Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ELIZABETH Warren menyadari pentingnya suara pemilih kulit hitam dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat. Menurut lembaga riset Pew Research Center, jumlah mereka sekitar 20 persen dari pemilih Partai Demokrat. Sebelum datang ke acara debat calon presiden dari Partai Demokrat di Apostolic Faith Church, Chicago, Sabtu, 29 Juni lalu, senator Massachusetts itu menghubungi sejumlah tokoh kulit hitam secara pribadi.
Salah satunya Nelini Stamp, direktur organisasi nasional Partai Keluarga Bekerja. Menurut Stamp, Warren mengiriminya surat elektronik membahas cuitannya di Twitter yang berkaitan dengan tema debat. “Dia benar-benar menjangkau banyak pemimpin dan individu gerakan kulit hitam di semua spektrum,” kata Stamp.
Pendeta Leah Daughtry, yang hadir dalam debat itu, menyebutkan cara Warren tersebut sangat menyentuh. “Khususnya bagi para aktivis akar rumput, mendapat panggilan telepon pribadi itu hal yang jarang terjadi. Ketika ada yang melakukannya, itu sangat diperhatikan,” tutur ahli strategi politik ini seperti dilansir Politico.
Saat Warren tampil di panggung debat untuk menjelaskan programnya, dari reformasi ekonomi sampai pemutihan pinjaman mahasiswa, banyak yang menanggapinya dengan teriakan “ya” dan “itu benar!”. Warren juga mendapat tepuk tangan meriah dari penonton. Ini tidak terjadi ketika kandidat lain, Amy Klobuchar, senator Minnesota, dan Tulsi Gabbard, anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Hawaii, berpidato.
Warren satu dari 20 kandidat yang akan memperebutkan tiket pencalonan Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat. Debat perdana digelar pada Kamis, 27 Juni lalu, di Miami, Florida. Dalam debat itu, menurut CNBC, empat nama yang memimpin perolehan dukungan dalam jajak pendapat adalah mantan Wakil Presiden Amerika, Joe Biden; senator Vermont, Bernie Sanders; senator California, Kamala -Harris; dan Elizabeth Warren.
Para kandidat akan mengikuti 12 acara debat dan harus mengumpulkan dukungan melalui jajak pendapat serta penggalangan dana. Jumlah itu akan mengerucut menjadi beberapa saja dan mereka akan berlaga dalam Konvensi Nasional Demokrat pada pertengahan tahun depan. Pemenangnya akan menjadi calon presiden untuk menghadapi kandidat dari Partai Republik dalam pemilihan presiden pada November 2020. Adapun Konvensi Partai Republik bakal digelar pada Agustus mendatang. Donald Trump kemungkinan besar kembali menjadi calonnya.
ELIZABETH Warren terlahir sebagai Elizabeth Ann Herring di Oklahoma, 22 Juni 1949. Ayahnya, Donald Herring, pedagang dan petugas pemeliharaan. Ibunya, Pauline- Herring, pegawai toko swalayan. Ia menikahi pacarnya dari sekolah menengah atas, Jim Warren, pada usia 19 tahun. Ia putus sekolah dari George Washington University untuk menikah. Ia kemudian kuliah lagi dan lulus dua tahun kemudian.
Warren punya karier akademik yang panjang. Ia pernah mengajar hukum di Rutgers Law School, lalu menjadi guru besar mad-ya di University of Houston Law Center. Ia juga guru besar hukum di University of -Texas Law School, University of Pennsylvania Law School, dan Harvard Law School. Warren bercerai dengan suaminya, kemudian menikahi Bruce Mann, sejarawan hukum di University of Connecticut.
Saat menjadi guru besar hukum di University of Texas Law School, Warren meneliti mengapa sebuah keluarga biasa menghadapi kebangkrutan. Minat inilah yang dinilai menyebabkan pemikirannya condong ke “kiri”. Dia juga tercatat sebagai republikan hingga 1996. Buku pertamanya, As We Forgive Our Debtors: Bankruptcy and Consumer Credit in America, yang ditulis bersama Jay Lawrence Westbrook dan Teresa A. -Sullivan, mendapat penghargaan dari Perhimpunan Pengacara Amerika.
Karier Warren dalam pemerintah bermula pada 2008, saat pemimpin mayoritas Senat, Harry Reid, menunjuknya sebagai anggota panel Kongres yang mengawasi Program Bantuan Aset Bermasalah senilai US$ 700 miliar. Dua tahun kemudian, Presiden Barack Obama memintanya menjadi asisten presiden dan Penasihat Khusus Menteri Keuangan untuk Biro Perlindungan Keuangan Konsumen. Obama tak mencalonkannya sebagai direktur di biro ini pada tahun berikutnya karena ditentang politikus Republik dan Demokrat. Warren mundur dari biro tersebut pada 1 Agustus 2011.
Setahun kemudian, tepatnya pada 14 September 2011, Warren mengumumkan keputusannya maju sebagai calon anggota Senat dari Massachusetts. Tapi kampanyenya mengalami beberapa masalah pada awal 2012. Salah satunya ketika dia mengatakan memiliki darah asli Indian kepada wartawan. Klaim itu dipertanyakan dan kemudian menjadi salah satu bahan ejekan Donald Trump, yang menyebutnya “Pocahontas”, tokoh legendaris dari suku Indian yang membela kaum kulit putih.
Terlepas dari kontroversi ini, pada Juni 2012 Warren maju sebagai kandidat Demokrat menghadapi Scott Brown, senator dari Republik, dalam memperebutkan kursi Senat untuk Massachusetts. Jajak pendapat menunjukkan Brown unggul atas Warren, tapi rakyat Massachusetts nyatanya memilih Warren pada November 2012.
Dalam Konvensi Partai Demokrat untuk mencari kandidat calon presiden 2016, nama Warren masuk daftar utama, selain Hillary Clinton dan Bernie Sanders. Namun ia mundur dari Konvensi dan memilih mendukung Hillary. Setelah Trump me-ngalahkan Hillary dan menjadi Presiden Amerika, Warren menjadi salah satu pengkritik kerasnya.
Sehari setelah Trump dilantik pada 22 Januari 2016, Warren bergabung dalam aksi jalan kaki Wanita Boston untuk Amerika. Sebagai senator, ia juga menyuarakan penentangannya terhadap perintah eksekutif Presiden Trump yang melarang imigran dari Irak, Suriah, Iran, Sudan, Libya, Somalia, dan Yaman masuk ke Negeri Abang Sam. Ia pun mengkritik banyak calon anggota kabinet usulan Trump, termasuk saat Senator Jeff Sessions dicalonkan menjadi Jaksa Agung.
Trump kerap mencemooh Warren dan menjulukinya “Pocahontas”. Sejak 2016 sampai awal 2019, setidaknya 33 kali Trump mencuit dengan nada mengejek tentang asal-usul Warren dan hampir semuanya menyelipkan kata “Pocahontas”.
Pada 9 Februari lalu, Warren mengumumkan rencananya maju sebagai calon Presiden Amerika. “Ini pertarungan hidup kita,” tutur Warren dalam pidato pengumumannya. “Perjuangan untuk membangun Amerika di mana impian dimungkinkan, Amerika yang bekerja untuk semua orang.”
Sebelum pengumuman itu, empat perempuan menyatakan akan maju dalam Konvensi Partai Demokrat. Mereka adalah senator New York, Kirsten Gillibrand; Kamala Harris; Tulsi Gabbard; dan Amy Klobuchar. Menurut New York Times, sebagai kandidat, Warren memiliki banyak usul untuk merombak kebijakan negara.
Warren memiliki sedikitnya 20 rencana, termasuk menyediakan perumahan dan perawatan anak yang terjangkau, menghapus utang pelajar di perguruan tinggi, mengatasi krisis opioid, melindungi tanah publik, membuat produk ramah lingkungan, dan menangani pelobi di Washington.
Warren mengagumi Theodore Roosevelt,- Presiden Amerika Serikat 1901-1909, atas upayanya memecah perusahaan raksasa pada zamannya, yaitu Standard Oil dan perusahaan induk kereta api, untuk meningkatkan persaingan bisnis. Warren juga menantang dominasi ekonomi dan politik perusahaan raksasa seperti Facebook, Google, Amazon, dan Apple. Dalam pidatonya di Long Island City, Queens, Maret lalu, ia menghubungkan keberhasilan perusahaan itu dalam membungkam pesaingnya lewat pengaruh mereka di Washington.
Abdul Manan (New York Times, Politico, CNN)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo