Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Petaka Setelah Petisi Azan

22 September 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seratus batang lilin putih memendarkan cahaya temaram di kantor pusat Partai Aksi Demokrat (DAP), di kawasan Petaling Jaya, Selangor, Malaysia, Senin malam pekan lalu. Di luar gedung, orang-orang berdiri membentuk kelompok. Mereka larut dalam pidato Lim Guan Eng, sekretaris umum partai. ”Lilin-lilin ini untuk mengingatkan kita kepada Teresa,” kata Lim.

Partai itu memang berduka. Salah satu tokoh partai yang juga anggota parlemen dari Seputeh, Teresa Kok, ditahan polisi dengan Akta Keamanan Dalam Negeri (ISA). Penahanan berlangsung Senin pagi pekan lalu ketika Teresa tengah keluar dari rumahnya. Ia baru dibebaskan Jumat lalu.

Penyebab penahanan Teresa Kok tak genah hingga kini. Ada yang menyebut itu berhubungan dengan tersebarnya kasus penyiksaan dan foto telanjang seorang tahanan perempuan, tiga tahun silam. Teresa yang menemukan foto itu menyebarkannya kepada publik dan membuat polisi Malaysia kelimpungan.

Namun ada pula yang mengaitkannya dengan laporan yang dilansir Utusan Malaysia. Laporan itu, mengutip keterangan mantan Menteri Besar Selangor Datuk Mohammad Khir Toyo, menyebut Teresa berada di balik petisi pelarangan azan dengan pengeras suara di masjid-masjid di Puchong, Selangor.

Teresa sebenarnya telah membantah tuduhan ini dan balik menuntut Khir Toyo. Bantahan serupa juga diungkapkan anggota Pengurus Pusat Partai Islam Malaysia (PAS), dokter Siti Mariah Mahmud. Menurut Mariah, isu suku, agama, ras, dan antargolongan sengaja diembuskan Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) karena pemerintah mulai kehilangan dukungan dari kalangan non-Melayu. ”Mereka ingin merebut kembali perhatian dan dukungan kaum Melayu,” kata Mariah.

Tak cuma Teresa Kok yang bernasib apes. Tan Hoon Cheng, wartawan senior koran berbahasa Cina, Sin Chew, juga terjerat Internal Security Act pada hari yang sama. Tan dilepas sehari kemudian atas desakan sekelompok wartawan terkemuka dan tokoh politik Malaysia. Setelah dibebaskan, Tan dikawal oleh polisi kembali ke rumahnya di Penang.

Tan ditahan karena laporannya yang menyitir komentar politikus Ahmad Ismail, yang menggambarkan etnis Cina sebagai orang yang hanya menumpang di Malaysia. Pernyataan itu memercik kemarahan di kalangan etnis Cina Malaysia dan berujung pada pemecatan Ismail dari UMNO.

Pemimpin perusahaan Sin Chew, N.C. Siew, mengatakan tak ada dasar bagi penahanan Tan Hoon Cheng. ”Dia berasal dari latar belakang yang sangat sederhana. Ia wartawan yang serius dan sangat bertanggung jawab,” kata Siew. ”Ia benar-benar tak terkait dengan politik dan tak memiliki konspirasi politik apa pun.”

Kamis pekan lalu, Panglima Angkatan Bersenjata Laksamana Tan Sri Datuk Mohammad Anwar bin Haji Noor memperingatkan warga Malaysia agar tak mengeluarkan komentar yang bisa merusak keharmonisan antar-ras. Dia mengeluarkan pernyataan ini setelah Perdana Menteri Abdullah Badawi membekukan keanggotaan seorang tokoh partai UMNO, karena menyebut orang India dan Cina di Malaysia sebagai penumpang.

Tokoh lainnya yang jadi korban Internal Security Act adalah Raja Petra Kamarudin, blogger terkenal yang selama ini dianggap sebagai duri dalam daging bagi pemerintah Malaysia. Ia juga seorang editor media online oposisi terkenal, Malaysia Today. Polisi menyebut Raja Petra ditangkap karena menerbitkan artikel yang menghujat agama. Beberapa minggu lalu, ia disebut-sebut melancarkan tuduhan bahwa Wakil Perdana Menteri Malaysia Najib Razak terlibat dalam satu pembunuhan.

Sebelum ditangkap, Raja Petra sempat bersembunyi. Ia mengaku tak takut jika ditangkap dengan jerat Internal Security Act. ”Saya hanya ingin memastikan dalam waktu 10 hari ke depan saya masih bisa menyebarluaskan informasi yang saya yakin akan sangat diperlukan masyarakat,” katanya.

Blogger berikutnya yang ditahan adalah Syed Azidi Syed Aziz, yang lebih dikenal dengan nama samaran Kickdefella. Ia ditahan Rabu malam pekan lalu. Syed Azidi dikenal sebagai pendukung PAS. Blognya memasang kampanye yang mengajak rakyat Malaysia memasang bendera terbalik sebagai protes terhadap pemerintah. Kampanye itu konon membuat marah Perdana Menteri Badawi dan berbuntut penahanan Syed Aziz.

Angela Dewi (BBC, Utusan Malaysia, Malaysia Today, Reuters)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus