Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pm yang non-pri

Pm. papua nugini yang menggantikan michael somare, julius chan, 41, adalah keturunan cina. garis politiknya tak berbeda dengan somare sehingga pergantian kekuasaan berlangsung secara gentleman.

22 Maret 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DIA keturunan Cina, meskipun kulitnya hitam dan rambutnya keriting. Maka banyak yang meragukan, dapatkah tokoh politik yang bukan "Papua Nugini asli" ini tampil buka. Tapi ternyata, dalam usianya yang baru akan 41 akhir Agustus nanti, Julius Chan pekan lalu dapat juga jadi perdana menteri Papua Nugini, untuk memimpin 3 juta rakyat, melalui satu proses kemenangan yang tenang. Dan negeri di sebelah Timur Irian Jaya itu -- yang baru merdeka lima tahun --berhasil pula menunjukkan: bahwa di sana pergantian kekuasaan dapat berlangsung secara gentleman. Michael Somare, perdana menteri pertama yang memerintah sejak September 197 5, mengaku kalah setelah ia dapat mosi tak percaya di parlemen. Ucapannya, setelah 57 suara mengalahkan pendukungnya sebanyak 49 suara: "Saya bangga dapat berdiri di Parlemen ini seraya mengucapkan bahwa saya akan turun sebagai perdana menteri pertama." Tepuk tangan pun hari itu gemuruh bagi yang kalah. Partai Pangu pimpinan Somare dengan demikian akan berada di pihak oposisi, dan Partai Kemajuan Rakyat (People's Progress Party, disingkat PPP) ganti memimpin pemerintahan. Belum dapat dipastikan adakah di masa depan stabilitas Papua Nugini (disingkat: PNG) akan dapat terus seperti selama di bawah Somare -- yang berhasil mempersatukan bangsa baru itu dari ancaman perpecahan suku. Tapi setidaknya tradisi baik telah diletakkan tak perlu paksaan untuk menjatuhkan tokoh seperti Somare. Oleh-oleh Julius Chan bukan orang yang sangat berbeda dari pendahulunya. Ia bukan saja tokoh yang dihormati oleh hampir semua anggota Parlemen yang berjumlah 109 itu, tapi orang yang jarang senyum ini juga sahabat Somare sejak lama. Mereka biasa saling memberi oleh-oleh setiap habis bepergian. Mereka juga erat sebagai sekutu dalam masa persiapan kemerdekaan antara tahun 1972-1975. PPP punya 4 kursi dalam kabinet 25 menteri yang dipimpin Somare. Julius kemudian jadi wakil PM bulan Agustus 1977, setelah ia jadi Menteri Keuangan di tahun 1972. Toh perbedaan tak dapat dihindarkan antara keduanya. Somare sering dikecam karena ia jarang berkonsultasi dengan anggota kabinetnya. Ia malah tahun lalu menimbulkan sengketa dengan kekuasaan peradilan, hingga tiga hakim Mahkamah Agung mengundurkan diri. Selama 18 bulan terakhir, Somare dapat serangan gencar dari oposisi, dan November 1978 Julius Chan terpaksa membawa PPP-nya ke luar kabinet. Meskipun begitu, garis politik antara Julius Chan dengan Somare tak banyak beda. Keduanya nasionalis yang menyetujui pembangunan ekonomi berencana. Bedanya hanya: PPP lebih punya kaitan bisnis, dan condong ke arah pertumbuhan ekonomi yang lebih bebas dari campur tangan pemerintah. Tak mengherankan bila konflik mulai meledak antara Partai Pangu Somare dengan PPP ketika sang perdana menteri mencoba membatasi kepentingan bisnis para menterinya, sebagai syarat kepemimpinan. Meskipun Somare tak berhasil menggolkan pembatasan itu lewat parlemen, PPP sudah telanjur jengkel. Julius Chan sendiri tak nampak jengkel. Ia orang yang berhati-hati. Ia juga tak mau melukai Somare. Namun ia memang punya latarbelakang sendiri. Lahir di pulau kecil Tanga, ayahnya-yang mengajar Julius bahasa Kanton -- punya pengelolaan kopra kecil dan usaha penyewaan perahu. Ketika si ayah sakit di tahun 1963, Julius mengambil alih usaha orangtuanya itu -- dan membikinnya jadi besar. Tapi perhatiannya lebih kepada politik. Di tahun 1970, semasa berumur 31 tahun, ia membentuk PPP. Pemilu 1972 mengantarkannya ke kabinet, dengan kemenangan 10 kursi dan kesediaan berkoalisi dengan Somare. Ia memang tak pernah menyempitkan diri. Orang Papua Nugini keturunan Cina ini di tahun 1966 menikah dengan Stella Ahmet, gadis campuran juga, dan kini punya empat anak. Nampaknya Papua Nugini bisa diharapkan selamat dengan tokoh semacam itu, gentleman PNG yang telah dapat gelar Sir dari Ratu Elizabeth.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus