Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

PM Bainimarama Tolak Akui Kekalahan, Fiji Genting?

PM Fiji, Frank Bainimarama, menolak mengakui kekalahan dalam pemilu, sementara koalisi mengklaim menguasai parlemen dengan suara gabungan.

22 Desember 2022 | 17.45 WIB

Perdana Menteri Fiji Josaia Voreqe 'Frank' Bainimarama dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP26) di Glasgow, Skotlandia, Inggris, 2 November 2021. REUTERS/Phil Noble/Pool/File Foto
Perbesar
Perdana Menteri Fiji Josaia Voreqe 'Frank' Bainimarama dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP26) di Glasgow, Skotlandia, Inggris, 2 November 2021. REUTERS/Phil Noble/Pool/File Foto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Fiji, Frank Bainimarama, menolak mengakui kekalahan dalam pemilu, sementara koalisi mengklaim menguasai parlemen dengan suara gabungan. Akibatnya situasi di negara kepulauan di Pasifik itu menjadi tegang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Bainimarama belum mengakui kekalahan, sementara koalisi tiga partai mengatakan memiliki mayoritas gabungan dan telah menyetujui pemimpin Aliansi Rakyat, Sitiveni Rabuka, sebagai perdana menteri. Rabuka juga mantan pemimpin kudeta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Fiji kini menunggu presiden menarik kembali parlemen sehingga anggota parlemen dapat memilih perdana menteri baru setelah tidak ada partai yang memenangkan mayoritas dalam pemilihan umum 14 Desember 2022.

Bainimarama pada Kamis, 22 Desember 2022, mengatakan, militer Fiji akan membantu polisi menjaga hukum dan ketertiban, setelah meningkatnya ketegangan etnis seusai pemilu pekan lalu menghasilkan parlemen yang menggantung.

Negara kepulauan Pasifik, yang memiliki sejarah kudeta militer, menjadi titik penting persaingan antara China dan Amerika Serikat di kawasan itu. Fiji mencapai kesepakatan dengan Australia pada Oktober untuk kerja sama pertahanan yang lebih besar, meskipun China juga berperan penting menyumbang peralatan militer.

Bainimarama, mantan panglima militer yang merebut kekuasaan dalam kudeta 2006, menjadi perdana menteri selama 16 tahun, memenangkan pemilu 2014 dan 2018. Dia juga ketua Forum Kepulauan Pasifik ketika blok diplomatik regional mengadakan pertemuan tahunannya di Fiji tahun ini.

Sebagai pusat perdagangan dan transportasi Pasifik dengan populasi 900.000, politik Fiji didominasi oleh hubungan ras yang terkadang tegang antara mayoritas penduduk asli dan minoritas etnis India yang besar, sebelum reformasi konstitusi pada 2013 untuk menghapus sistem pemungutan suara berbasis ras yang mendukung penduduk asli Fiji.
 
Namun, partai-partai oposisi menuduh Bainimarama mengobarkan ketakutan akan masalah etnis sebagai dalih untuk mempertahankan kekuasaan.

Bainimarama mengatakan militer "telah dikerahkan untuk mendukung polisi dalam menjaga hukum dan ketertiban".

"Laporan pelecehan yang diderita oleh warga kami dan kekerasan yang ditargetkan pada rumah dan bisnis Indo-Fiji setelah pemilihan sangat mengganggu," katanya dalam sebuah pernyataan di Facebook.

Tetapi partai-partai oposisi membantah laporan kekerasan terhadap etnis India setelah pemilu, dan meminta buktinya.

Etnis India memposting pesan ke Twitter di bawah tagar FijiIsUnited mengatakan "Saya termasuk dalam kelompok minoritas di Fiji & saya merasa benar-benar aman".

Komisaris Polisi Sitiveni Qiliho mengatakan dia bertemu pada hari Kamis dengan Bainimarama, menteri pertahanan dan menyetujui personel militer "untuk membantu Polisi dengan pemeliharaan hukum dan ketertiban, di tengah meningkatnya kekhawatiran akan ketegangan rasial".

Presiden Fiji Ratu Wiliame Katonivere memiliki waktu hingga 2 Januari untuk memanggil parlemen, outlet media Desa Fiji melaporkan, mengutip surat yang dikirim oleh Katonivere kepada mitra koalisi. Perdana menteri harus dipilih oleh lebih dari 50% anggota parlemen di lantai parlemen.

Partai Sosial Demokrat Liberal mendukung kebijakan pro-penduduk asli Fiji, dan pada hari Selasa menandatangani perjanjian koalisi dengan Aliansi Rakyat Rabuka dan Partai Federasi Nasional.

Bainimarama mendapat dukungan dari pemilih etnis India dalam pemilihan sebelumnya, tetapi Partai Federasi Nasional juga mendapat dukungan kuat dari komunitas itu, kata para analis.

Pada konferensi pers sebelumnya pada hari Kamis, pemimpin Partai Federasi Nasional Biman Prasad mengatakan sekretaris jenderal Fiji First Aiyaz Sayed-Khaiyum, yang merupakan Jaksa Agung dalam pemerintahan Bainimarama, "berusaha menciptakan ketakutan di benak orang".

"Dia tidak menerima mereka kalah dalam pemilu ini, orang memilih untuk perubahan," kata Prasad.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus