Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ini rangkulan prem

Jenderal prem tinsulanonda mengumpulkan muka lama dalam kabinetnya dan merangkul golongan yang semula beroposisi terhadap pemerintahan kriangsak.

22 Maret 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UCAPAN semacam "Wah, ketemu lagi" sering terdengar di Bangkok setelah kabinet baru terbentuk. Jenderal Prem Tinsulanonda pekan lalu mengumpulkan sejumlah "muka lama" dalam kabinetnya yang terdiri dari 37 anggota. Banyak orang sipil, sedikit jenderal dijumpai dalam kabinet Prem. Bahkan banyak anggotanya pernah jadi menteri atau tokoh dari periode -- "eksperimen demokrasi" -- tahun 1973-76. Lebih menarik lagi ialah Prem merangkul golongan yang tadinya beroposisi terhadap pemerintahan Kriangsak Chomanan. Umpamanya, tiga dari keempat Wakil PM mewakili masing-masing bekas partai oposisi utama: Aksi osial, Chart Thai dan Demokrat. Ketiga partai itu telah keras sekali mengritik kebijakan ekonomi Kriangsak yang membuat harga bahan bakar minyak dan biaya hidup melonjak. Mereka tadinya memelopori mosi-tidak-percaya di parlemen, dan mengipas frustrasi masyarakat hingga terjadi serentetan demonstrasi. Justru kini mereka pula yang ditugasi menangani soal ekonomi itu. Kriangsak tadinya memang terpaksa menaikkan harga BBM karena pasaran dunia pun melambung, sedang Muangthai 100% mengimpor minyak. Tapi pihak oposisi pada dasarnya memang sudah tidak senang terhadap pribadi Kriangsak. Demikian yakin pada kekuatannya, Kriangsak bahkan enggan mencalonkan diri dalam pemilu April 1979. Jika ia mencalonkan diri, diduga ia akan terpilih dan mungkin bisa berakar di parlemen. Selama 28 bulan berkuasa, Kriangsak pada hakekatnya tidak punya pangkalan politik. Ia cuma mengandalkan popularitasnya tahun 1977 setelah tergulingnya pemerintahan Tanin Kraivixien yang dibenci itu. Namun Kriangsak yang mundur secara sukarela (29 Februari) diakui bukanlah seorang PM yang jelek tadinya. Konon ia lega setelah tidak jadi PM. "Sekarang saya bebas," katanya selalu pada para sahabat dan penggemarnya. "Bebas lagi untuk main golf." Kini PM Prem melangkah dengan popularitas seperti yang diperoleh Kriangsak tahun 1977. Tapi masalah besar yang dihadapi Kriangsak masih harus diatasi Prem. Antara lain:  Ekonomi. Ini jadi urusan Wakil PM Boonchu Rojanasathien, Dir-Ut Bangkok Bank, bekas menteri keuangan dalam pemerintahan Kukrit Pramoj tahun 1976. Boonchu adalah tangan kanan Kukrit yang memimpin Partai Aksi Sosial. Ekspor hasil pertanian Muangthai tahun ini diduga akan merosot, karena kemarau. Kalau tahun lalu ekspor berasnya mencapai 2,7 juta ton, tahun ini diduga sekitar 1,5 juta ton. Dengan biaya impor minyak yang makin tinggi, diduga defisit dalam neraca pembayarannya akan paling mencemaskan negara itu. Maka Bangkok tetap mengekspor beras, jagung dan tapioka ke Uni Soviet, yang sedang terkena embargo Amerika Serikat berhubung peristiwa Afghanistan. Sebagai sekutu AS, demikian tanggapan pemerintah Carter, Muangthai seyogyanya mengikuti embargo itu. Lagi pula komoditi Muangthai itu masuk ke kapal Soviet bukan secara curah, melainkan dengan karung. Kenapa? Ada kecurigaan bahwa semua itu supaya bisa diangkut Soviet ke pelabuhan Vietnam guna membantu pemerintahan Heng Samrin di Kampuchea.  Pengungsi. Wakil PM Thanat Khoman, pemimpin Demokrat, yang ikut membangun ASEAN selagi masih jadi Menlu, cenderung akan menutup arus pengungsi dari Kampuchea. Kebijakan "pintu terbuka" yang dianut Kriangsak akan diakhirinya. Tapi dia mungkin bertikai dengan Menlu Sitthi Sawetsila. Adalah Marskal Sitthi itu -- yang juga menjabat Menlu dalam kabinet Kriangsak -- menganut "pintu terbuka" itu hingga pengungsi membanjir masuk. Ketika itu Muangthai mendapat penghargaan internasional. Tapi kini dana badan internasional untuk keperluan pengungsi sudah menipis, mungkin segera akan habis, sedang sumber dana baru belum kelihatan. Ini tampaknya jadi urusan utama Thanat Khoman, 65 tahun yang kembali lagi ke pemerintahan sesudah 9 tahun absen. Banyak pengamat di Bangkok mempergunjingkan bagaimana kabinet Prem dapat segera mengatasi masalah besar itu. Dan berapa lama pula popularitas Prem bisa bertahan?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus