RMAS terlarang Pederasi Siswa Sikh se-lndia mengaku bertanggung jawab untuk pembajakan Boeing 737 milik Indian Airlines, yang terjadi Jumat pekan lalu dalam jalur penerbangan lokal Chandigarh-Srinagar. Ini pembajakan pesawat India yang kedua dalam tempo hanya tujuh minggu. Pembajaknya adalah "Komando Khalistan" semuanya 12 oranK, rata-rata berusia 20-an, dan ternyata hanya bersenjatakan pisau belati. Bahwa kemudian ada Kranat tangan, sepucuk pistoi, dan koktail Molotov yanK mcreka bawa, itu semua konon diselundupkan petugas Pakistan ketika pesawat mendarat di Lahore. Tidak heran bila hubungan India- Pakistan meruncing kembali. New Delhi minta dengan sangat agar Pakistan menunda keberangkatan Boeing yang singgah di Lahore dan Karachi untuk mengisi bahan bakar itu. "Permintaan kami tidak diindahkan," ujar duta besar India Krishna Sharma. Tapi, menurut seorang juru bicara pemerintah Pakistan, mereka sebenarnya sudah mencoba tapi gagal, karena pembajak mengancam akan membunuh 93 penumpang dan awak pesawat. Demi keselamatan para sandera pula, para pembajak diizinkan mengisi bahan bakar dan secepatnya meninggalkan wilayah udara Pakistan, menuju Dubai. Agaknya keterangan ini tidak banyak menolong, karena pemerintahan Zia ul-Haq sebelumnya telah menolak ekstradisi 14 ekstremis Sikh dari peristiwa pembajakan terdahulu. Yang dilakukan pemerintah Persatuan Emirat Arab adalah ikhtiar yang paling aman. Setelah berunding 15 jam dengan para pembajak yang mengenakan serban itu, dicapai kesepakatan Ahad lalu. Penguasa di Dubai memberi suaka politik selama tujuh hari dan menjamin fasilitas perjalanan ke AS sesuai dengan tuntutan pembajak. Tapi konsul AS di Dubai menyatakan bahwa AS akan menangkap mereka begitu mereka menginjakkan kaki di negerinya. Berlangsung 42 jam, pembajakan ini tidak mencapai sasaran. Tiga tuntutan mereka - pembentukan negara Sikh merdeka, penarikan mundur tentara India dari Punjab, dan pembebasan 28.000 tahanan Sikh dari penjara - tidak satu pun dipenuhi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini