Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Belanda Mark Rutte diangkat sebagai sekretaris jenderal terbaru NATO pada Rabu, 26 Juni 2024, di tengah invasi Rusia di Ukraina dan ketidakpastian loyalitas Amerika Serikat jika Donald Trump kembali terpilih.
Rutte akan menggantikan Jens Stoltenberg, politikus dan eks perdana menteri Norwegia yang telah menakhodai NATO sejak 2014.
“Rutte akan menjalankan tugasnya sebagai Sekretaris Jenderal mulai 1 Oktober 2024, ketika masa jabatan Stoltenberg berakhir setelah sepuluh tahun memimpin Aliansi,” kata NATO dalam sebuah pernyataan.
Jalannya untuk menggantikan Stoltenberg, yang akan mundur dari jabatannya pada Oktober mendatang, menjadi semakin pasti setelah Presiden Rumania Klaus Iohannis menarik pencalonannya. Rutte sudah mendapat dukungan dari 31 negara lainnya dalam aliansi beranggota 32 negara tersebut.
“Mark adalah seorang transatlantik sejati, pemimpin yang kuat, dan pembangun konsensus,” kata Stoltenberg. “Saya tahu saya akan menyerahkan NATO kepada orang yang tepat.”
Rutte, 57 tahun, adalah pengkritik keras Presiden Rusia Vladimir Putin dan sekutu setia Ukraina. Ia mengasah keterampilannya sebagai negosiator politik selama hampir 14 tahun menjabat sebagai perdana menteri Belanda.
Dia menjadi salah satu kekuatan pendorong di balik dukungan militer Eropa untuk Ukraina sejak invasi Rusia pada Februari 2022, dan mengatakan kekalahan di medan perang bagi Rusia sangat penting untuk menjamin perdamaian di Eropa.
Pandangannya sangat dipengaruhi oleh jatuhnya sebuah pesawat di Ukraina pada 2014, yang menewaskan 196 orang Belanda dari total 298 korban jiwa. Saat itu, ia menyalahkan Rusia. NATO harus kuat untuk melawan Moskow, dan para pemimpin Uni Eropa (UE) lainnya tidak boleh naif terhadap Rusia pimpinan Putin, katanya.
Rutte pertama kali menjabat pada 2010 dan menjadi perdana menteri Belanda yang paling lama menjabat, hingga akhirnya tahun lalu mengumumkan bahwa ia berencana untuk meninggalkan politik nasional.
Setelah jatuhnya pesawat MH17, ia beralih dari fokus domestik menjadi salah satu pembuat kesepakatan utama UE, dan memainkan peran penting dalam perdebatan Eropa mengenai imigrasi, utang, dan respons terhadap COVID-19.
Di bawah kepemimpinannya, Belanda telah meningkatkan belanja pertahanan hingga lebih dari 2 persen ambang batas PDB yang disyaratkan anggota NATO, menyediakan jet tempur F-16, artileri, drone, dan amunisi ke Kyiv serta berinvestasi besar-besaran pada militernya sendiri.
Rutte akan mengundurkan diri secara resmi sebagai perdana menteri Belanda, sementara pemerintah sayap kanan akan menggantikan koalisinya yang berhaluan kanan-tengah.
Mantan pemimpin Partai Kebebasan dan Demokrasi Rakyat (VVD) itu memperkuat upayanya untuk menjadi ketua baru NATO tahun lalu, sambil memimpin koalisi internasional yang akan mengirimkan pesawat tempur F-16 ke Ukraina dan melatih pilot Ukraina.
Pada bulan-bulan terakhir masa jabatannya, ia juga menandatangani pakta keamanan sepuluh tahun dengan Ukraina, yang menjamin dukungan dari Belanda meskipun ada kritik dari pemimpin sayap kanan dan pemenang pemilu Geert Wilders.
Rutte telah menjalin hubungan baik dengan berbagai pemimpin Inggris dan AS. Ia secara luas dipandang sebagai salah satu pemimpin paling sukses di UE dalam menangani Presiden AS Donald Trump, yang akan mencalonkan diri kembali sebagai kandidat presiden dalam pemilu 5 November mendatang.
Hal itu dapat menjadi pengalaman yang berharga, sebab kemungkinan Trump terpilih kembali telah membuat para pemimpin NATO takut karena mantan presiden itu mempertanyakan kesediaan AS untuk mendukung anggota NATO lainnya jika mereka diserang.
REUTERS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pilihan Editor: Dana Pensiun Norwegia Stop Investasi karena Buldoser Caterpillar Dipakai dalam Perang Gaza
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini