakukan pada 1978, untuk mengejar gerilyawan Palestina yang kerap melakukan berbagai aksi di wilayah Israel. Karena dipaksa keluar oleh PBB, Israel pun mundur tetapi menyerahkan "kuasa perang" kepada kelompok milisi Kristen setempat yang waktu itu sudah terlibat perang saudara dengan kelompok Islam di sana. Tahun 1982, invasi kedua dilakukan secara jor-joran setelah duta besar Israel untuk Inggris dibunuh gerilyawan Palestina di London. Lebanon jadi sasaran lantaran negara tersebut adalah basis kuat Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Maka, PLO terusir dari Lebanon dan cuma menyisakan 350 ribu-400 ribu warga Palestina yang kini tersebar di sana.

Invasi kedua ini menambah keruh situasi Lebanon yang sudah kisruh akibat perang saudara. Israel, sampai pekan lalu, bertahan di kawasan selatan Lebanon sepanjang sekitar 10 kilometer dengan alasan keamanan nasional. Soalnya, daerah perbatasan tersebut sering dijadikan pintu masuk kaum teroris ke Israel. Pada saat yang sama, Israel juga meneruskan koalisi dengan kaum Kristen setempat—belakangan, kelompok muslim yang tak setuju dengan pemerintahan di Beirut juga ikut bergabung—dengan membentuk Tentara Lebanon Selatan (SLA).

Dengan mundurnya Israel, SLA pun pekan lalu bubar. Ribuan bekas pasukannya mengungsi ke Israel. Barak sudah berjanji untuk memberikan visa kerja selama satu tahun kepada mereka. Sisanya bergabung dengan pasukan Hizbullah, atau menyerahkan diri dan menunggu pengampunan dari Beirut.

Akan langgengkah perdamaian di Lebanon Selatan ini? Meski menekankan niat tulus untuk berdamai, Barak terang-terangan mengatakan bahwa jika diprovokasi, Israel tak kan ragu masuk kembali ke Lebanon. Sementara itu, warga Israel juga masih mencurigai kelompok-kelompok muslim shiite di negara tetangganya. Kelompok-kelompok itu dinilai anti-Israel dan masih bersikukuh untuk menghancurkan eksistensi negara itu.

Sementara itu, pihak Hizbullah juga belum mau mengakui niat Israel untuk berdamai. Bagi mereka, mundurnya pasukan Israel sekadar mematuhi ketentuan PBB yang selama berpuluh tahun diabaikan Yerusalem. Malah, menurut pimpinan kelompok tersebut, Hizbullah—Partai Milik Allah, yang dianggap sebagai pahlawan di Lebanon—akan terus mengacungkan bendera perang sampai semua tahanan asal Lebanon dibebaskan dari penjara Israel dan Yerusalem menarik pasukan mereka dari kawasan pertanian Sheeba di Dataran Tinggi Golan. Tanah Sheeba ini, menurut Israel, tak pernah jadi milik Lebanon sehingga tak perlu diperhitungkan dalam rencana penarikan mundur mereka.

Bagai telur di ujung tanduk, perdamaian seumur jagung di Lebanon ini akhirnya membutuhkan pihak ketiga untuk menjaganya agar tak jatuh pecah. Kofi Annan sudah menyatakan bahwa 7.500 pasukan PBB akan segera ditempatkan di sana (saat ini hanya 4.500). Minggu lalu, Terje Roed-Larsen, pemimpin pasukan baret biru di Timur Tengah, sudah bertemu dengan pemerintah Lebanon di Beirut untuk mendiskusikan kerja sama antara kedua pihak.

Wendi Ruky (dari berbagai sumber)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus