Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Rongrongan Menjelang Pemilu

Rama Rao berhasil menggalang kaum oposisi, setelah dipecat oleh Gandhi. Aksi protes melanda India Selatan. (ln)

1 September 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JALAN-jalan sepi. Semua bis mogok, toko-toko tutup, sejumlah besar pekerja santai di rumah. Pengemudi rickshaw menepikan kendaraan mereka sepanjang kaki lima tanpa mengharapkan penumpang. Akibatnya, Calcutta lumpuh 24 jam, Sabtu akhir pekan lalu. Dan tidak cuma itu. PTI, kantor berita India, mengabarkan bahwa 46 jalur kereta api sama sekali terhenti: stasiun dikacaukan oleh ledakar, dan karyawannya dipaksa meninggalkan tugas. Tampaknya Calcutta - yang terpadat di India dengan 10,2 juta penduduk - paling gencar menyambut aksi "Hari Penyelamatan Demokrasi" yang diserukan Rama Rao, menteri besar Negara Bagian Andhra Pradesh yang dipecat 16 Agustus lampau. Terpusat di tiga kota - Calcutta, Madras, dan Hyderabad - aksi protes oposisi itu menjalar dari Andhra Pradesh ke Bengal Barat, Kerala Kernataka sampai Tamil Nadu di selatan. Dikabarkan, satu juta orang menghadiri rapat umum, dan 200.000 tokoh oposisi ditahan. Semua itu digerakkan oleh Rama Rao, tokoh Partai Telugu Desam. Ia bertekad membuktikan kepada PM Indira Gandhi di New Delhi bahwa ia masih tetap pemimpin dengan dukungan mayoritas. Bekas bintang film yang populer itu selama dua tahun terakhir muncul sebagai lawan Indira yang paling tangguh. Belum lama ini ia berangkat ke Houston, AS, untuk operasi jantung bypass. Sekembalinya ke India, Rao menemukan dirinya sudah dipecat oleh Gubernur Ram Lal. Alasannya: ia kehilangan dukungan mayoritas di DPRD, karena sebagian pendukungnya yang dipelopori Bhaskara Rao menyeberang ke Congress I, partai Indira. Bhaskara ini semula menteri keuangan, kemudian diangkat sebagai menteri besar menggantikan Rama Rao. Sebagai protes, Rama membawa 162 pendukungnya ke New Delhi, menhadap Presiden Zail Singh. Meski terpaksa berjalan dengan kursi roda, aktor yang dulu sering berperan sebagai Krishna itu menggunakan "ketidakadilan" yang menimpanya untuk menggalang persatuan d kalangan oposisi. Dan ia tidak sendiri. Menteri besar Sikkim, N.S. Bandhari, dan menteri besar Jammu-Kashmir, Farouq Abdullah, sebelumnya juga mengalami nasib sama, "disingkirkan" oleh PM Indira. Tidak heran bila seruan Rama untuk memprotes adanya rongrongan terhadap demokrasi disambut hangat. Tapi di sidang Parlemen di New Delhi, Indira bicara lain. Katanya, kasus pemecatan Rama Rao sama sekali tidak dikonsultasikan dengannya. Keterangan ini kontan dibalas dengan teriakan "Penipu! Bohong besar!" oleh kubu lawan. Mereka bahkan menuduh Indira "membeli" suara oposisi di daerah, masing-masing US$ 25.000i Benarkah? Sulit dibuktikan. Yang pasti, menjelang pemilu akhir tahun ini sang PM memang berusaha menciutkan potensi oposisi seminimal-minimalnya. Untuk sementara ia berhasil menumpas perusuh Sikh di Punjab (Lihat: Petualangan Komando Khalistan), kemudian mencopot tiga menteri besar. Tapi dapatkah cara-cara seperti itu mehclnkan )alan bagi Congress I untuk memenangkan pemilu kelak masih tanda tanya. Para pengamat menilai bahwa Indira belakangan ini tampak sangat tidak toleran. Menanggapi demonstrasi besar tersebut di atas, la angsung sa)a menuduh oposisi "berusaha merebut kekuasaan". Dikatakannya, pihak oposisi bagaikan pemimpin tanpa umat, yang merusakkan persatuan bangsa dan bermaksud mendongkelnya dengan segala cara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus